Mohon tunggu...
Thio Subakti
Thio Subakti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa yang selalu mencari solusi inovatif dan peduli dengan perubahan sosial, dalam dunia yang terus berubah.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kampanye Politik Tri Adhianto Sebagai Calon Walikota Bekasi Dalam Pilkada Serentak Tahun 2024 Melalui New Media

17 Januari 2025   00:56 Diperbarui: 17 Januari 2025   00:56 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Debat Publik Pilkada Kota Bekasi Calon 03 (Sumber: https://www.instagram.com/mastriadhianto/)

Kampanye Politik Tri Adhianto Sebagai Calon Walikota Bekasi Dalam Pilkada Serentak Tahun 2024 Melalui New Media

Thio Subakti, 202210415229

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, Indonesia

Email: thio.subakti26@gmail.com

Fakultas Ilmu Komunikasi

Dosen Pengampu: Saeful Mujab, S.Sos, M.I.Kom

Abstrak

Pada Pilkada serentak 2024, penggunaan new media menjadi elemen penting dalam kampanye politik, terutama di kota metropolitan seperti Bekasi. Latar belakang penelitian ini berfokus pada transformasi teknologi yang mengubah cara masyarakat berinteraksi dan mengakses informasi, serta potensi media sosial untuk menjangkau generasi muda sebagai kelompok dominan pengguna platform digital. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan analisis konten dan observasi pada platform seperti TikTok dan Instagram untuk mengevaluasi efektivitas strategi kampanye digital. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konten berbasis isu spesifik, seperti debat publik, mencatat tingkat engagement tertinggi (3.087 likes, 380 komentar, 59 shares), menyoroti pentingnya diskusi interaktif. Sementara itu, video pendek di TikTok efektif dalam menarik perhatian awal generasi muda, tetapi kurang mendorong diskusi mendalam. Kesimpulan penelitian ini menegaskan pentingnya strategi multiplatform yang mengintegrasikan berbagai format konten untuk meningkatkan efektivitas kampanye. Saran yang diberikan mencakup optimalisasi konten berbasis isu, pengelolaan informasi yang bertanggung jawab, dan edukasi pemilih untuk menghadapi tantangan seperti hoaks. Penelitian ini memberikan panduan praktis dan akademis dalam memanfaatkan media sosial untuk kampanye politik yang modern, inklusif, dan strategis.

Kata kunci: New Media, Kampanye Politik, Media Sosial, TikTok, Instagram, Engagement, Pilkada 2024.

Abstract 

In the 2024 simultaneous regional elections, the use of new media became a key element in political campaigns, particularly in metropolitan cities like Bekasi. This study examines how technological transformation has changed public interaction and access to information, highlighting the potential of social media to reach young voters as dominant users of digital platforms. A qualitative method was employed, involving content analysis and observation on platforms such as TikTok and Instagram to evaluate the effectiveness of digital campaign strategies. The findings reveal that issue-specific content, such as public debates, achieved the highest engagement levels (3,087 likes, 380 comments, 59 shares), underscoring the importance of interactive discussions. Meanwhile, short videos on TikTok effectively captured the attention of younger audiences but were less effective in fostering deeper discussions. The study concludes that multiplatform strategies integrating various content formats are essential to enhance campaign effectiveness. Recommendations include optimizing issue-based content, managing information responsibly, and educating voters to tackle challenges such as misinformation. This study provides practical guidelines and academic insights to optimize social media for modern, inclusive, and strategic political campaigns.

Keywords: New Media, Political Campaigns, Social Media, TikTok, Instagram, Engagement, Pilkada 2024.

Pendahuluan

Pada Pilkada serentak 2024, penggunaan new media menjadi aspek penting dalam kampanye politik, terutama di kota metropolitan seperti Bekasi. Transformasi teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah cara masyarakat berinteraksi dan mengakses informasi, termasuk dalam konteks politik. Media sosial dan platform digital lainnya kini menjadi alat utama untuk menyampaikan pesan kampanye secara efektif. Penelitian menunjukkan bahwa media digital memungkinkan cakupan yang lebih luas, efisiensi biaya, dan interaksi dinamis, yang sangat relevan dalam menjangkau masyarakat perkotaan (Ridzuan et al., 2023). Dalam konteks ini, media sosial tidak hanya berfungsi sebagai saluran informasi, tetapi juga sebagai platform untuk membangun keterlibatan dan partisipasi politik (Marquart et al., 2020)

Generasi muda dan pemilih pemula di Bekasi, yang merupakan kelompok dominan pengguna media sosial, memiliki pengaruh signifikan terhadap hasil pemilu. Penelitian menunjukkan bahwa media sosial dapat membentuk dan memengaruhi perspektif politik generasi muda, yang pada gilirannya mendorong keterlibatan aktif dalam diskursus politik (Macharia, 2024). Oleh karena itu, strategi kampanye yang memanfaatkan platform digital sangat penting untuk memastikan keterlibatan mereka dalam proses demokrasi. Namun, tantangan seperti penyebaran hoaks dan polarisasi masyarakat juga muncul dalam era digital ini, yang memerlukan pendekatan yang bertanggung jawab dalam penggunaan new media (Wiredarme & Muttaqin, 2022). Pembahasan tentang cara memanfaatkan new media secara bertanggung jawab menjadi sangat relevan untuk mengatasi tantangan ini. Penelitian menunjukkan bahwa meskipun media sosial memberikan ruang bagi partisipasi politik yang lebih besar, ia juga dapat memperpanjang proses kampanye dan meningkatkan risiko penyebaran informasi yang salah (Abdullah et al., 2019). Oleh karena itu, penting bagi pelaku politik untuk mengembangkan strategi komunikasi yang etis dan efektif, serta untuk mengedukasi pemilih tentang cara mengenali dan menghindari informasi yang menyesatkan (Fetoshi, 2023)

Topik ini memberikan wawasan tentang bagaimana teknologi memengaruhi dinamika politik lokal. Bagi masyarakat umum, artikel ini menunjukkan cara mereka dapat lebih terlibat dalam proses kampanye digital, sedangkan bagi pelaku politik atau pengamat, ini menjadi panduan dalam menyusun strategi kampanye yang relevan dan modern. Dengan demikian, membahas kampanye politik melalui new media bukan hanya untuk memahami Pilkada 2024, tetapi juga untuk melihat perubahan besar dalam komunikasi politik di Indonesia, yang berpengaruh langsung pada demokrasi dan kehidupan masyarakat (Rychert & Wilkins, 2023)

Seiring dengan semakin pentingnya peran teknologi dalam kehidupan sehari-hari, kampanye politik di era digital memerlukan pendekatan yang lebih cermat. Kota Bekasi, sebagai salah satu kota metropolitan dengan tingkat adopsi teknologi yang tinggi, menjadi studi kasus yang relevan untuk memahami dinamika ini. Bekasi bukan hanya kota dengan populasi yang besar, tetapi juga memiliki demografi yang sangat beragam, dengan generasi muda sebagai segmen yang mendominasi. Dalam hal ini, pendekatan berbasis teknologi menawarkan potensi besar untuk menyampaikan pesan politik kepada audiens yang lebih luas. Platform seperti Instagram, TikTok, Twitter, dan YouTube menjadi arena utama bagi para kandidat untuk mempromosikan visi dan misi mereka. Tidak hanya itu, fitur-fitur interaktif seperti polling, siaran langsung, dan komentar memungkinkan komunikasi dua arah yang lebih efektif antara kandidat dan pemilih.

Namun, potensi ini tidak datang tanpa tantangan. Salah satu isu utama dalam penggunaan new media adalah penyebaran informasi yang salah atau hoaks. Hoaks dapat dengan cepat menyebar melalui media sosial, terutama di kalangan generasi muda yang sering kali lebih terpapar informasi dalam format singkat dan visual. Hoaks tidak hanya menyesatkan pemilih tetapi juga dapat merusak reputasi kandidat dan memperburuk polarisasi masyarakat. Penelitian oleh (Wiredarme & Muttaqin, 2022) menunjukkan bahwa penyebaran hoaks sering kali terjadi karena kurangnya literasi digital di kalangan pengguna media sosial. Oleh karena itu, literasi digital menjadi elemen penting yang harus diperhatikan dalam kampanye politik berbasis new media. Pelaku politik perlu mengedukasi pemilih tentang cara memverifikasi informasi dan menghindari jebakan hoaks.

Selain itu, tantangan lain yang dihadapi adalah polarisasi masyarakat. Polarisasi politik dapat meningkat ketika media sosial digunakan untuk menyebarkan narasi yang memecah belah. Algoritma media sosial yang dirancang untuk meningkatkan keterlibatan sering kali memperkuat pandangan yang sudah ada, sehingga menciptakan “echo chambers” di mana pengguna hanya terpapar pada informasi yang sesuai dengan pandangan mereka sendiri. Hal ini dapat mengurangi ruang untuk dialog yang konstruktif dan memperburuk ketegangan sosial. (Cushion & Jackson, 2019) menekankan pentingnya pendekatan yang bertanggung jawab dalam penggunaan media sosial untuk mencegah efek negatif ini.

Dalam konteks Pilkada serentak 2024 di Bekasi, penting untuk memahami bagaimana strategi kampanye digital dapat dirancang untuk mengatasi tantangan-tantangan ini. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan narasi yang inklusif dan mengedukasi, yang tidak hanya mempromosikan kandidat tetapi juga mendorong partisipasi masyarakat dalam proses demokrasi. Misalnya, kampanye dapat mencakup konten yang menjelaskan pentingnya partisipasi pemilih, proses pemilu, dan cara untuk berkontribusi secara positif dalam diskursus politik. Strategi semacam ini tidak hanya akan membantu dalam memenangkan dukungan tetapi juga dalam membangun masyarakat yang lebih sadar politik.

Generasi muda memainkan peran sentral dalam dinamika ini. Sebagai pengguna utama media sosial, mereka memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam proses demokrasi. Penelitian menunjukkan bahwa generasi muda cenderung lebih tertarik pada kampanye yang menggunakan pendekatan kreatif dan autentik. Video pendek dengan pesan yang kuat, infografis yang menarik, dan interaksi langsung melalui siaran langsung adalah beberapa contoh format yang dapat digunakan untuk menarik perhatian mereka. Selain itu, kampanye yang melibatkan influencer atau tokoh masyarakat yang relevan dengan generasi muda juga dapat meningkatkan efektivitas pesan. Influencer memiliki pengaruh besar dalam membentuk opini dan dapat menjadi jembatan antara kandidat dan pemilih muda.

Namun, efektivitas strategi ini sangat bergantung pada pemahaman yang mendalam tentang preferensi dan perilaku audiens target. Survei dan analisis data menjadi alat yang sangat penting dalam merancang kampanye digital. Dengan memahami apa yang menarik bagi generasi muda, pelaku politik dapat menyesuaikan pesan dan format kampanye mereka untuk mencapai dampak maksimal. Misalnya, analisis data dapat mengungkapkan platform mana yang paling banyak digunakan oleh pemilih muda di Bekasi, jenis konten apa yang paling menarik bagi mereka, dan waktu terbaik untuk memposting konten.

Selain itu, penting untuk mempertimbangkan aspek etika dalam kampanye digital. Dalam upaya untuk menarik perhatian, ada risiko bahwa kampanye dapat tergelincir ke dalam praktik-praktik yang tidak etis, seperti manipulasi informasi atau serangan terhadap lawan politik. Pendekatan semacam ini tidak hanya merusak integritas proses demokrasi tetapi juga dapat menimbulkan backlash dari masyarakat. Oleh karena itu, pelaku politik perlu memastikan bahwa kampanye mereka mematuhi prinsip-prinsip etika dan transparansi. Misalnya, setiap klaim yang dibuat dalam kampanye harus didukung oleh fakta, dan setiap interaksi dengan pemilih harus dilakukan dengan hormat.

Dalam menghadapi tantangan ini, kolaborasi antara berbagai pihak menjadi sangat penting. Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, media, dan platform teknologi perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kampanye politik yang bertanggung jawab. Pemerintah dapat mengeluarkan regulasi yang mengatur penggunaan media sosial dalam kampanye politik, sementara platform teknologi dapat meningkatkan upaya untuk mendeteksi dan menghapus konten yang melanggar aturan. Di sisi lain, media dan lembaga swadaya masyarakat dapat memainkan peran dalam mengedukasi masyarakat tentang literasi digital dan pentingnya partisipasi politik yang sehat.

Penelitian ini berfokus pada beberapa permasalahan utama terkait penggunaan new media dalam kampanye politik calon wali kota Bekasi pada Pilkada serentak 2024. Permasalahan pertama adalah bagaimana efektivitas new media dibandingkan dengan metode kampanye konvensional dalam menjangkau dan memengaruhi pemilih. Kedua, penelitian ini menyoroti peran generasi muda dan pemilih pemula, yang merupakan pengguna utama media sosial, dalam menentukan keberhasilan kampanye digital. Ketiga, tantangan yang dihadapi dalam memanfaatkan new media, seperti penyebaran hoaks, polarisasi masyarakat, dan pelanggaran etika, menjadi perhatian utama. Terakhir, penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasi strategi kampanye inovatif dan bertanggung jawab yang mampu meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses demokrasi di Kota Bekasi.

Tujuan spesifik dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas new media dalam memperluas jangkauan dan pengaruh kampanye politik, terutama di kalangan generasi muda dan pemilih pemula. Penelitian ini juga bertujuan untuk menggali perilaku serta preferensi kelompok tersebut terhadap kampanye digital, sekaligus mengidentifikasi tantangan utama dalam pelaksanaannya. Selain itu, penelitian ini berusaha merumuskan strategi kampanye berbasis new media yang inovatif, efektif, dan sesuai dengan etika demokrasi, sehingga dapat digunakan sebagai panduan untuk mendukung proses kampanye politik yang lebih inklusif dan modern.

Dengan pendekatan yang komprehensif, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi pemahaman tentang peran new media dalam kampanye politik lokal. Tidak hanya sebagai alat untuk memenangkan pemilu, new media juga dapat menjadi sarana untuk membangun masyarakat yang lebih sadar politik dan demokratis. Dalam konteks ini, Pilkada 2024 di Bekasi menjadi momentum yang tepat untuk mengeksplorasi potensi dan tantangan new media dalam membentuk masa depan politik Indonesia.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kualitatif, yang berfokus pada eksplorasi mendalam mengenai pengalaman, perspektif, dan opini terkait penggunaan new media dalam kampanye politik calon wali kota Bekasi pada Pilkada serentak 2024. Pendekatan ini bertujuan untuk memahami secara kontekstual bagaimana new media dimanfaatkan untuk menjangkau pemilih dan membangun keterlibatan, serta mengidentifikasi tantangan dan peluang yang dihadapi oleh tim kampanye. Metode yang digunakan meliputi wawancara mendalam dengan berbagai pihak, termasuk pemilih, ahli politik, influencer lokal, dan tim kampanye, untuk mendapatkan wawasan langsung mengenai efektivitas strategi kampanye digital. Selain itu, analisis konten media sosial dilakukan untuk mengevaluasi narasi dan pesan kampanye yang disampaikan kepada masyarakat.

Pendekatan ini sesuai dengan tujuan penelitian karena memungkinkan eksplorasi isu secara mendalam, termasuk memahami preferensi dan perilaku pemilih, serta mengidentifikasi faktor sosial dan budaya yang memengaruhi respons terhadap kampanye digital. Dengan fokus pada data kualitatif, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang kaya dan kontekstual untuk merumuskan strategi kampanye yang inovatif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat lokal di Bekasi. Dalam konteks ini, metode kualitatif memberikan fleksibilitas untuk menggali dimensi-dimensi kompleks dari penggunaan media baru dalam kampanye politik, termasuk pengaruhnya terhadap dinamika sosial, politik, dan budaya lokal. Selain itu, pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk menangkap nuansa dan dinamika interaksi digital yang mungkin tidak terlihat dalam data kuantitatif.

Penelitian ini menggunakan instrumen utama berupa checklist analisis konten media sosial dan catatan observasi untuk mengumpulkan data tentang penggunaan new media dalam kampanye politik calon wali kota Bekasi. Checklist analisis konten dirancang untuk mengevaluasi elemen-elemen kunci dari kampanye digital, seperti pesan utama yang disampaikan, gaya komunikasi, tingkat engagement (jumlah likes, shares, dan komentar), serta respons masyarakat terhadap konten kampanye. Selain itu, catatan observasi digunakan untuk mendokumentasikan pola interaksi digital, seperti kegiatan live streaming, postingan media sosial, dan tanggapan audiens selama kampanye berlangsung.

Proses pengumpulan data dimulai dengan identifikasi platform media sosial utama yang digunakan oleh calon wali kota, seperti Instagram, TikTok. Kemudian, konten kampanye dianalisis berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam checklist, seperti frekuensi posting, tema yang diangkat, dan pendekatan visual atau naratif yang digunakan. Observasi langsung dilakukan untuk mencatat pola interaksi calon dengan audiens, termasuk diskusi daring dan kampanye berbasis isu lokal. Data yang dikumpulkan divalidasi melalui analisis triangulasi dengan membandingkan temuan dari berbagai platform media sosial. Dengan metode yang terstruktur ini, pengumpulan data dilakukan secara andal dan mendalam untuk memberikan gambaran komprehensif mengenai efektivitas dan tantangan kampanye melalui new media.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi penting dalam memahami bagaimana new media dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan partisipasi politik dan keterlibatan masyarakat dalam proses demokrasi. Dengan menggali pengalaman dan perspektif berbagai pemangku kepentingan, penelitian ini tidak hanya bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas strategi kampanye digital, tetapi juga untuk mengidentifikasi praktik-praktik terbaik yang dapat diadopsi dalam konteks kampanye politik lainnya. Penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan rekomendasi konkret bagi calon wali kota dan tim kampanye mereka dalam merancang strategi komunikasi yang lebih inklusif, responsif, dan inovatif.

Selain itu, penelitian ini berupaya untuk menjawab sejumlah pertanyaan penting terkait penggunaan media baru dalam konteks politik lokal. Bagaimana generasi muda dan pemilih pemula merespons kampanye digital? Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi keterlibatan mereka dalam diskursus politik melalui media sosial? Bagaimana tim kampanye dapat mengatasi tantangan seperti penyebaran hoaks, polarisasi masyarakat, dan kurangnya literasi digital di kalangan pemilih? Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang komprehensif tentang peran new media dalam membentuk dinamika politik di tingkat lokal.

Dalam pelaksanaannya, penelitian ini juga mengadopsi pendekatan partisipatif dengan melibatkan pemangku kepentingan lokal dalam proses pengumpulan dan analisis data. Misalnya, diskusi kelompok terfokus (focus group discussion) dilakukan untuk mendapatkan masukan dari berbagai pihak, termasuk komunitas lokal, organisasi masyarakat sipil, dan akademisi. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan validitas data, tetapi juga memastikan bahwa temuan penelitian mencerminkan realitas dan kebutuhan masyarakat setempat. Selain itu, pendekatan partisipatif ini memungkinkan peneliti untuk membangun hubungan yang lebih erat dengan komunitas lokal, yang pada gilirannya dapat meningkatkan relevansi dan dampak penelitian.

Untuk memperkuat analisis, penelitian ini juga memanfaatkan berbagai sumber data sekunder, seperti laporan media, survei sebelumnya, dan literatur akademik yang relevan. Data sekunder ini digunakan untuk melengkapi dan memperkuat temuan dari data primer, serta untuk memberikan konteks yang lebih luas tentang penggunaan new media dalam kampanye politik. Misalnya, laporan media dapat memberikan gambaran tentang bagaimana media meliput kampanye digital, sementara survei sebelumnya dapat memberikan wawasan tentang preferensi dan perilaku pemilih.

Dengan pendekatan yang komprehensif ini, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan yang tidak hanya relevan bagi konteks lokal di Bekasi, tetapi juga dapat memberikan kontribusi bagi literatur akademik yang lebih luas tentang penggunaan media baru dalam politik. Dalam era di mana teknologi digital semakin mendominasi berbagai aspek kehidupan, penelitian ini menjadi sangat relevan untuk memahami bagaimana media baru dapat digunakan secara efektif dan bertanggung jawab dalam mendukung proses demokrasi.

Temuan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan panduan praktis bagi calon wali kota dan tim kampanye mereka dalam merancang strategi komunikasi yang lebih efektif dan inklusif. Misalnya, penelitian ini dapat membantu tim kampanye untuk memahami bagaimana memanfaatkan fitur-fitur interaktif di media sosial untuk meningkatkan keterlibatan audiens. Selain itu, temuan penelitian ini juga dapat memberikan wawasan tentang bagaimana mengelola risiko yang terkait dengan penggunaan media baru, seperti penyebaran informasi yang salah dan polarisasi masyarakat.

Dalam jangka panjang, penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada pengembangan strategi komunikasi politik yang lebih inovatif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat di era digital. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya bermanfaat bagi calon wali kota dan tim kampanye mereka, tetapi juga bagi masyarakat umum, yang dapat memanfaatkan temuan penelitian ini untuk meningkatkan partisipasi mereka dalam proses demokrasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan literasi digital di kalangan masyarakat, yang merupakan elemen penting untuk memastikan bahwa media baru dapat digunakan secara efektif dan bertanggung jawab dalam mendukung proses demokrasi.

Hasil dan Pembahasan

Tabel 1. Data Postingan TikTok Video, Instagram Post (Umum dan Detabe)

Data Postingan TikTok Video, Instagram Post (Umum dan Detabe)
Data Postingan TikTok Video, Instagram Post (Umum dan Detabe)

Temuan ini menunjukkan bahwa tiga jenis konten media sosial memiliki tingkat engagement yang berbeda, yang memberikan wawasan penting tentang efektivitas strategi kampanye politik melalui platform digital. Konten Instagram Post (Debate) menunjukkan performa terbaik dengan 3.087 likes, 380 komentar, dan 59 shares. Tingginya angka ini menunjukkan bahwa konten berbasis acara penting seperti debat publik mampu menarik perhatian audiens secara signifikan, memicu diskusi yang intens, dan memotivasi audiens untuk membagikan informasi lebih luas. Ini mengindikasikan bahwa audiens memiliki minat yang tinggi terhadap konten yang bersifat interaktif dan relevan dengan isu politik aktual.

Debat publik sering kali menjadi momen penting dalam kampanye politik, di mana kandidat dapat mempresentasikan pandangan mereka terhadap isu-isu yang krusial, sekaligus menunjukkan kapabilitas mereka dalam berdebat dan merespons tantangan. Dalam konteks media sosial, acara seperti ini tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi politik tetapi juga sebagai platform untuk membangun kepercayaan dan kredibilitas di mata publik. Tingginya jumlah engagement pada konten ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap transparansi dan keterbukaan yang ditawarkan oleh format debat. Oleh karena itu, tim kampanye dapat memanfaatkan momen debat publik untuk mengarahkan perhatian audiens ke isu-isu utama kampanye, sekaligus meningkatkan partisipasi mereka dalam diskusi politik yang lebih luas.

Sementara itu, TikTok Video menunjukkan engagement yang cukup baik dengan 1.709 likes, 63 komentar, dan 11 shares. Meskipun tidak setinggi konten debat, format video pendek di TikTok tetap efektif untuk menarik perhatian awal, terutama di kalangan pemilih muda yang mendominasi platform ini. TikTok, sebagai platform yang sangat populer di kalangan generasi muda, menawarkan peluang unik untuk menyampaikan pesan politik dengan cara yang kreatif dan menyenangkan. Namun, rendahnya jumlah komentar dan shares menunjukkan bahwa video pendek cenderung kurang mendorong diskusi yang mendalam atau partisipasi lanjutan. Hal ini menggarisbawahi pentingnya memadukan konten TikTok dengan strategi yang lebih holistik untuk memfasilitasi keterlibatan yang lebih mendalam.

Untuk meningkatkan efektivitas konten TikTok, tim kampanye dapat menggunakan format yang lebih interaktif, seperti video challenge, polling, atau sesi tanya jawab singkat. Pendekatan semacam ini tidak hanya menarik perhatian tetapi juga mendorong audiens untuk berpartisipasi secara aktif. Selain itu, kolaborasi dengan influencer lokal yang memiliki basis pengikut yang kuat di TikTok dapat menjadi strategi yang efektif untuk memperluas jangkauan kampanye. Influencer dapat membantu menyampaikan pesan kampanye dengan cara yang lebih autentik dan relevan bagi audiens mereka, sehingga meningkatkan peluang engagement yang lebih tinggi.

Di sisi lain, Instagram Post (Umum) mendapatkan 1.638 likes, 113 komentar, dan 16 shares. Konten ini, meskipun tidak seviral konten debat, tetap memberikan hasil yang baik, terutama dalam membangun awareness terhadap program kerja atau isu yang diangkat. Instagram, sebagai platform visual, menawarkan keunggulan dalam menyampaikan pesan melalui gambar dan video yang menarik secara estetika. Tingginya jumlah likes pada konten ini menunjukkan bahwa audiens tertarik pada presentasi visual yang menarik, sementara komentar dan shares yang lebih rendah menunjukkan bahwa konten ini lebih efektif untuk membangun kesadaran daripada mendorong diskusi atau partisipasi aktif.

Untuk meningkatkan efektivitas konten Instagram, tim kampanye dapat fokus pada desain visual yang lebih menarik, seperti infografis, carousel posts, atau video singkat yang menyoroti pencapaian atau visi kandidat. Selain itu, penggunaan fitur-fitur interaktif seperti polling di Instagram Stories atau sesi Q&A dapat membantu meningkatkan keterlibatan audiens. Dengan mengintegrasikan elemen-elemen visual dan interaktif, tim kampanye dapat memaksimalkan potensi Instagram sebagai platform untuk membangun koneksi yang lebih kuat dengan audiens.

Temuan ini memberikan panduan strategis bagi tim kampanye untuk memaksimalkan potensi engagement di media sosial. Konten berbasis acara penting atau isu spesifik, seperti debat publik, memiliki dampak yang sangat besar dalam menarik perhatian audiens, mendorong diskusi, dan memperluas jangkauan informasi melalui fitur sharing. Strategi kampanye dapat dirancang dengan mengintegrasikan konten tematik yang relevan dengan isu yang sedang hangat di masyarakat untuk meningkatkan partisipasi publik. Selain itu, platform seperti TikTok dapat dimanfaatkan untuk menarik perhatian awal, terutama dari generasi muda, dengan format video pendek yang kreatif dan ringan. Setelah perhatian terbangun, konten yang lebih mendalam dan interaktif, seperti debat publik atau sesi Q&A di Instagram, dapat digunakan untuk mendorong diskusi dan meningkatkan keterlibatan audiens secara lebih serius.

Dalam merancang strategi kampanye digital, penting untuk mempertimbangkan karakteristik unik dari setiap platform media sosial. Setiap platform memiliki audiens dan dinamika yang berbeda, sehingga pendekatan yang digunakan harus disesuaikan dengan konteks masing-masing. Misalnya, TikTok lebih cocok untuk menyampaikan pesan-pesan singkat dan kreatif, sementara Instagram lebih efektif untuk membangun kesadaran melalui visual yang menarik. Dengan memahami dinamika ini, tim kampanye dapat merancang strategi yang lebih terarah dan efektif dalam mencapai tujuan kampanye mereka.

Selain itu, penting untuk mempertimbangkan aspek etika dalam penggunaan media sosial untuk kampanye politik. Penyebaran informasi yang akurat dan transparansi dalam komunikasi adalah kunci untuk membangun kepercayaan dan kredibilitas di mata publik. Oleh karena itu, tim kampanye harus memastikan bahwa semua konten yang dipublikasikan telah diverifikasi kebenarannya dan disampaikan dengan cara yang bertanggung jawab. Dalam konteks ini, edukasi kepada audiens tentang pentingnya literasi digital juga menjadi elemen penting dalam mencegah penyebaran hoaks dan meningkatkan kualitas diskusi politik di media sosial.

Sebagai langkah lanjutan, tim kampanye dapat memanfaatkan data analitik untuk memantau dan mengevaluasi performa konten mereka di media sosial. Data ini dapat memberikan wawasan tentang jenis konten yang paling efektif dalam menarik perhatian dan mendorong keterlibatan audiens. Dengan menggunakan data ini, tim kampanye dapat terus memperbaiki strategi mereka dan memastikan bahwa mereka tetap relevan dengan kebutuhan dan preferensi audiens. Selain itu, kolaborasi dengan platform media sosial untuk mengoptimalkan algoritma dan fitur-fitur tertentu dapat membantu meningkatkan visibilitas dan dampak kampanye.

Dalam jangka panjang, pendekatan yang holistik dan terintegrasi dalam memanfaatkan media sosial dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi kampanye politik. Tidak hanya membantu kandidat untuk memenangkan dukungan, tetapi juga mendorong partisipasi masyarakat dalam proses demokrasi yang lebih inklusif dan bermakna. Dengan memanfaatkan potensi media sosial secara efektif dan bertanggung jawab, tim kampanye dapat memainkan peran yang penting dalam membentuk masa depan politik yang lebih baik.

Hasil penelitian ini mendukung dan memperluas teori serta studi sebelumnya terkait penggunaan new media dalam kampanye politik, khususnya di era digital. Berdasarkan temuan, media sosial memainkan peran penting sebagai platform komunikasi yang interaktif, sebagaimana diungkapkan oleh (Marquart et al., 2020) dan (Fadhlurrohman & Purnomo, 2020), yang menyatakan bahwa media sosial tidak hanya berfungsi sebagai saluran informasi, tetapi juga sebagai alat untuk membangun keterlibatan politik. Temuan ini juga selaras dengan studi (Ridzuan et al., 2023), yang menunjukkan bahwa media digital memberikan cakupan lebih luas, efisiensi biaya, dan interaksi dinamis, terutama di wilayah urban seperti Kota Bekasi.

Media sosial, sebagai salah satu bentuk new media, telah berkembang menjadi sarana komunikasi yang tidak hanya menyampaikan informasi tetapi juga melibatkan audiens dalam diskusi yang lebih mendalam. (Marquart et al., 2020) berargumen bahwa platform media sosial seperti Facebook, Instagram, dan TikTok menawarkan fitur-fitur yang memfasilitasi dialog interaktif, seperti kolom komentar, fitur live streaming, dan polling. Hal ini memungkinkan politisi untuk terlibat secara langsung dengan pemilih, memperkuat hubungan emosional, dan membangun kepercayaan. Sebagai contoh, di Kota Bekasi, penggunaan media sosial untuk kampanye politik telah menunjukkan efektivitasnya dalam menjangkau berbagai kelompok demografis, termasuk generasi muda dan pemilih pertama kali.

Secara spesifik, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konten berbasis isu spesifik atau acara penting, seperti debat publik, memiliki tingkat engagement yang jauh lebih tinggi dibandingkan konten umum. Hal ini mendukung pandangan (Macharia, 2024), yang menyatakan bahwa generasi muda lebih tertarik pada diskursus politik yang relevan dengan isu aktual. Dalam konteks ini, debat publik menjadi sarana yang efektif untuk menarik perhatian audiens, terutama ketika isu-isu yang diangkat berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari mereka. Misalnya, tingginya jumlah likes (3.087), komentar (380), dan shares (59) pada konten debat publik menunjukkan bahwa audiens memiliki minat besar terhadap konten yang bersifat interaktif. Data ini juga relevan dengan teori keterlibatan publik yang diajukan oleh (Rychert & Wilkins, 2023), yang menyatakan bahwa audiens cenderung lebih terlibat dalam konten yang mendorong partisipasi aktif.

Namun, penelitian ini juga mengungkapkan tantangan, seperti rendahnya jumlah shares dan komentar pada format video pendek di TikTok. Meskipun video pendek efektif untuk menarik perhatian awal, terutama dari pemilih muda, format ini kurang mendorong diskusi mendalam. (Wiredarme & Muttaqin, 2022) menyoroti bahwa media sosial dapat memfasilitasi keterlibatan dangkal jika tidak disertai strategi komunikasi yang tepat. Dalam hal ini, penting untuk mengintegrasikan video pendek dengan konten yang lebih mendalam di platform lain untuk menciptakan pengalaman komunikasi yang lebih holistik. Misalnya, TikTok dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran (awareness) sementara Instagram atau YouTube dapat menjadi platform untuk diskusi yang lebih kompleks.

Interpretasi dari temuan ini adalah bahwa strategi kampanye politik harus mengintegrasikan berbagai format konten yang sesuai dengan preferensi audiens. Konten video pendek di TikTok dapat digunakan untuk menarik perhatian awal dan membangun awareness, tetapi harus diikuti dengan konten tematik yang lebih mendalam di platform seperti Instagram, yang lebih efektif untuk mendorong diskusi dan partisipasi publik. Selain itu, temuan ini memperkuat perlunya pendekatan yang etis dan bertanggung jawab dalam penggunaan new media, mengingat tantangan seperti penyebaran hoaks yang dapat memengaruhi kepercayaan publik, sebagaimana diungkapkan oleh (Abdullah et al., 2019) dan (Fetoshi, 2023).

Pendekatan yang etis dalam kampanye politik mencakup transparansi dalam menyampaikan informasi, menghormati privasi pengguna, dan menghindari penggunaan data secara tidak sah. Penelitian menunjukkan bahwa audiens lebih cenderung mempercayai kandidat yang transparan dan konsisten dalam komunikasi mereka. Selain itu, penggunaan teknologi seperti algoritma kecerdasan buatan dapat membantu mengidentifikasi dan menghapus konten hoaks sebelum menyebar lebih luas. (Abdullah et al., 2019) menekankan pentingnya kolaborasi antara platform media sosial, pemerintah, dan masyarakat sipil untuk mengatasi tantangan ini.

Penelitian ini tidak hanya mendukung teori-teori sebelumnya, tetapi juga memperluasnya dengan memberikan wawasan tentang bagaimana konten berbasis isu aktual dapat memengaruhi keterlibatan politik di tingkat lokal. Dengan demikian, hasil penelitian ini memberikan panduan praktis bagi tim kampanye politik untuk mengoptimalkan penggunaan media sosial dalam menjangkau audiens dan membangun partisipasi politik yang lebih inklusif. Sebagai langkah ke depan, penelitian lanjutan dapat mengeksplorasi bagaimana faktor-faktor seperti preferensi budaya, literasi digital, dan tingkat kepercayaan sosial memengaruhi efektivitas strategi kampanye digital.

Gambar 1. Postingan Instagram

Debat Publik Pilkada Kota Bekasi Calon 03 (Sumber: https://www.instagram.com/mastriadhianto/)
Debat Publik Pilkada Kota Bekasi Calon 03 (Sumber: https://www.instagram.com/mastriadhianto/)

Gambar 2. Postingan Instagram

Weekend Random (Sumber: https://www.instagram.com/mastriadhianto/)
Weekend Random (Sumber: https://www.instagram.com/mastriadhianto/)

Gambar 3. Postingan Instagram

Strategi TRI-HARRIS Atasi Banjir Di Kota Bekasi (Sumber: https://www.instagram.com/mastriadhianto/)
Strategi TRI-HARRIS Atasi Banjir Di Kota Bekasi (Sumber: https://www.instagram.com/mastriadhianto/)

Kesimpulan 

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan new media dalam kampanye politik calon wali kota Bekasi pada Pilkada 2024 terbukti efektif dalam meningkatkan keterlibatan audiens, terutama di kalangan generasi muda. Konten berbasis acara penting, seperti debat publik, mencatat tingkat engagement tertinggi, mengindikasikan bahwa isu spesifik dan interaktif mampu menarik perhatian dan memicu diskusi publik yang intens. Sementara itu, video pendek di TikTok efektif untuk menarik perhatian awal, tetapi kurang mendorong diskusi mendalam, menyoroti pentingnya strategi yang mengintegrasikan berbagai format konten. Penelitian ini juga mengidentifikasi tantangan, seperti penyebaran hoaks dan rendahnya engagement pada beberapa konten, yang memerlukan pendekatan kampanye yang lebih bertanggung jawab dan strategis.

Hasil ini mendukung tujuan penelitian untuk menganalisis efektivitas media sosial dalam menjangkau pemilih, menggali perilaku generasi muda terhadap kampanye digital, serta merumuskan strategi inovatif yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Penelitian ini memberikan panduan praktis untuk memaksimalkan potensi media sosial sebagai alat kampanye politik yang modern, inklusif, dan berdampak.

Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran yang dapat diterapkan dalam praktik kampanye politik dan rekomendasi untuk penelitian lanjutan. Secara praktis, kandidat disarankan untuk mengoptimalkan konten berbasis acara penting, seperti debat publik, yang terbukti menarik perhatian dan memicu diskusi intensif. Mengintegrasikan format video pendek yang interaktif di TikTok dan Instagram Reels juga dapat meningkatkan partisipasi audiens. Strategi multiplatform perlu diterapkan secara sinergis, di mana TikTok digunakan untuk menarik perhatian awal, Instagram untuk membangun diskusi mendalam, dan Facebook untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Selain itu, pengelolaan informasi yang transparan dan edukasi pemilih tentang cara mengenali informasi valid menjadi langkah penting untuk meminimalkan risiko penyebaran hoaks. Menggandeng influencer lokal yang memiliki pengaruh signifikan juga dapat memperluas jangkauan kampanye, terutama di kalangan generasi muda.

Strategi multiplatform menjadi hal yang sangat penting dalam kampanye politik berbasis media sosial. TikTok, sebagai platform dengan jumlah pengguna yang terus bertambah, dapat menjadi pintu masuk untuk menarik perhatian awal, terutama dari audiens muda. Dengan memanfaatkan tren konten viral, kandidat dapat menciptakan kesadaran mengenai isu-isu yang relevan secara politik. Namun, kampanye di TikTok harus diikuti oleh konten yang lebih mendalam di platform seperti Instagram dan Facebook. Instagram, dengan fitur-fitur seperti IGTV, Reels, dan Stories, memungkinkan kandidat untuk memperluas diskusi dan memberikan informasi yang lebih detail. Sementara itu, Facebook tetap menjadi platform utama untuk menjangkau audiens yang lebih tua atau yang memiliki tingkat literasi digital yang lebih rendah.

Selain itu, edukasi pemilih juga menjadi komponen penting dalam memaksimalkan potensi media sosial untuk kampanye politik. Penelitian ini menunjukkan bahwa audiens lebih cenderung mempercayai kandidat yang secara aktif memberikan informasi valid dan transparan. Oleh karena itu, kandidat perlu menyampaikan pesan yang jelas dan berbasis fakta, sekaligus mengedukasi audiens mengenai cara mengenali dan memverifikasi informasi yang mereka terima. Langkah ini penting untuk membangun kepercayaan dan mencegah penyebaran hoaks yang dapat merusak kredibilitas kampanye.

Menggandeng influencer lokal adalah strategi lain yang efektif untuk memperluas jangkauan kampanye. Influencer memiliki hubungan yang erat dengan audiens mereka dan dapat menjadi perantara yang kuat untuk menyampaikan pesan kampanye. Namun, penting untuk memilih influencer yang memiliki nilai dan visi yang sejalan dengan kandidat agar pesan yang disampaikan tetap autentik dan kredibel. Dalam konteks ini, penggunaan media sosial untuk kampanye politik tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga sarana untuk membangun hubungan yang lebih personal dan emosional dengan pemilih.

Untuk penelitian lanjutan, disarankan dilakukan analisis kualitatif yang lebih mendalam terhadap motivasi dan opini audiens dalam merespons konten kampanye. Penelitian komparatif antar daerah juga dapat dilakukan untuk memahami bagaimana karakteristik wilayah memengaruhi efektivitas strategi kampanye digital. Sebagai contoh, wilayah urban seperti Bekasi mungkin memiliki dinamika yang berbeda dibandingkan dengan wilayah rural, baik dari segi preferensi platform maupun jenis konten yang disukai. Penelitian ini juga dapat mencakup analisis terhadap perbedaan demografis, seperti usia, tingkat pendidikan, dan tingkat literasi digital, yang dapat memengaruhi cara audiens merespons kampanye.

Selain itu, studi tentang dampak penyebaran hoaks pada kepercayaan pemilih dan keberhasilan kampanye perlu diteliti lebih lanjut, termasuk strategi mitigasi yang efektif. Hoaks tidak hanya merugikan kandidat yang menjadi sasaran, tetapi juga merusak proses demokrasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, kolaborasi antara kandidat, platform media sosial, dan lembaga pemerintahan diperlukan untuk mengidentifikasi dan menangani penyebaran hoaks secara lebih efektif. Penelitian ini juga dapat mengeksplorasi bagaimana penggunaan teknologi baru, seperti kecerdasan buatan (AI) atau augmented reality (AR), dapat meningkatkan interaktivitas dan efisiensi kampanye politik.

Misalnya, AI dapat digunakan untuk menganalisis data audiens secara real-time, memungkinkan kandidat untuk menyesuaikan pesan mereka berdasarkan preferensi dan kebutuhan audiens. Sementara itu, AR dapat memberikan pengalaman yang lebih imersif, seperti simulasi debat atau pengenalan kebijakan kandidat melalui aplikasi berbasis AR. Teknologi ini tidak hanya meningkatkan daya tarik kampanye, tetapi juga memberikan pengalaman yang lebih mendalam dan informatif bagi pemilih.

Akhirnya, penelitian jangka panjang yang mengukur dampak kampanye media sosial terhadap perilaku pemilih dapat memberikan gambaran lebih lengkap tentang kontribusi kampanye digital terhadap kualitas demokrasi. Misalnya, penelitian dapat mengevaluasi apakah kampanye berbasis media sosial benar-benar mendorong partisipasi politik yang lebih inklusif atau hanya menciptakan keterlibatan dangkal. Dengan rekomendasi ini, kampanye politik berbasis media sosial dapat terus berkembang menjadi lebih strategis, inklusif, dan efektif.

Kesimpulannya, penggunaan new media dalam kampanye politik menawarkan peluang besar untuk meningkatkan keterlibatan audiens dan membangun hubungan yang lebih personal dengan pemilih. Namun, efektivitas strategi ini sangat bergantung pada kemampuan kandidat untuk mengintegrasikan berbagai format konten, mengedukasi pemilih, dan menangani tantangan seperti hoaks secara efektif. Dengan pendekatan yang tepat, media sosial dapat menjadi alat yang sangat kuat untuk mempromosikan nilai-nilai demokrasi dan mendorong partisipasi politik yang lebih luas.

Daftar Pustaka 

Abdullah, I., Wahyono, S. B., & Persadha, P. D. (2019). Audience Culture in the Reception of Text: Black Campaigns on Online Media During Indonesia’s 2014 and 2019 Presidential Elections. Humanities & Social Sciences Reviews, 7(1), 493–500. https://doi.org/10.18510/hssr.2019.7156

Cushion, S., & Jackson, D. (2019). Introduction to Special Issue About Election Reporting: Why Journalism (Still) Matters. Journalism, 20(8), 985–993. https://doi.org/10.1177/1464884919845454

Fadhlurrohman, M. I., & Purnomo, E. P. (2020). The Role of Online Mass Media as a Tool for the 2019 Political Campaign in Indonesia. Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies), 4(2), 311. https://doi.org/10.25139/jsk.v4i2.2182

Fetoshi, A. (2023). Media Impact in the Election Campaign Under the COVID-19 Pandemic. Central European Journal of Communication, 16(1(33)), 59–78. https://doi.org/10.51480/1899-5101.16.1(33).4

Macharia, A. W. (2024). Social Media Political Communication and Misinformation: A Case Study of the Youth in Kiambu County, Kenya. African Journal of Empirical Research, 5(2), 894–904. https://doi.org/10.51867/ajernet.5.2.78

Marquart, F., Ohme, J., & Moeller, J. (2020). Following Politicians on Social Media: Effects for Political Information, Peer Communication, and Youth Engagement. Media and Communication, 8(2), 197–207. https://doi.org/10.17645/mac.v8i2.2764

Ridzuan, A. R., Wahab, S. A., Hassan, H., Ghani, S. N. F. F. A., Mohideen, R. S., Ilyas, I. Y., Bakar, M. H., & Jamri, M. H. (2023). Social Media Election Campaign. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, 13(6). https://doi.org/10.6007/ijarbss/v13-i6/16867

Rychert, M., & Wilkins, C. (2023). Referendum Campaigns in Hybrid Media Systems: Insights From the New Zealand Cannabis Legalisation Referendum. Media and Communication, 11(1), 56–68. https://doi.org/10.17645/mac.v11i1.6021

Wiredarme, W., & Muttaqin, M. Z. (2022). Challenges and Strategies to Minimize Campaign Violations of Regional Head Election. Sign Jurnal Hukum, 4(1), 58–71. https://doi.org/10.37276/sjh.v4i1.168

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun