Dunia makin dilipat, bahkan diacak-acak dalam genggaman. Bukan hanya informasi dilipat dan diacak, tapi juga kesadaran. Manusia merayakan pertemanan baru sembari mengubur yang lama. Sebagian bertampuk sorak merayakan kemenangan diatas kekalahan yang lain. Yang satu memuji, yang lain mencaci. Lalu ketika periodisasi pemilu itu berakhir, para elit naik panggung kekuasaan tersenyum sumringah, sedang yang lain hanya bisa menyaksikan dari jauh, bergelut dengan kehidupan semula yang serba sulit.
Dan ironisnya, ketika periode politik berakhir, kegilaan sudah terlanjut tak sembuh-sembuh. Periode politik baru menunggu, para elit takkan rela mendiamkan kegilaan fanatisme yang terlanjur disubtitusikan sejak awal. Beginilah kegilaan itu berlanjut. Bedanya, ada yang meraih keuntungan, dan ada yang menuai kepedihan tanpa apa-apa.