Fase perkembangan menulis menjadi fase yang sangat mengesankan dan menggemaskan tentunya, mengapa bisa begitu? karena ketika anak sedang berada pada fase menulis ia telah berhasil menerapkan apa yang selama ini ia peroleh dari kemampuan berbahasanya dan juga kemampuan kognitif yang ia capai telah melampaui target.
Setetah melewati berbagai macam tahapan perkembangan berbahasa, membaca, dan menulis. Dari ketiga perkembangan tersebut memiliki kaitan dalam kemampuan bahasa yang dimiliki oleh anak. Anak memiliki kemampuan berbahasa yang cukup baik apabila dapat melewati proses dari berbagai macam tahapan dari perkembangan-perkembangan berbahasanya.Â
Dalam cakupan bahasa yang telah dicapai oleh anak itu menjadi pokok pandangan mengenai seberapa kemampuan cakupan bahasa telah dimiliki oleh anak tersebut sehingga akan berdampak pada kemampuannya ketika berada pada fase perkembangan menulis. Mengapa hal tersebut dapat disampaikan seperti itu? karena ketika anak memiliki cakupan bahasa yang luas dan baik maka anak akan dengan mudah menuangkan apa yang telah ia dapatkan kedalam kemampuannya ketika menulis.Â
Ada juga anak yang ketika sedang belajar menulis itu masih belum bisa menguasai pemerolehan bahasa, namun hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai gangguan dalam perkembangan menulis. Karena yang namanya gangguan dalam perkembangan menulis itu ada apabila anak tersebut telah berhasil melalui fase pembelajaran, jadi bukan ketika anak sedang berada pada fase pembelajaran menulis. Gangguan dalam perkembangan menulis itu dapat disebut dengan disgrafia.Â
Apa sih sebenarnya disgrafia itu? seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa ketika anak sedang mengalami gangguan dalam perkembangan menulis itu kemampuan anak dalam menulis itu sangatlah buruk.Â
Mengapa dapat dikatakan seperti itu? karena ketika anak sedang mengalami gangguan perkembangan menulis maka tulisan yang ia hasilkan akan tidak rapi, tulisannya pun tidak teratur, dan tulisannya sulit untuk dibaca. Ketika anak mengalami disgrafia ini maka ia akan cenderung mengalami kesalahan dalam berkomunikasi ketika menggunakan bahasa.Â
Anak yang mengalami disgrafia ini sering dianggap anak yang ceroboh atau bahkan pemalas, hal tersebut dapat disebutkan karena dilihat melalui hasil tulisannya yang tidak rapi. Mungkin saja pernyataan tersebut akan menyinggung perasaan anak, sehingga anak akan mengalami kecemasan yang berlebihan.Â
Hal tersebut akan tambah memperburuk keadaan tentunya. Anak akan kesulitan dalam pengejaan dan penulisan, hal tersebut merupakan dampak dari dua gangguan yakni disleksia dan disgrafia https://www.sehatq.com/artikel/tulisan-tangan-anak-sulit-terbaca-bisa-jadi-disgrafia. Karena dalam menulis anak memang membutuhkan kemampuan membaca yang baik.
Apa sih yang sebenarnya menjadi tanda-tanda anak sedang mengalami disgrafia? anak akan mengalami kesulitan - kesulitan dalam melakukan kegiatan menulis seperti:
1). Kesulitan ketika harus menyalin tulisan.
2). Ketika sedang memegang alat tulis maka ia tidak bisa mengontrol tekanan yang digunakan untuk memegang, jadi ia memegang alat tulisnya terlalu keras.
3). Ketika sedang melakukan kegiatan mengeja maupun menulis ia seringkali kesusahan atau bahkan keliru dalam menerapkan huruf kapital dibagian mana.
4). Anak akan lambat dalam menulis.
5). Ketika sedang menulis maka posisi tubuhnya berbeda.
6). Ketika menulis anak mencampur semua gabungan huruf misalnya huruf yang seharusnya disambung jadi dipisah begitupun sebaliknya.
7). Ketika ia sedang menulis maka ia akan melafalkan apa yang ia tulis atau bisa disebut dengan mengeja.
8). Ketika memberikan spasi pada tulisannya itu berbeda satu dengan yang lainnya.
9). Ketika menulis sebuah kalimat maka akan kekurangan huruf atau kata pada hasil tulisannya.
10). Cenderung akan sulit membayangkan huruf atau kata yang akan ia tulis.
11). Cenderung memperhatikan tangannya ketika sedang menulis.
12). Tidak dapat berkonsentrasi ketika menulis.
13). Akan sering menghapus hasil tulisannya ketika sedang menulis.
Disgrafia sendiri dapat muncul juga dari faktor genetik yang telah terekam atau ia bawa pada DNA nya, namun adapun faktor-faktor lain yang juga merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya disgrafia pada anak ialah:
-). Cedera otak, faktor ini akan menyebabkan seseorang mengalami disgrafia. Sebab orang tersebut mengalami kecelakaan yang mengakibatkan benturan pada otak bagian bahasanya. Namun kondisi tersebut biasanya terjadi pada orang dewasa.
-). Pengaruh kondisi kesehatan mental dari anak, faktor tersebut yang sangat mempengaruhi apakah anak akan mengalami disgrafia atau tidak.https://doktersehat.com/penyakit-a-z/disgrafia-gangguan-menulis/
Setelah mengetahui tanda-tanda dan faktor yang ada ketika anak mengalami disgrafia , maka sangat perlu bagi kita juga mengetahui bagaimana cara atau terapi yang harus dilakukan ketika anak mengalami disgrafia:
1). Dengan memberikan bola penghilang stres, dengan tujuan untuk menguatkan kekuatan otot tangannya ketika meremas bola tersebut dan dapat meningkatkan kemampuan koordinasi otot tangannya.
2). Dengan memfasilitasi anak alat tulis dan kertas sesuai dengan yang dibutuhkan anak, misal alat tulis yang sesuai dengan pegangannya dan kertas dengan jarak antar garisnya yang lebar.
3). Dengan memuji hasil tulisan anak ketika berhasil melakukan kegiatan menulis.
4). Lebih memfokuskan anak untuk mengetik daripada menulis
5). Memberikan gerakan untuk merilekskan tangan sebelum menulis jadi anak akan terhindar dari stres sebelum melakukan kegiatan menulis.
6). Dan jangan lupa membicarakan pada anak tentang apa yang ia alami, sehingga anak dapat memahami kondisinya sendiri.
Setelah mengetahui bagaimana sebenarnya disgrafia yang terjadi pada anak, maka kita sebagai orang tua atau orang dewasa sebaiknya memahami lebih dini apa yang harusnya dihindari dan dilakukan ketika anak sedang berada pada fase perkembangan menulis. Agar perkembangan menulis yang dicapai anak itu sesuai dengan yang harus ia dapatkan pada usianya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI