Mohon tunggu...
Teresia
Teresia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Teresia Sinaga

Menyukai pandangan hidup pribadi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Lansia melalui Komunikasi

1 Desember 2023   23:59 Diperbarui: 2 Desember 2023   00:09 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa Sosiologi Fisip-USU/dokpri

Topik  : Masalah dan Strategi Komunikasi Pada Lansia

Lokasi : Yayasan Pemenang Jiwa Sumatera

"Banyak orang berpikir bahwa kedekatan dan kenyamanan dibangun oleh keberadaan. Mereka lupa, bahwa keberadaan itu akan menjadi fana ketika tidak dibangun oleh komunikasi."

Pernyataan di atas adalah pemaknaan yang saya curi selama mempelajari masalah dan strategi komunikasi pada lansia. Kita semua tahu bagaimana komunikasi begitu banyak membantu keberhasilan kita, atau setidaknya membantu kita untuk mencapai tujuan. Demikianlah, komunikasi yang kita anggap sepele (sederhana) ternyata memiliki pengaruh yang kompleks bagi kehidupan kita. Oleh karenanya, sebelum kita berbicara topik-topik yang mendalam mengenai kondisi Kesehatan dan sosial para lansia, baiknya kita memahami dasar dari itu semua, yakni komunikasi.

Lansia adalah mereka yang telah memasuki usia lanjut mulai dari usia 60 tahun yang sangat rentan dengan masalah-masalah kesehatan maupun sosial. Kata lanjut usia bisa dipahami dengan mereka yang sudah berumur 'tua'. Mereka yang berumur lebih tua tentu saja tidak akan pernah jauh dari yang namanya kontruksi sosial yang merujuk pada kondisi yang lemah, tidak lagi bugar, rentan terhadap penyakit dan sifatnya yang kembali seperti anak-anak sehingga sulit untuk membangun komunikasi. 

Terlpas dari kontruksi masyarakat, dari sisi Kesehatan lansia memang mengalami apa yang namanya penurunan Kesehatan, akibat adanya penurunan fungsi dan system organ sehingga menyebabkan lansia lebih sensitive dengan kondisi lingkungannya dan tentunya akan menganggu kemampuan komunikasi Silansia.

Demensia adalah salah satu penyakit yang memengaruhi  komunikasi lansia. Penyakit ini banyak dialami oleh lansia, hal ini didasarkan pada penelitian yang menyatakan setiap 3 detik, 1 orang di dunia akan mengalami yang namanya demensia. Hingga pada tahun 2016 tercatat bahwa kurang lebih 1,2 juta orang mengalami demensia, dan diprediksi akan meningkat menjadi 2 juta di tahun 2030 dan 4 juta pada tahun 2050. 

Dememsia sendiri merupakan kondisi dimana terjadi penurunan fungsi otak yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif, emosi, daya ingat, perilaku serta kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Tentu saja penyakit ini menjadi alasan mengapa banyak lansia yang semakin sulit untuk bertarung dengan kehidupannya di usia senja. Ini juga akan berakibat fatal pada kondisi Kesehatan mereka terkhusus dalam mengelola stress.

Terlepas dari penyakit demensia, banyak lansia juga mengalami yang namanya kesulitan dalam komunikasi. Hal ini bisa saja akibat rasa trauma, kebiasaan memendam sendiri, bersifat asertif, menarik diri dari orang lain, merasa tidak pantas, dan pasif. 

Di sisi lain, ada pula lansia yang bersikap agresif yang selalu ingin mendominasi dirinya ketika berada ditengah kelompoknya maupun orang yang lebih muda darinya, sehingga menimbulkan kesulitan dalam menjalin komunikasi yang baik. Kondisi akan menjadi masalah utama, karena menjadikan lansia sulit untuk membangun komunikasi dan interaksi sosial kepada orang lain.

Komunikasi adalah kunci dalam menjalin interaksi sosial. Dengan adanya interaksi sosial, tentu saja lansia mampu mengelola stress mereka dengan baik, meluapkan isi hati dan pesan yang ingin mereka pahami. Oleh karenanya perlu membentuk komunikasi yang baik, dan strategi yang mampu menjadi solusi untuk memberikan kenyamanaan dan rasa tenang pada lansia.

Untuk mendalami pemahaman mengenai komunikasi pada lansia, penulis melakukan kunjungan ke Yayasan Pemenang Jiwa Sumatera, Kota Medan. Disana penulis bertemu banyak lansia dengan berbagai kondisi. Mereka cenderung fokus pada intruksi pengawas dan memahami konsekuensi jika mereka bertingkah diluar aturan. 

Mereka jauh lebih displin ketimbang orang dewasa seperti kami, dan itu yang membuat penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang mereka. Disana, penulis dipertemukan dengan salah seorang lansia yang sudah berada di Yayasan tersebut selama 6 tahun. Beliau Bernama Asyong dan merupakan mantan seorang guru Sekolah Dasar di salah-satu sekolah swasta di Kota Medan.

Ketika menjalin komunikasi dengan beliau, banyak informasi yang penulis dapatkan. Dalam pengamatan penulis, di hari pertama beliau lebih aktif sebagai pendengar dan sulit untuk memberikan respon atas pernyataan yang penulis berikan. Beliau juga menuturkan bahwasanya komunikasi yang dibangun oleh pengawas terhadap lansia cenderung lebih persuasif. Hal ini dikarenakan, beberapa lansia masih sulit untuk diarahkan, seperti untuk meminum obat atau untuk tidur. Maka dari itu, beberapa pengawas melakukan startegi dengan membujuk lansia agar mau melaksanakan arahan tersebut.

Di hari pertama penulis melakukan Teknik komunikasi yang responsive dan asertif. Pada dasarnya Teknik komunikasi responsive dan asertif adalah dua komunikasi yang bertujuan untuk memberikan bentuk perhatian dan kepedulian terhadap lawan bicara sehingga mereka merasa lebih nyaman dan mampu mengekspresikan dirinya. Hal ini penulis lakukan ketika berbincang santai dengan Bapak Asyong. Ketika kita belajar memahami komunikasi, maka ada dua aspek yang harus kita perhatikan yakni verbal dan non verbal. 

Di hari pertama penulis melakukan sengaja mengabaikan satu aspek non verbal dengan duduk tidak menghadap beliau. Hal ini penulis lakukan untuk mengkomperasi tanggapan beliau di hari berikutnya, dimana penulis duduk berhadapan dengan beliau. Secara ringkas berikut hasil pengamatan penulis ketika mengadaptasikan aspek verbal dan non berbal serta strategi/Teknik komunikasi yang pada lansia;

Keterangan

Hari I

Hari II

Hasil Pengamatan Hari I

Hasil Pengamatan II

Aspek Non-Verbal

  • Mimik wajah
  • Posisi duduk
  • Kontak mata

Hari pertama

  • Posisi duduk bersampingan
  • Minim melakukan kontak mata ketika berbicara.

Hari kedua

  • Posisi duduk berhadapan
  • Aktif melakukan kontak mata ketika berbicara.

Di hari pertama beliau cenderung pasif dan aktif mendengar, selain itu perbincangan yang terjadi hanya sebatas pewancara dan narasimber. Komunikasi yang terjalin masih cenderung kaku, dan beliau masih berbicara seadanya.

Di hari kedua, beliau mulai aktif memberikan pandangannya, dan leluasa menjelaskan apa yang menarik menurutnya. Pada hari ke dua, beliau semakin terbuka dan menjelaskan keinginannya untuk bekerja lagi, masa kecilnya, dan keluarganya. Pada hari kedua, komunikasi yang terjalin mengalami peningkatan, rasa senang yang diselingi tertawaan dan keterbukaan dari lansia.

Teknik Komunikasi

  • Responsif dan asertif
  • Sabar dan Iklas
  • Klasifikasi
  • Fokus
  • Di hari pertama, Teknik asertif dan responsive digunakan untuk memahami dan memberikan rasa nyaman pada lansia. Langkah ini berhasil, namun kurang membuka diri lansia akibat aspek non verbal yang tidak dilakukan.

Di hari kedua, Teknik klasifikasi dan focus menjadi Teknik utama saat berkomunikasi dengan beliau. Hal ini didasarkan, dari beberapa ucapan dan arah pembicaraan yang semakin terbuka sehingga beberapa topik pembicaraan yang difokuskan membuat lansia  dan saya tidak kesulitan dalam berkomunikasi.

Berdasarkan hasil kunjungan, dapat dipahami bahwasanya komunikasi menjadi akan sangat berkembang ketika kita mulai memerhatikan aspek non verbal dan verbal. Strategi komunikasi yang digunakan juga alangkah baiknya di kombinasikan, agar arah komunikasi tidak menjadi kaku dan sulit bagi Lansia. Melalui  komunikasi yang terjalin antar penulis dan lansia, penulis menyadari bahwasanya komunikasi yang terarah dan menyenangkan, setidaknya dapat membuka diri dan membantu mereka untuk mengelola stress.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun