Mohon tunggu...
Muhammad Ruslan
Muhammad Ruslan Mohon Tunggu... Penulis - Pemerhati Sosial

Mengamati, Menganalisis, dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hemofilia dan Harapan yang Berulang

18 April 2017   15:33 Diperbarui: 18 April 2017   16:03 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hemofilia. Inilah salah satu jenis penyakit yang keberadaannya hampir sulit dikatakan ada penyembuhannya. Penyakit hemofilia termasuk penyakit yang tidak membutuhkan pengobatan untuk kesembuhan. Yang dibutuhkan oleh penyandaannya hanyalah perawatan yang tepat sekadar untuk menghindari resiko fatal.

Resiko sedikit berupa pendarahan baik eksternal maupun pendarahan internal bisa berakibat fatal. Hemofilia termasuk penyakit genetik yang ditanggung seumur hidup bagi penyandangnya. Sebab hingga saat ini belum ada obat yang mampu menyembuhkan.

Hemofilia adalah tipe penyakit kelainan darah berupa kekurangan salah satu faktor pembekuan darah (faktor VIII untuk hemofilia A dan faktor IX untuk hemofilia B). Kondisi genetik dimana darah tidak mampu menggumpal atau membeku dengan normal. Sehingga ketika ada luka terbuka ataupun bengkak karena benturan sedikit saja, maka akan mudah terjadi pendarahan yang sulit berhenti. 

Luka ringan sedikit bisa mengeluarkan darah yang banyak. Bahkan keenderungan orang yang sering mimisan saja ketika ia dalam skalasi yang tergolong tinggi, maka bisa saja ada kemungkinan orang bersangkutan menderita hemofilia, meskipun skala yang berbeda-beda.

Untuk pendarahan internal, ini biasanya terjadi karena hal-hal seperti benturan. Terjadi pendarahan di dalam namun tidak menemukan celah luka untuk darah bisa keluar. Gejalanya biasanya tubuh yang mengalami pendarahan internal akan bengkak, memar pada titik yang tertentu. Tentu saja gejala yang dirasakan bagi penderita bermacam-macam, bisa pusing, lemas, dll.

Untuk mengontrol pendarahan itu, penyandang hemofilia harus menjalani transfusi faktor konsentrat secara teratur. Faktor konsentrat ini hanya membantu terjadinya pembekuan darah. Hal ini lebih efektif bekerja saat pendarahan belum terlalu fatal.

Pendarahan yang paling lazim terjadi adalah pendarahan di bawah kulit khususnya pada persendian seperti sendi lutut, siku dan pergelangan kaki, karena mobilitas gerak banyak terjadi di titik itu. Selain itu pendarahan lain dapat terjadi pada otot, seperti lengan bawah dan betis. Pendarahan di bawah kulit ditandai dengan lebam (warna kebiru-biruan) atau memar dan bengkak, biasanya diikuti dengan rasa nyeri.

Dan yang paling mesti dihindari adalah pendarahan di organ vital seperti otak. Sebab hal ini bisa menyebabkan kematian, dengan tingkat kesulitan yang tinggi untuk memberikan pertolongan yang tepat.

Oleh karena itu untuk meminimalisir resiko fatal, kebanyakan penderita hemofilia lebih memilih dan lebih tepat memilih metode perawatan profilaksis sebagai cara efektif perawatan bagi penderita hemofilia. Profilaksis adalah metode perawatan kesehatan dengan cara mengobati gejala ringan sebelum penyakit itu memburuk.

Metode ini dianggap cukup efektif, karena lebih bersifat pencegahan untuk menghindari kategori pendarahan berat. Sebab ketika telah terjadi pendarahan berat, hal ini cukup berbahaya, sebab faktor konsentrat obat atau daya kerja obat lebih hampir sulit bekerja efektif.

Saya pernah berbincang hampir dua tahun yang lalu dengan Ketua Umum HMHI (Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia) Prof Djajadiman Gatot, saat itu ia membeberkan data, menunjukkan prediksi bahwa ada sekitar 25.000 orang mengidap penyakit ini. Namun yang benar-benar teridentifikasi di rumah sakit hanya sekitar 1.700-an yang benar-benar berobat di rumah sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun