Mohon tunggu...
Charvienli Pudji Merzhindi
Charvienli Pudji Merzhindi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Menulis untuk ilmu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Apa Hubungan Regulasi Emosi dengan Emosi yang Kacau

21 November 2022   04:16 Diperbarui: 22 November 2022   10:28 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seringkali emosi yang kita luapkan itu tidak terkontrol. Sehingga banyak sekali menimbulkan kerugian, seperti kekacauan pikiran dan suasana hati. Kontrol emosi itu sangatlah diperlukan, mengapa hal tersebut bisa terjadi?. Karena pada setiap luapan emosi yang dikeluarkan oleh individu tentu saja akan menimbulkan suatu dampak negatif yang mungkin saja bisa merugikan orang lain bahkan dirinya sendiri.

Suatu ketika saya sedang berada pada kondisi dimana emosi saya tidak cukup terkontrol, sehingga nada bicara saya meninggi dan membuat orang lain yang sedang bicara dengan saya itu ragu untuk melanjutkan pembicaraannya. Ketika hal tersebut terjadi, maka apapun yang keluar dari ucapan maupun fisik itu bisa saja melukai orang lain. Melalui nada bicara yang tinggi itupun dapat menguras energi kita, dan bisa saja kita meluapkan emosi dengan tangisan atau hanya diam seribu bahasa, bahasa gaulnya sekarang sih "silent treatment".

Seseorang memiliki kemampuan dalam mengontrol emosinya sendiri, hal tersebut dinamakan regulasi emosi. Apa itu regulasi emosi? Secara umum, regulasi emosi merupakan kemampuan seseorang dalam menilai, mengatasi, mengelola, dan cara mengungkapkan yang tepat demi tercapainya keseimbangan emosi. Gross mengutarakan bahwa kemampuan tertinggi individu dalam mengelola emosi akan memberikan dampak baik bagi individu tersebut, yang berguna untuk menghadapi ketegangan dalam kehidupannya. 

Ketika kita sedang kebingungan dalam mengendalikan emosi sehingga tidak menimbulkan ketentraman dan rasa nyaman bagi diri kita. Hal tersebut diungkapkan oleh Karl C. Garrison, jika seorang individu tersebut mampu dalam mengendalikan emosinya maka dampak positif yang akan ia rasakan adalah rasa kebahagiaan. 

Bagaimana jika respon individu terhadap emosi itu tidak tepat?

Gross menyatakan bahwa jika respon emosional seseorang itu tidak tepat maka akan menimbulkan atau dapat mengarahkan individu tersebut terhadap kesalahan. Seringkali emosi itu datang pada situasi yang tidak tepat, sehingga membuat individu tersebut kurang bisa mengendalikan emosinya. Pada kondisi tersebut maka individu berusaha untuk mengendalikan respon emosionalnya agar berdampak positif bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya. 

Daritadi saya menyinggung kata "pengendalian emosi" nah definisi secara singkat mengenai pengendalian emosi itu regulasi emosi. Rasa bahagia individu itu bukan murni karena tidak ada bentuk emosi yang muncul atau keluar dalam dirinya namun kebiasaannya dalam memahami serta menguasai emosi. 

Apakah seseorang mampu dalam mengendalikan emosinya disaat-saat tertentu?

Thompson menyatakan bahwa regulasi emosi didefinisikan sebagai kemampuan dari individu untuk mengevaluasi serta mengubah reaksi-reaksi emosional yang muncul, yang berguna untuk bertingkah laku atau merespon sesuai dengan situasi yang sedang ia hadapi.

Apa saja strategi-strategi dalam meregulasi emosi?

1. Self Blame, melalui strategi ini individu mengacu pada pola pikir yang cenderung menyalahkan dirinya sendiri. Self Blame ini setelah dilakukan beberapa penilitian menemukan hasil bahwa memiliki hubungan pada situasi emosi depresi.

2. Blaming Others, yakni mengacu pada pola pikir yang menyalahkan orang lain atas segala kejadian yang ia hadapi.

3. Acceptance, strategi ini mengacu pada pola pikir yang cenderung pasrah dan menerima saja atas kejadian yang sedang ia alami. Strategi acceptance ini merupakan strategi coping yang memiliki hubungan positif terhadap pengukuran dari keoptimisan serta self esteem, acceptance juga memiliki hubungan negatif terhadap pengukuran kecemasan. 

4. Refocus on Planning, yakni mengacu terhadap pemikiran yang akan mengendalikan langkah selanjutnya yang harus diambil untuk menghadapi hal-hal negatif yang sedang individu tersebut alami. Dalam strategi ini hanya pada tahap kognitif atau pada tahap pemikiran sehingga belum sampai pada tahap pelaksanaan.

Adapun tiga dasar kategori yang ada dalam regulasi emosi secara psikologis, yang diungkapkan oleh Bonanno & Mayne yakni sebagai berikut:

a. Kontrol Regulasi, merupakan suatu proses pencapaian keseimbangan emosional. Keseimbangan emosional ini merupakan konseptualisasi masalah terhadap tujuan yang mencakup frekuensi dari ide-ide, intensitas atau durasi pengalaman serta ekspresi atau channel fisiologis terhadap respon emosional. Apabila seseorang tidak berhasil mencapai kontrol regulasinya maka yang akan terjadi adalah pemisahan emosi, tekanan, dan ekspresi. Sedangkan apabila kontrol emosi tersebut dapat dicapai maka seseorang akan memasuki fase regulasi selanjutnya.

b. Regulasi Awal, regulasi dilakukan untuk mencapai terpeliharanya keseimbangan dari emosional. Apabila regulasi awal tidak dapat dipelihara maka akan muncul beberapa reaksi.

c. Eksplorasi Regulasi, merupakan suatu perilaku baru dalam kegiatan-kegiatan yang mempelajari atau memahami emosinya, dan keseimbangan emosional tersebut sebenarnya tidak pernah tercapai. Namun, seseorang akan selalu berusaha dalam mencapai hal tersebut maka mereka akan mencari berbagai cara baru untuk terus mencapai keseimbangan emosional. 

Bagaimana proses dari regulasi emosi?

Lazarus menyatakan bahwa, individu itu akan memasuki situasi tertentu dan selanjutnya individu akan memberikan perhatian terhadap aspek-aspek dari situasi tersebut terhadap orang lain. Melalui hal tersebut individu akan menilai aspek-aspek situasi dengan cara yang memudahkan respon emosional. Sehingga individu akan mengalami emosi yang meledak secara penuh, termasuk juga terhadap perubahan secara fisiologis, perilaku impuls dan perasaan subjektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun