Dari Rifa' ah bin Rafi' Ra , sesengguhnya Nabi SAW ditanya:"Apa pekerjaan yang paling utama atau baik?" ,Rasul menjawab,"Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya dan setiap jual-beli yang baik" (HR al-Bazar dan di benarkan al-Hakim).
   Dari hadits diatas menjelaskan bahwasanya salah satu cara mencari harta atau nafkah yang baik,yaitu dengan cara berdagang, jual -beli, ataupun transaksi. Mengapa demikian?, Karena dengan berdagang, jual-beli, ataupun transaksi seseorang bisa dengan mudah memenuhi hasrat mereka dan apa yang mereka butuhkan dapat tercapai ataupun terpenuhi. Kenapa?,   Karena dalam hal jual-beli seorang penjual maupun pembeli mereka sama-sama mendapatkan untung.
Seorang pembeli mendapatkan barang yang ia butuhkan atau yang ia inginkan, sedangkan seorang penjual mendapatkan uang atau untung dari apa yang telah ia penjual belikan, kemudian harta dari apa yang telah penjual maupun pembeli dapatkan adalah harta yang halal. Mengapa?, karena selama orang-orang tersebut tidak mempergunakan transaksi-transaksi yang diharamkan selama jual-beli maka harta dari apa yang telah mereka dapatkan itu halal, sedangkan apabila dalam hal jual-beli mereka mempergunakan transaksi-transaksi yang haram maka hukum dari apa yang mereka dapatkan dari hasil jual-beli tersebut akan menjadi haram pula.
Adapun contoh-contoh hadis dari transaksi yang diharamkan tersebut ialah:
1.Rasulullah SAW bersabda:"Allah melaknat  orang Yahudi, mereka diharamkan     mengkonsumsi lemak bangkai, lalu mereka menjual dan memakan hasil transaksinya."(Matan lain: Abi Daud 3026)
2.Abi Hurairah berkata:"Nabi melarang jual-beli gharar (spekulasi/ketidak pastian)."
(Matanlain: Muslim 2782 , Turmudzi 1151 , Nasa' I4442, Abi Daud 2932, Ibnu Majah 2185, Ahmad9255)
Penjelasan dari kedua hadis diatas dapat disimpulkan bahwasanya kedua transaksi dalam hal jual-beli yang dilakukan itu diharamkan,dikarenakan dapat merugikan diri sendiri dan dapat merugikan pula bagi oranglain.
Hadis yang pertama menjelaskan bahwasanya kita dilarang untuk menjual barang najis,sepertihalnya yang telah diterangkan dalam hadis tersebut bahwa Allah akan melaknat orang-orang yang mana mereka mengkonsumsi lemak Bangkai ataupun daging yang sudah busuk dan kemudian dijual kembali oleh penjual daging tersebut lalu mereka memakan hasil atau harta dari daging bangkai ataupun daging busuk yang mereka jual itu, maka sungguh Allah akan melaknat golongan orang-orang yang seperti itu.
Kemudian dari hadits yang kedua yang mana menjelaskan tentang Gharar yaitu jual-beli yang tidak jelas, mengandung unsur ketidak pastikan ataupun yg dimaksud spekulasi, dan penipuan. Oleh karena itu Nabi melarang melakukan hal seperti itu dalam jual-beli karena sudah jelas seperti yang telah dijelaskandalam hadits bahwasanya melakukan transaksi seperti Gharar ini mengandung unsur-unsur yang masih tidak jelas, yang dimaksud tidak jelas disini adalah adanya ketidak pastikan dan memungkinkan untuk terjadinya penipuan terhadap pembeli yang akan membeli barang yang akan dibelinya. Oleh karena itu maka transaksi Gharar ini dilarang tidak diperbolehkan atau pun diharamkan untuk dilakukan.
   Maka dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam mencari harta atau pun nafkah yang baik itu harus dengan cara yang baik pula bukan dengan cara yang buruk atau yang dimaksud juga yaitu cara yang haram dan merugikan bagi diri sendiri dan orang lain seperti yang telah dicontohkan, ataupun juga dengan cara menghalalkan segala cara yang mana walaupun Cara-cara dalam memperoleh harta atau Nafkah dalam hal berdagang, jual-beli, maupun transaksi disini dapat mempermudahnya dalam melakukan penjualan-penjualan dari barang-barang yang akan dijual oleh penjual kepada pembeli namun mereka menggunakan.
Cara-cara yang curang atau tercela maka semua harta atau uang yang mereka dapatkan itu tidaklah barokah, melainkan lebih tepatnya mereka telah memakan harta dari uang yang haram, karena mereka telah merugikan bagi dirinya sendiri dan merugikan bagi orang lain. Hidup Itu bukan untuk makan tapi makan adalah untuk hidup, dan sebenarnya ada banyak cara dimana kita bisa mendapatkan rezeki yang halal, kuncinya selalu berusaha, bertawaqal, jangan putus asa atau pantang menyerah , dan selalu meminta kepada Allah agar selalu berada dalam lindungan nya dan agar selalu dijalannya, kemudian jangan sampai lupa agar selalu bersyukur dan mensyukuri atas apa yang telah didapatkan walaupun rezeki yang didapatkan tidak sama seperti apa yang dibayangkan, karena mensyukuri atas segala yang didapatkan itu adalah salah satu cerminan ibadah kita terhadap Allah dan ucapan terimakasih ataupun syukur atas segala nikmat baik dari rezeki yang didapatkan, kesehatan dan lain sebagainya.
Dan Allah pun menjanjikan "Barang siapa yang mengingat ku maka aku akan mengingatnya", jadi sungguh Allah itu akan mengingat hamba-hambanya bagi mereka yang selalu mengingat nya dan semisal Allah telah mengingat kita maka insya Allah dalam segala urusan dunia akan di mudahkan olehnya.
Bertaqwa, berbuat baik, dan meninggalkan segala sesuatu yang haram dalam mencari harta atau Nafkah adalah jalan menuju keberkahan Allah, kemudian hendaknya seseorang yang akan berdagang, jual-beli, maupun dalam hal transaksi hendaknya memperhatikan 2 perkara berikut:
1. Berilmu sebelum sebelum berkata dan berbuat. Seseorang hendaknya memahami apa saja yang harus dia ketahui, berkaitan dengan amalan-amalan yang akan dia kerjakan, semisal: "Sebagai pedagang harus mengetahui kapan waktu untuk berdagang atau jual-beli, misalkan pada waktu akan menunaikan sholat jum'at. Allah Swt berfirman; "Wahai orang-orang yang beriman apabila diseru untuk menunaikan sholat jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah, dan tinggalkanlah jual-beli. Yang, demikian itu lebih baik bagi mu jika kamu mengetahui" (Al-jumu'ah 9).
Serta seorang pedagang harus mengetahui tempat-tempat yang dilarang untuk berjual-beli, dan mengetahui barang-barang apa saja yang tidak boleh diperjual belikan misalkan babi, anjing dan lain-lain yang diharamkan untuk diperjual belikan. Taqwa, pengertian tawa sendiri adalah se baik-baik bekal. Pedagang dan profesi lainnya pun harus memiliki bekal taqwa. Karena dari ketaqwaan seseorang tidak akan dengan mudah melakukan hal-hal yang tercela ataupun dilarang dalam agama, dan dengan ketaqwaan pula seseorang itu akan dengan mudah menjadi hamba Allah yang selalu dekat dengannya agar selalu dilindungi dari hal-hal yang tercela dan yang terlarang dalam agama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H