Mohon tunggu...
Luthfi Pramudia 20107030026
Luthfi Pramudia 20107030026 Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN SUNAN KALIJAGA

Halo saya Luthfi Pramudia Iqbal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Berdarahnya Sekte Salafi Wahabi

19 Mei 2024   01:59 Diperbarui: 19 Mei 2024   01:59 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salafi Wahabi adalah gerakan Islam yang mengklaim mengikuti ajaran murni dari Islam berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dengan pemahaman Salaf al-Salih (tiga generasi pertama Islam). Gerakan ini sering diidentifikasi dengan dua istilah yang berbeda: "Salafi" dan "Wahabi". Meski terkadang digunakan secara bergantian, kedua istilah ini memiliki asal usul dan konotasi yang berbeda. Berikut adalah sejarah panjang dari gerakan ini:

Awal Mula dan Perkembangan Wahhabisme

Muhammad ibn Abd al-Wahhab (1703-1792):

Muhammad ibn Abd al-Wahhab lahir di Najd, wilayah yang kini menjadi bagian dari Arab Saudi. Ia adalah pendiri gerakan Wahabi.

Abd al-Wahhab menentang praktik-praktik yang dianggapnya sebagai bid'ah (inovasi dalam agama) dan kemusyrikan (syirik). Ia menyerukan kembali ke ajaran murni Islam seperti yang dipraktikkan oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya.

Pada tahun 1744, Abd al-Wahhab bersekutu dengan Muhammad bin Saud, pendiri Dinasti Saud. Aliansi ini menjadi dasar bagi penyebaran Wahhabisme dan pembentukan negara Saudi pertama.

Ekspansi dan Konflik:

Gerakan Wahabi dengan dukungan keluarga Saud mulai menaklukkan wilayah-wilayah di Semenanjung Arab.

Pada awal abad ke-19, pasukan Wahabi menguasai Makkah dan Madinah. Namun, pengaruh ini mengundang intervensi dari Kekaisaran Ottoman, yang pada akhirnya menghancurkan kekuasaan Wahabi di Hijaz pada tahun 1818.

Meskipun begitu, gerakan Wahabi terus bertahan dan kembali bangkit di bawah kepemimpinan keluarga Saud.

Pembentukan Arab Saudi dan Penyebaran Salafisme

Abdul Aziz ibn Saud (1876-1953):

Abdul Aziz ibn Saud memimpin penaklukan kembali Najd dan Hijaz pada awal abad ke-20.

Pada tahun 1932, ia mendirikan Kerajaan Arab Saudi. Ideologi Wahabi menjadi doktrin resmi negara ini.

Dengan ditemukannya cadangan minyak yang besar di Arab Saudi, kerajaan memperoleh kekayaan besar yang sebagian digunakan untuk menyebarkan ajaran Wahabi ke seluruh dunia Islam.

Salafisme Modern:

Salafisme adalah gerakan yang lebih luas yang mengidealkan kembali ke praktik Islam awal, tetapi tidak selalu terkait dengan Wahhabisme.

Pada abad ke-20, ide-ide Salafi disebarkan oleh berbagai tokoh dan organisasi di seluruh dunia Islam, termasuk oleh Sayyid Qutb dari Ikhwanul Muslimin di Mesir dan Abul A'la Maududi di Pakistan.

Gerakan Salafi menekankan pemurnian ajaran Islam dari pengaruh lokal dan praktik bid'ah, dan mereka sering kali memandang hukum syariah sebagai satu-satunya sumber hukum yang sah.

Kontroversi dan Pengaruh Global

Kontroversi:

Gerakan Wahabi sering dikritik karena dianggap keras dan tidak toleran terhadap tradisi Islam lainnya. Mereka dituduh merusak situs-situs bersejarah Islam yang dianggap syirik.

Salafisme, terutama dalam bentuk yang lebih ekstrem, telah dikaitkan dengan radikalisasi dan terorisme oleh beberapa kelompok yang mengklaim mengikuti ajaran Salafi.

Pengaruh Global:

Pengaruh Saudi melalui pendanaan masjid, madrasah, dan beasiswa telah membantu menyebarkan ajaran Wahabi dan Salafi di berbagai negara.

Konflik di Timur Tengah, seperti Perang Afganistan, Irak, dan Suriah, telah memperkuat beberapa kelompok ekstremis yang berafiliasi dengan ideologi Salafi.

Awal Penyebaran dan Kekerasan

Penaklukan Najd dan Hijaz:

Pada awal perkembangan gerakan Wahabi, dengan dukungan Muhammad bin Saud, para pengikut Wahabi melakukan serangkaian penaklukan di wilayah Najd. Mereka memaksa masyarakat setempat untuk mengikuti ajaran mereka, sering kali dengan kekerasan.

Pada awal abad ke-19, mereka berhasil menguasai kota suci Makkah dan Madinah. Selama periode ini, banyak situs suci yang dianggap menyimpang dihancurkan, dan penduduk yang menolak ajaran Wahabi mengalami kekerasan.

Penghancuran Situs Suci:

Para Wahabi dikenal karena penghancuran berbagai situs suci dan makam yang mereka anggap sebagai tempat pemujaan syirik (kemusyrikan). Makam-makam yang dihormati oleh umat Islam lainnya, termasuk makam sahabat Nabi, dihancurkan karena dianggap menyimpang dari ajaran Islam murni.

Konflik dengan Kekaisaran Ottoman

Penaklukan Karbala (1802):

Pada tahun 1802, pasukan Wahabi menyerang kota Karbala di Irak, yang merupakan salah satu kota suci bagi umat Islam Syiah. Serangan ini mengakibatkan pembantaian ribuan penduduk dan penjarahan masjid Imam Husain, yang sangat dihormati oleh kaum Syiah.

Intervensi Ottoman dan Kehancuran Diriyah (1818):

Kebijakan dan ekspansi agresif Wahabi mengundang perhatian dan kemarahan Kekaisaran Ottoman. Pada tahun 1818, pasukan Ottoman yang dipimpin oleh Muhammad Ali Pasha dari Mesir menyerang dan menghancurkan Diriyah, pusat kekuasaan Wahabi. Banyak pemimpin Wahabi dieksekusi atau dipenjara.

Kekuasaan Saud dan Pengaruh Wahabi di Arab Saudi

Kebangkitan Kembali di Bawah Abdul Aziz ibn Saud:

Gerakan Wahabi dan keluarga Saud bangkit kembali pada awal abad ke-20 di bawah kepemimpinan Abdul Aziz ibn Saud. Mereka berhasil merebut kembali Najd dan Hijaz, akhirnya mendirikan Kerajaan Arab Saudi pada tahun 1932.

Wahhabisme menjadi ideologi resmi negara, dan ajarannya diterapkan secara ketat di seluruh wilayah Arab Saudi.

Kontroversi Modern

Pendanaan dan Penyebaran Ekstremisme:

Dengan kekayaan yang diperoleh dari minyak, Arab Saudi menggunakan sumber dayanya untuk menyebarkan ajaran Wahabi melalui pendanaan masjid, sekolah, dan madrasah di seluruh dunia.

Kritikus menuduh bahwa pendanaan ini telah membantu menyebarkan ideologi ekstremis dan intoleran, yang pada gilirannya berkontribusi pada radikalisasi dan terorisme di berbagai negara.

Kekerasan terhadap Minoritas:

Di Arab Saudi, kelompok minoritas, terutama umat Islam Syiah, sering mengalami diskriminasi dan penindasan. Praktik-praktik agama yang berbeda dari ajaran Wahabi dianggap sebagai bid'ah dan diperlakukan dengan keras.

Penghancuran Situs Bersejarah:

Hingga hari ini, pemerintah Arab Saudi terus melakukan penghancuran terhadap situs-situs bersejarah yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran Wahabi. Hal ini termasuk penghancuran makam-makam bersejarah dan bangunan-bangunan kuno di Makkah dan Madinah.

Penutup

Sejarah Wahabi ditandai oleh usaha untuk memurnikan Islam yang sering kali diterapkan dengan cara yang sangat keras dan tidak toleran. Pendekatan ini telah menimbulkan banyak konflik dan kontroversi sepanjang sejarahnya, baik di dalam maupun di luar Arab Saudi. Kritik terhadap Wahabi sering kali berfokus pada kecenderungan gerakan ini untuk menghapus warisan budaya dan sejarah Islam yang kaya dan beragam, serta pada dampaknya terhadap stabilitas dan keamanan global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun