Patung Sigale-gale memiliki keunikan yaitu dapat menari bahkan mengeluarkan air mata dan dapat bergerak sendiri saat ritual tertentu, seperti yang dahulu dilakukan untuk memanggil arwah dari Raja Manggale. Ritual tersebut memiliki tujuan untuk memanggil arwah yang sudah meninggal. Karena memang tidak ada upacara pemanggilan arwah, maka penulis tidak bisa menyaksikan boneka ini bergerak sendiri.
Namun, keseruan yang penulis dapat rasakan adalah penulis bisa menyaksikan tarian tor-tor bersama dengan patung Sigale-gale, bahkan ikut Manortor bersama dengan pengunjung yang lainnya. Di sana juga disediakan pemandu untuk pengunjung yang ingin Manortor. Bahkan penulis dan pengunjung yang lainnya disuguhkan untuk memakai ulos bahkan sor tali pada saat ingin menari dengan Patung Sigale-gale. Penulis juga sempat berkunjung ke Patung Sigale-gale yang ada di Tomok, Kabupaten Samosir yang jaraknya berdekatan dengan makam Raja Sidabutar. Hal ini tentunya menjadi daya tarik wisata bagi para pengunjung yang hendak ingin berwisata ke kampung Siallagan atau Huta Siallagan.
4. Makam
Huta Siallagan juga memiliki objek wisata yaitu situs makam keturunan Raja Siallagan. Di sekitar Rumah Bolon, tepat dibagian atas sejajar dengan Objek Sigale-gale terdapat Tugu keturunan Raja Siallagan yang masih berdiri kokoh. Walaupun tidak terlalu banyak diminati oleh para wisatawan namun objek ini tidak bisa dipisahkan dari bagian Huta Siallagan. Penulis perlu memperhatikan detail yang bahkan tidak menjadi objek menarik bagi kalangan wisatawan lainnya.Â
Budaya Intangible Huta Siallagan
Sedangkan Budaya Intangible adalah kebalikan dari Budaya Tangible. Budaya Intangible adalah kebudayaan yang bukan berwujud material, tidak dapat diraba secara fisik, termasuk didalamnya sistem pengetahuan dan nilai-nilai yang terkandung dalam sistem tersebut. Sesuai dengan pengamatan penulis, bentuk kebudayaan Intangible di Huta Siallagan adalah berupa Tari dan Alunan Intrumen Khas alat musik  yang dipakai pada saat menari atau Manortor dengan Patung Sigale-gale.Â
Tari Tortor sendiri adalah tarian seremonial yang disajikan dengan musik gondang. Tari Tortor ini adalah bentuk nilai budaya yang masih terjaga dan dilestarikan sampai saat ini khususnya di Huta Siallagan sesuai  dengan yang penulis lihat langsung di lapangan. Selain itu, media yang digunakan pada saat Manortor yaitu berupa bunyi atau musik yang khas juga merupakan kebudayaan berupa Intangible, selain alunan alat musik Gendang yang khas intrumen ini hanya dapat kita jumpai di Huta Siallagan dan Tomok.
https://drive.google.com/file/d/1UM3vaeZRo7nnKnkN-1gbbAfRrjnx38yd/view?usp=drivesdk (dokumentasi pada saat penulis sedang Manortor)