Mohon tunggu...
2330021049 ALDA FIRZA FARIDA
2330021049 ALDA FIRZA FARIDA Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1 GIZI [Kelas B]

Literasi adalah langkah awal dari cara pandang kita.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Putri Kecil Mama

4 November 2021   14:29 Diperbarui: 4 November 2021   14:42 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selepas menyelesaikan beberapa ujian sekolah, aku meninggalkan kelas tanpa mengucap sepatah kata pun. Hal itu ku lakukan karena semua orang tidak mau menerimaku termasuk sahabat dan kedua orang tuaku. Sedangkan sepanjang lorong hampir semua siswa memandangiku dengan tatapan tak bersahabat. Aku segera melangkah ke dalam lift dengan perasaan tak nyaman tanpa memedulikan sekitar dan menekan angka satu yang terletak disisi lift. Selama lift bergerak turun, aku hanya diam dan mendengarkan perbicaraan lima orang dibelakangku. Apalagi yang mereka bicarakan kalau bukan tentang kehidupanku. Bersamaan dengan lift yang berdenting, aku menghela napas berat dan keluar dari lift. “Siapa yang peduli? Lagipula ini kehidupanku,” batinku.

Selama ini aku bekerja sebagai content design di sebuah perusahaan kecil dengan skill yang aku punya. Disamping itu, aku memiliki pekerjaan lain yaitu sebagai pelayan restoran saat hari libur dan menjadi guru les selepas sekolah berakhir. Semua aku lakukan untuk membiayai kehidupanku sehari-hari. Memang awalnya tak mudah, tetapi seiring waktu aku mampu melakukannya. Oleh karena itu, sebagian orang menyebutku wanita tangguh. Sungguh! aku tertawa mendengarnya dan hanya kutanggapi dengan lelucon ataupun senyuman karena aku menghargainya.

Aku menengok kearah jam dinding. Tak terasa tiga jam telah berlalu, segera ku akhiri kelas les yang ku ajar saat ini. “Sekian yang bisa saya sampaikan hari ini dan selamat sore semuanya,” ucapku mengakhiri.

“Yes mam,” balas mereka serempak.

Aku berlalu untuk menjemput Eliza pulang dari sekolahnya atau mungkin ia telah menunggu di depan sekolahnya. Aku menyusuri trotoar dengan langkah tergesa-gesa. Dari kejauhan Eliza melambaikan tangan. Aku tersenyum dan berjalan menghampirinya lalu menggenggam tangan kecilnya.

“Bagaimana sekolah Eliza? Apa tadi menyenangkan?” tanyaku.

Eliza mengangguk-anggukan kepalanya, “sangat sangat menyenangkan dan aku menyukainya.”

“Syukurlah, mama senang mendengarnya,” ucapku seraya mengusap kepalanya.

“Mama. Mama,” panggil Eliza.

Aku menunduk, “apa sayang?”

“Besok mama jangan lupa datang ke sekolah yah karena besok adalah hari ibu. Tadi Bu Ana memberi Eliza surat dan karena Eliza cuman punya satu kesayangan. Jadi mama harus datang,” tutur Eliza kepadaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun