Mohon tunggu...
Joulita Octavia
Joulita Octavia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Merupakan seorang mahasiswi dari Universitas Muhammadiyah Malang dengan mengambil jurusan Hubungan Internasional di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Eksistensi Topeng Malangan dan Tari Topeng Malangan di Tengah Populernya Budaya Korea Saat Masa Pandemi

21 Juli 2022   23:32 Diperbarui: 21 Juli 2022   23:38 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena, di padepokan dan sanggar tersebut yang merupakan akar dari adanya budaya lokal topeng malangan maupun tari topeng malangan masih sangat kental dan asli budayanya. 

Ibu Ririn juga mengatakan bahwa meskipun pandemi terdapat kebijakan PSBB atau lockdown dari pemerintah produksi topeng malangan tetap dilakukan meskipun tidak sebanyak saat pandemi. 

Tidak hanya itu, di padepokan juga masih aktif melakukan kegiatan seperti bermain karawitan. Kegiatan tersebut tetap diadakan karena karawitan sendiri tidak membutuhkan orang banyak. Namun, untuk tari topeng malangan sendiri memang saat pandemi ditiadakan hal tersebut dikarenakan jumlah penari topeng malangan yang cukup banyak sehingga sangat berisiko apabila kegiatan tetap diadakan. 

Selain itu, saat pandemi juga masih terdapat orang-orang yang mengunjungi padepokan dan sanggar tersebut salah satunya Duta Jerman, tentunya kegiatan atau kunjungan tersebut tetap menerapkan protokol kesehatan yang ada.

Saat ini, dimana pandemi Covid-19 yang terlihat mulai meredah padepokan tersebut telah melakukan kegiatannya secara normal dengan bertahap dan masih menggunakan protokol kesehatan yang ada. Meskipun hingga saat ini K-pop dan K-drama tetap popular namun banyak dari anak-anak hingga remaja yang tertarik dan berlatih menari tari topeng malangan. 

Selain itu, produksi topeng malangan pun tetap berlanjut dan mulai menambah jumlah produksinya.

Hal ini dapat disimpulkan bahwasannya meskipun gempuran budaya global sangat besar khususnya budaya Korea yaitu K-pop dan K-drama baik saat pandemi, tidak banyak mempengaruhi budaya lokal di Kota Malang yaitu Topeng Malangan dan Tarian Topeng Malangan. 

Karena, meskipun terdapat beberapa kolaborasi dan populernya budaya Korea seperti K-pop dan K-drama tidak menghilangkan dan merubah ciri khas dan jati diri dari budaya lokal tersebut. 

Ditambah lagi, dengan adanya antusiasme dari anak-anak hingga remaja yang sampai saat ini masih tertarik terhadap budaya lokal menyebabkan meningkatnya minat mereka untuk belajar budaya lokal tersebut. Secara tidak langsung, topeng malangan dan tari topeng malangan ini pun akan terus dilestarikan oleh para generasi mudah agar  tidak hilang ditelan zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun