Mohon tunggu...
Thio Subakti
Thio Subakti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa yang selalu mencari solusi inovatif dan peduli dengan perubahan sosial, dalam dunia yang terus berubah.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kampanye Politik Tri Adhianto Sebagai Calon Walikota Bekasi Dalam Pilkada Serentak Tahun 2024 Melalui New Media

17 Januari 2025   00:56 Diperbarui: 17 Januari 2025   00:56 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Debat Publik Pilkada Kota Bekasi Calon 03 (Sumber: https://www.instagram.com/mastriadhianto/)

Media sosial, sebagai salah satu bentuk new media, telah berkembang menjadi sarana komunikasi yang tidak hanya menyampaikan informasi tetapi juga melibatkan audiens dalam diskusi yang lebih mendalam. (Marquart et al., 2020) berargumen bahwa platform media sosial seperti Facebook, Instagram, dan TikTok menawarkan fitur-fitur yang memfasilitasi dialog interaktif, seperti kolom komentar, fitur live streaming, dan polling. Hal ini memungkinkan politisi untuk terlibat secara langsung dengan pemilih, memperkuat hubungan emosional, dan membangun kepercayaan. Sebagai contoh, di Kota Bekasi, penggunaan media sosial untuk kampanye politik telah menunjukkan efektivitasnya dalam menjangkau berbagai kelompok demografis, termasuk generasi muda dan pemilih pertama kali.

Secara spesifik, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konten berbasis isu spesifik atau acara penting, seperti debat publik, memiliki tingkat engagement yang jauh lebih tinggi dibandingkan konten umum. Hal ini mendukung pandangan (Macharia, 2024), yang menyatakan bahwa generasi muda lebih tertarik pada diskursus politik yang relevan dengan isu aktual. Dalam konteks ini, debat publik menjadi sarana yang efektif untuk menarik perhatian audiens, terutama ketika isu-isu yang diangkat berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari mereka. Misalnya, tingginya jumlah likes (3.087), komentar (380), dan shares (59) pada konten debat publik menunjukkan bahwa audiens memiliki minat besar terhadap konten yang bersifat interaktif. Data ini juga relevan dengan teori keterlibatan publik yang diajukan oleh (Rychert & Wilkins, 2023), yang menyatakan bahwa audiens cenderung lebih terlibat dalam konten yang mendorong partisipasi aktif.

Namun, penelitian ini juga mengungkapkan tantangan, seperti rendahnya jumlah shares dan komentar pada format video pendek di TikTok. Meskipun video pendek efektif untuk menarik perhatian awal, terutama dari pemilih muda, format ini kurang mendorong diskusi mendalam. (Wiredarme & Muttaqin, 2022) menyoroti bahwa media sosial dapat memfasilitasi keterlibatan dangkal jika tidak disertai strategi komunikasi yang tepat. Dalam hal ini, penting untuk mengintegrasikan video pendek dengan konten yang lebih mendalam di platform lain untuk menciptakan pengalaman komunikasi yang lebih holistik. Misalnya, TikTok dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran (awareness) sementara Instagram atau YouTube dapat menjadi platform untuk diskusi yang lebih kompleks.

Interpretasi dari temuan ini adalah bahwa strategi kampanye politik harus mengintegrasikan berbagai format konten yang sesuai dengan preferensi audiens. Konten video pendek di TikTok dapat digunakan untuk menarik perhatian awal dan membangun awareness, tetapi harus diikuti dengan konten tematik yang lebih mendalam di platform seperti Instagram, yang lebih efektif untuk mendorong diskusi dan partisipasi publik. Selain itu, temuan ini memperkuat perlunya pendekatan yang etis dan bertanggung jawab dalam penggunaan new media, mengingat tantangan seperti penyebaran hoaks yang dapat memengaruhi kepercayaan publik, sebagaimana diungkapkan oleh (Abdullah et al., 2019) dan (Fetoshi, 2023).

Pendekatan yang etis dalam kampanye politik mencakup transparansi dalam menyampaikan informasi, menghormati privasi pengguna, dan menghindari penggunaan data secara tidak sah. Penelitian menunjukkan bahwa audiens lebih cenderung mempercayai kandidat yang transparan dan konsisten dalam komunikasi mereka. Selain itu, penggunaan teknologi seperti algoritma kecerdasan buatan dapat membantu mengidentifikasi dan menghapus konten hoaks sebelum menyebar lebih luas. (Abdullah et al., 2019) menekankan pentingnya kolaborasi antara platform media sosial, pemerintah, dan masyarakat sipil untuk mengatasi tantangan ini.

Penelitian ini tidak hanya mendukung teori-teori sebelumnya, tetapi juga memperluasnya dengan memberikan wawasan tentang bagaimana konten berbasis isu aktual dapat memengaruhi keterlibatan politik di tingkat lokal. Dengan demikian, hasil penelitian ini memberikan panduan praktis bagi tim kampanye politik untuk mengoptimalkan penggunaan media sosial dalam menjangkau audiens dan membangun partisipasi politik yang lebih inklusif. Sebagai langkah ke depan, penelitian lanjutan dapat mengeksplorasi bagaimana faktor-faktor seperti preferensi budaya, literasi digital, dan tingkat kepercayaan sosial memengaruhi efektivitas strategi kampanye digital.

Gambar 1. Postingan Instagram

Debat Publik Pilkada Kota Bekasi Calon 03 (Sumber: https://www.instagram.com/mastriadhianto/)
Debat Publik Pilkada Kota Bekasi Calon 03 (Sumber: https://www.instagram.com/mastriadhianto/)

Gambar 2. Postingan Instagram

Weekend Random (Sumber: https://www.instagram.com/mastriadhianto/)
Weekend Random (Sumber: https://www.instagram.com/mastriadhianto/)

Gambar 3. Postingan Instagram

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun