Mohon tunggu...
21012 JosapatMesakh
21012 JosapatMesakh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Sumatera Utara

Mahasiswa S1 Ilmu Sejarah di Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Trip

Huta Siallagan: Kekayaan Objek Wisata, Budaya Tangible dan Intangible

22 Mei 2024   19:38 Diperbarui: 22 Mei 2024   20:39 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut informasi yang penulis dapatkan di lapangan, Rumah Bolon memiliki makna filosofis bagi masyarakat setempat khususnya suku Batak. Salah satunya, atap dari rumah bolon yang lebih tinggi dibagian belakang dan lebih pendek di bagian depan. Ini bermakna agar keturunan dari keluarga yaitu anak memiliki derajat yang lebih tinggi dari orang tuanya. Kemudian terdapat seperti bentuk ukiran wajah singa dibagian depan rumah, yang bermakna penjagaan atau dulu lebih dikenal dengan nama Ulu Balang (juga bermakna penjaga rumah atau penajaga kampung). Ada juga simbol Payudara di bagian depan rumah, hal tersebut dimaknai sebagai kesuburan, artinya orang Batak bisa menjamu orang-orang yang datang ke rumahnya, baik dalam jumlah yang banyak. Selanjutnya, ada simbol Cicak yang bermakna adaptasi. Orang Batak harus bisa dan mampu beradaptassi dimanapun berada dan dalam berbagai kondisi dan keadaan. Selain itu tangga untuk masuk ke dalam rumah dibuat lebih rendah agar ketika masuk ke dalam rumah, posisi kita menunduk dan menunjukkan hormat kepada yang punya rumah dan dimaknai sebagai tanda rendah hati. Juga, tangga yang dibuat berjumlah ganjil. Artinya adalah keberuntungan. Dan tak kalah penting adalah ornamen-ornamen dalam Rumah Bolon dicat dengan warna merah, putih, dan hitam. Dalam kepercayaan orang Batak warna merah dimaknai sebagai kehidupan saat ini, warna putih dimaknai sebagai kematian (kembali kepada pencipta), sedangkan warna hitam artinya adalah akhir dunia atau kiamat.

Dalam wawancara dengan Bapak Parasian Sitinjak, bahwa Rumah Bolon yang ada di Huta Siallagan sudah mengalami pemugaran dan renovasi tanpa menghilangkan bentuk asli. Ada beberapa komponen yang diubah, seperti atap dari Rumah Bolon yang dulunya terbuat dari ijuk,  namun yang penulis lihat sudah berubah menjadi atap kayu yang didatangkan langsung dari Kalimantan.  

Namun demikian, Rumah Bolon tetap menjadi daya tarik bagi setiap wisatawan yang datang berkunjung ke Huta Siallagan dan menjadi spot yang menarik juga sebagai ikon dari Huta Siallagan. 

Sumber: Dokumentasi Pribadi pada 17 Mei 2024
Sumber: Dokumentasi Pribadi pada 17 Mei 2024

2. Batu Persidangan & Batu Eksekusi

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 17 Mei 2024
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 17 Mei 2024

Dari hasil peninjauan oleh penulis, yang menjadikan Huta Siallagan istimewa adalah adanya sekumpulan kursi batu besar yang dipahat melingkari meja batu. Kumpulan artefak furnitur batu ini disebut Batu Parsidangan atau Batu Persidangan, yang artinya "Batu untuk Pertemuan dan Ujian". Batu-batu ini diyakini sudah berusia lebih dari 200 tahun. Kemudian, di tengah-tengah Huta Siallagan terletak pohon Hariara (Tin atau Ara), pohon ini dianggap sebagai pohon suci oleh orang warga sekitar.

Menurut penjelasan Bapak Parasian Sitinjak, pada zaman dulu, Batu Persidangan menjadi tempat mengadili pelaku kejahatan. Kejahatan yang dimaksud diantaranya mencuri, membunuh, memperkosa, dan juga menjadi mata-mata musuh. Kejahatan ringan, maka pelaku akan diberikan sangsi berupa hukuman pasung. Sementara kejahatan berat maka pelaku dapat dijatuhi hukuman pancung. Hari pelaksaan penghukuman dilakukan ketika si pelaku dalam keadaan lemah yang ditentukan menurut kalender orang Batak (sesuai penjelasan narasumber). Pelaku kejahatan pada masa itu, umumnya dilakukan oleh penduduk yang memiliki ilmu hitam.

Penulis mengamati tinggalan tersebut masih terpelihara, dan tetap dijaga sebagai wadah tradisi dan sekaligus untuk objek wisata yang dapat mengajak setiap wisatawan atau pengunjung ikut dalam mesin waktu ke zaman dahulu bagaimana ritual tersebut dilakukan. Selain itu, penulis juga dihidangkan dengan alat-alat yang dilakukan untuk eksekusi pelaku kejahatan, walaupun sudah dalam bentuk replika. Akan tetapi, hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri dari Huta Siallagan yang masih menyimpan tradisi dan masih terjaga sampai saat ini. 

3. Patung Sigale-gale

Budaya Tangible yang tak kalah menarik dari Huta Siallagan adalah Patung Sigale-gale yang sangat ikonik. Singkatnya Patung Sigale-gale adalah replika dari Raja Manggale anak tunggal dari Raja Rahat, yang dulunya hilang ketika menghadapi peperangan. Karena sanga raja yang dalam posisi sakit karena sang anak tak kunjung pulang, maka Raja Rahat menyuruh untuk membuat patung dan melakukan ritual untuk memanggil arwah dari Raja Manggale. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun