Mohon tunggu...
Rodiyah Ummil Muminin
Rodiyah Ummil Muminin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Aktif Universitas PGRI Kanjuruhan Malang

HOBI SAYA MEMBACA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pesarean Gunung Kawi

6 November 2024   07:59 Diperbarui: 6 November 2024   08:07 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Wisata Pesarean Gunung Kawi terletak di Desa Wonosari Kabupaten Malang, Jawa Timur. Desa Wisata Pesarean Gunung Kawi menawarkan objek wisata ritual dan budaya berziarah ke makam Eyang Jugo dan Raden Mas Iman Soedjono. Pesarean Gunung Kawi menjadi obyek wisata religi dan budaya di Kabupaten Malang. Letaknya di sebelah selatan lereng Gunung Kawi, tepatnya di Jalan Pesarean, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang.Di dalam area pesarean, terdapat makam dua tokoh yang melegenda bagi masyarakat Jawa maupun masyarakat Tionghoa, yaitu Eyang Njoego dan Eyang Raden Mas Iman Soedjono. Kedua tokoh ini mempunyai kharisma yang hingga kini dikenang dan didoakan oleh masyarakat dari berbagai etnis. Eyang Njoego atau Kiai Zakaria II adalah cicit dari Susuhunan Paku Buwono I yang memerintah Keraton Mataram dari tahun 1705 sampai dengan 1719. Ayah dari Kiai Zakaria II merupakan ulama besar di lingkungan keraton saat itu.Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda, Kiai Zakaria II berganti nama Eyang Sadjoego atau disingkat Eyang Njoego. Tujuannya, untuk menyamar sebagai rakyat biasa, untuk menghindari kejaran Belanda. Dalam berkelana, Eyang Njoego kemudian berhenti dan mendirikan padepokan di Desa Jugo, Kecamatan Sanan, Kabupaten Blitar. Setelah wafat, jenazah Eyang Njeogo dibawa ke Wonosari, Kabupaten Malang. Konon, itu merupakan wasiat dari Eyang Njoego kepada pengikutnya. Eyang Njoego meninggal pada Senin Pahing tanggal 22 Januari 1871 di padepokannya. Jenazahnya kemudian dibawa dan dimakamkan di Desa Wonosari pada Rabu Wage 24 Januari 1871. Pemakaman jenazah Eyang Njoego digelar secara Islam yang dipimpin oleh Raden Mas Iman Soedjono, pada Kamis Kliwon, 25 Januari 1871. Lalu, tahlil akbar digelar pada malam harinya.Hal ini kemudian menjadi gelaran rutin di pesarean Gunung Kawi untuk menggelar upacara di malam Jumat Legi, selain Senin Pahing menandai hari wafatnya Eyang Njoego.Selang lima tahun kemudian atau tepatnya pada tahun 1876, Raden Mas Iman Soedjono wafat dan kemudian dimakamkan di sebelah makam Eyang Njoego.

Masjid Agung RM Iman Soedjono./dok. pri
Masjid Agung RM Iman Soedjono./dok. pri

 Selain berziarah, area Pesarean Gunung Kawi juga mempunyai destinasi wisata Masjid dengan arsitektur Demak, yaitu masjid Agung Raden Mas Iman Soedjono yang terletak di Kawasan pesarean Gunung Kawi, masjid yang kedua yaitu masjid yang dibangun berdekatan dengan makam Eyang Djoego. Klenteng Dewi Kwan Im Tie Kong serta Ciamsi Di pelataran Klenteng Kwan Im, terdapat bangunan kecil yang ramai dikunjungi masyarakat. Bangunan tersebut, masyarakat bisa menerawang peruntungan nasib mereka dengan menggunakan ritual Ciamsi.

Ciamsi dipelataran Klenteng Kwan Im./dok. pri
Ciamsi dipelataran Klenteng Kwan Im./dok. pri

Ciamsi berarti petunjuk atau petuah yang harus diikuti. Setiap orang yang hendak mengetahui nasibnya bisa menggoyang-goyangkan bambu berisi beberapa sumpit dan menjatuhkannya. Di sumpit tersebut tertulis nomor yang bisa dicocokkkan dengan petuah-petuah terkait rejeki, usaha, jodoh, hingga derajat orang tersebut. Selain itu, di kawasan Pesarean Gunung Kawi, terdapat pula kendi yang berisi air bertuah. Masyarakat mempercayai bahwa air tersebut mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit. 

Tempat Kendi yang berisi air bertuah../dok. pri
Tempat Kendi yang berisi air bertuah../dok. pri

Selain itu terdapat pohon dikeramatkan oleh orang-orang. Konon katanya, jika bertapa atau duduk di bawah pohon itu hingga kejatuhan buah, daun, atau benda lain kemudian dibawa pulang, maka akan mendapatkan keistimewaan tertentu. Banyak pengunjung atau peziarah ingin mendapatkan buahnya. Selain daun dari pohon Dewandaru yang dipercaya bisa membawa keberuntungan bagi pemiliknya Di wisata Pesarean Gunung Kawi, hal ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.

Pohon Dewandaru./dok. pri
Pohon Dewandaru./dok. pri

 Di waktu tertentu, juga terdapat pagelaran seni wayang, seni karawitan dan tari-tarian tradisional Jawa. Terdapat sanggar karawitan Ngesti Gondo adalah kelompok seni tradisional yang didirikan untuk melestarikan seni karawitan, yakni seni Gamelan Jawa, tempat tersebut juga sebagai wadah Ekstrakulikuler di SDI Unggulan Kyai Zakaria, para siswa sering tampil di acara- acara maupun di Yayasan Ngesti Gondo.

Yayasan Ngesti Gondov./dok. pri
Yayasan Ngesti Gondov./dok. pri

Agenda pesarean gunung kawi  yaitu malam Senin Pahing upacara adat yang dilaksanakan untuk memperingati hari wafat Eyang Djoego. Malam Jumat Legi, Kamis Kliwon malam Jumat Legi merupakan hari pemakaman Eyang Djoego. Sedangkan agenda tahunan terdapat Festival Idul Fitri tradisi takbir keliling dan parade lampion yang di ikuti warga sekitar. Cap Go Meh perayaan untuk mengungkapkan rasa Syukur atas berkah yang sudah diterima dan harapaan than berikutnya menjadi lebih baik. 1 Selo Haul Eyang Djoego acara penyekaran serta kirim doa untuk memperingati wafatnya Eyang Djoego atau Kyai Zakaria II. 12 Suro Haul Eyang RM Iman Soedjono acara penyekaran serta kirim doa memperingati wafatnya RM Iman Soedjono. Agenda terakhir yaitu pesona Gunung Kawi acara yang digelar setiap akhir tahun yang menampilkan seni dan budaya warga Gunung Kawi.

Pintu masuk Pesarean../dok. pri
Pintu masuk Pesarean../dok. pri

Pengunjung juga dapat menikmati kesejukan udara dan kekayaan alam di Desa Wisata Pesarean Gunung Kawi. Sebagai destinasi wisata yang usianya cukup tua, Pesarean Gunung Kawi dipenuhi dengan warung-warung yang sudah berusia puluhan tahun. Bahkan, ada warung soto yang sudah berusia 80 tahun. Hingga saat ini warung soto tersebut masih ramai dikunjungi wisatawan. Aktivitas memberi makan burung dara di pesarean Guunung Kawi menjadi salah satu daya tarik unik bagi para pengunjung. Burung dara banyak berkumpul di area sekitar Klenteng Dewi Kwan Im. Para pengunjung biasanya membeli jagung yang dijual disekitar area untuk memberi makan langsung burung-burung tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun