Mohon tunggu...
Adelia Widya Faza
Adelia Widya Faza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lebih baik mendengarkan orang lain agar mendapat insight baru || Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apakah Kemiskinan Global dapat Dihapuskan?

5 Juni 2023   10:43 Diperbarui: 5 Juni 2023   13:09 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kemiskinan merupakan seseorang atau sekelompok orang yang berada dalam kemiskinan tidak memiliki akses atau sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, termasuk untuk makanan, air bersih, perumahan yang layak, pendidikan, perawatan kesehatan, dan prospek kerja. Sejumlah variabel, seperti ketimpangan sosial dan ekonomi, kurangnya akses pendidikan dan pelatihan, gejolak politik, dan kurangnya infrastruktur, dapat menyebabkan kemiskinan menjadi masalah yang kompleks. Pemerintah dan organisasi dari seluruh dunia bekerja untuk memerangi kemiskinan dan meningkatkan kehidupan mereka yang menderita.

Berbagai penyebab kemiskinan telah dikembangkan dari aspek-aspek tertentu dari sifat manusia yang membuat orang tidak mampu atau enggan bekerja sampai upaya struktural menunjukkan bahwa itu disengaja. Ada berbagai program yang bertujuan untuk mengakhiri kemiskinan global tetapi belum membuahkan hasil atau mungkin malah memperburuk tingkat kemiskinan. Realita yang ada bahwa kemiskinan global tetap ada dan belum dapat diselesaikan secara keseluruhan karena ada beberapa faktor seperti kemiskinan tidak berhubungan dengan negara maju bahkan banyak investor yang tidak mempedulikan hal tersebut.

Menurut Haralambos, untuk dapat menyelesaikan masalah kemiskinan dapat diatasi melalui 2 cara yaitu (Haralambos, 1980: 140):

  • Mengidentifikasikan dan mendefinisikan kemiskinan
  •  Mengkonsturksi cara untuk mengukurnya.

Dalam cakupan yang lebih luas kemiskinan global dapat diuraikan karena adanya ketidakadilan struktural global dimaknai sebagai adanya mafia ide, penguasaan bahan pokok kehidupan dan negara maju memiliki kesempatan lebih terdepan ketimbang negara berkembang, atau dengan kata lain negara maju memang sengaja melakukan manipulasi agar negara berkembang tidak dapat menjadi negara maju karena akan menjadi ancaman bagi negara maju itu sendiri.

PBB memperkirakan bahwa pada tahun 2022, sekitar 657-676 juta orang menempati hunian yang mengenaskan. Tingkat kemiskinan global menurun 1,5% dari 2015 hingga 2018. Sayangnya, tahun 2019–2020 menjadi lonjakan kemiskinan ekstrem sejak tahun 1998. Ini menunjukkan bahwa lebih dari 93 juta orang di seluruh dunia hidup dengan pendapatan sehari kurang dari $1,90.

Hampir semua negara harus mengambil tindakan perlindungan sosial baru sebagai akibat dari pandemi COVID-19. Namun, banyak yang hanya merupakan solusi jangka pendek, dan tindakan tersebut tidak merata secara global. Di negara-negara berpenghasilan tinggi, lebih dari 50% penganggur menerima bantuan langsung tunai. Di negara-negara berpenghasilan rendah, hanya 1% penganggur yang menerima bantuan ini.

Menurut perkiraan, sekitar 828 juta orang di seluruh dunia menghadapi kelaparan pada tahun 2021. Selain itu, hampir 2,3 miliar orang mengalami kerawanan pangan sedang maupun parah, yang berarti mereka tidak memiliki akses ke makanan yang memadai. Dengan demikian, sejak pandemi dimulai, hampir 350 juta orang lebih telah menderita kelaparan.

  • Ketidaksetaraan Struktural Dalam Sistem Internasional

Dikenal sebagai ketimpangan struktural dalam sistem internasional, pendapatan, kekuasaan, dan sumber daya tidak setara di antara negara-negara di seluruh dunia. Beberapa penyebabnya termasuk sejarah kolonialisme, eksploitasi sumber daya, perdagangan yang tidak adil, dan keputusan politik yang menguntungkan negara tertentu sementara merusak negara lain.

Sistem internasional yang tidak adil ini dapat menyebabkan variasi yang signifikan dalam kemajuan ekonomi, kekayaan, dan standar hidup di seluruh dunia. Dibandingkan dengan negara yang lebih lemah, negara yang lebih kuat memiliki lebih banyak akses ke sumber daya dan peluang, lebih sering memengaruhi pilihan global, dan tidak terlalu dibatasi oleh kemiskinan dan ketidakadilan struktural.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Bank Dunia, dan organisasi non-pemerintah (LSM) hanyalah beberapa dari organisasi internasional yang bekerja untuk mengatasi ketidaksetaraan struktural ini dengan mendorong pembangunan berkelanjutan, menurunkan kemiskinan, memperluas akses ke layanan dasar seperti pendidikan, dan mendorong perdagangan yang adil dan keadilan global. Namun, untuk membuat perbedaan yang substansial, dibutuhkan kerja sama dan dedikasi internasional.

Dibandingkan dengan negara industri atau kategori ekonomi tinggi, negara berkembang atau kategori ekonomi rendah seringkali mengalami tingkat kemiskinan yang lebih tinggi. Sejarah kolonialisme, eksploitasi sumber daya, utang luar negeri, kesenjangan perdagangan, dan strategi politik yang mendukung negara-negara kaya berdampak pada ketimpangan struktural ini.

Bagaimanapun juga, mengatasi ketidaksetaraan struktural dalam kemiskinan global adalah tugas sulit yang memerlukan kerja sama dan komitmen internasional. Untuk mencapai pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan, diperlukan kebijakan dan kegiatan yang adil, seperti transfer teknologi, dukungan untuk pembangunan berkelanjutan, penghapusan utang untuk negara terbelakang, dan pengembangan kapasitas lokal.

Negara-negara yang berjuang melawan kemiskinan dan kekurangan sumber daya seringkali berjuang untuk mendapatkan akses ke pasar global, investasi asing, atau bantuan internasional untuk meningkatkan ekonomi mereka dan mengurangi kemiskinan di sana. Mereka mungkin bersaing untuk mendapatkan perhatian investor atau mencari dana untuk inisiatif memerangi kemiskinan.

Perjuangan melawan kemiskinan global, bagaimanapun, juga merupakan kepentingan nasional negara-negara yang lebih maju atau kuat secara ekonomi. Mereka dapat bekerja untuk mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dalam skala global, membantu pembangunan, atau membuka pasar mereka ke negara-negara yang lebih terbelakang. Namun, dalam kasus lain, persaingan politik atau ekonomi yang intens antar negara dapat menghambat upaya kerja sama internasional yang lebih luas untuk memerangi kemiskinan.

Bahkan jika ada kepentingan nasional yang bertentangan, penting untuk diingat bahwa bekerja sama untuk memerangi kemiskinan global dapat menghasilkan situasi yang saling menguntungkan. Dengan bekerja sama, negara-negara dapat bertukar informasi, aset, dan solusi yang meningkatkan kesejahteraan warga dunia yang paling rentan.

Kemiskinan global tidak dapat diretas begitu saja karena kemiskinan global terdapat berbagai tantangan yang kompleks dihadapi oleh negara-negara miskin. Tantangan-tantangan tersebut terdapat siklus kemiskinan, kesenjangan ekonomi, keterbatasan akses terhadap pendidikan dan ketrampilan, serta konflik dan ketidakstabilan politik. Tantangan ini saling terkait dan menyulitkan upaya pengurangan kemiskinan.

Kemiskinan global akan dapat terjadi secara tetap dan terus menerus dikarenakan terjadi siklus kemiskinan. Faktor yang mempengaruhi adanya siklus ini, antara lain: individu atau keluarga hidup dalam kemiskinan, keterbatasan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan peluang ekonomi dapat menyebabkan kemiskinan diturunkan dari generasi ke generasi. Apabila seorang individu tidak memiliki kesadaran untuk memperbaiki keadaan ekonominya maka siklus kemiskinan akan tetap berlanjut.

Kemiskinan global dapat semakin buruk karena terdapat kesenjangan ekonomi antar negara-negara. Hal ini dikarenakan ketidaksetaraan pendapatan dan distribusi kekayaan menciptakan kesenjangan yang sulit diatasi dan memperkuat kemiskinan. Maka dari itu negara-negara makmur akan semakin makmur dan negara miskin akan tetap miskin yang merupakan pandangan dari teori ketergantungan neo-marxisme. Negara-negara berkembang sering kali terjebak dalam peran sebagai pemasok bahan baku dan pasar untuk produk-produk jadi, sementara negara-negara maju menguasai teknologi dan nilai tambah yang lebih tinggi.

Selain itu, terdapat konflik dan ketidak stabilan politik yang dapat menghambat kemiskinan global. Konflik bersenjata dan ketidakstabilan politik di beberapa negara dapat memperburuk kemiskinan. Konflik merusak infrastruktur, menghancurkan ekonomi, mengganggu akses terhadap layanan dasar, dan menciptakan gelombang pengungsi. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan.

Negara-negara miskin juga berupaya dalam meningkatkan taraf hidupnya dengan salah satunya berdagang. Namun, sebagaimanapun negara-negara tersebut berupaya untuk meningkatkan taraf hidupnya, negara-negara tersebut tidak akan berubah menjadi negara makmur. Hal ini dikarenakan dalam aturan perdagangan internasional yang ditetapkan oleh World Trade Organization (WTO) cenderung mengakomodasi kepentingan ekonomi negara-negara maju, seperti hambatan perdagangan yang tinggi terhadap produk-produk pertanian dan manufaktur dari negara-negara berkembang, sementara negara-negara maju lebih mudah mengakses pasar negara-negara berkembang.

Kegiatan distribusi antar negara maju dan negara miskin terjadi tindakan proteksionis. Negara-negara maju juga seringkali mengambil tindakan proteksionis, seperti pembatasan impor dan praktik dumping, yang merugikan negara-negara berkembang. Ini dapat menghambat kemampuan negara-negara berkembang untuk mengembangkan industri mereka sendiri dan menciptakan lapangan kerja.

Kemiskinan global merupakan tantangan yang kompleks dan serius yang dihadapi oleh banyak negara di dunia. Meskipun ada upaya yang dilakukan untuk mengatasi kemiskinan, namun masih banyak faktor yang mempengaruhi dan menjaga kelangsungan kemiskinan global. Dalam essay ini, kita telah melihat beberapa aspek yang berkontribusi terhadap kemiskinan global, termasuk ketidaksetaraan struktural dalam sistem internasional, persaingan kepentingan nasional, tantangan kompleks yang dihadapi oleh kemiskinan global, dan ketidakadilan dalam sistem perdagangan internasional.

Meskipun menghapuskan kemiskinan global sepenuhnya mungkin merupakan tujuan yang sulit dicapai, dikarenakan didunia dalam pandangan yang rasional memang harus adanya keseimbangan ekonomi dengan kata lain memang harus ada si kaya dan si miskin agar perputaran ekonomi yang sehat tetap berjalan sebagaimana mestinya demi menjaga kestabilan ekonomi yang seharusnya tetap seperti itu.

Dalam pandangan rasional, pendekatan untuk mengatasi kemiskinan global membutuhkan analisis yang cermat, kebijakan yang terarah, dan kerja sama internasional yang kuat. Diperlukan upaya untuk mengurangi kesenjangan ekonomi, memperbaiki akses terhadap pendidikan dan keterampilan, dan menciptakan stabilitas politik untuk mencapai pengurangan kemiskinan yang signifikan.

Namun, perlu diakui bahwa kemiskinan global tidak dapat dihapuskan begitu saja. Tantangan kompleks seperti siklus kemiskinan, kesenjangan ekonomi yang memperkuat kemiskinan, keterbatasan akses terhadap pendidikan dan keterampilan, serta konflik dan ketidakstabilan politik terus menjadi kendala yang sulit diatasi. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan holistik yang melibatkan perubahan struktural, kebijakan inklusif, dan kerjasama internasional yang kokoh.

Pentingnya pengurangan kemiskinan global tidak boleh diabaikan. Kemiskinan bukan hanya masalah sosial, tetapi juga berkaitan dengan hak asasi manusia, ketimpangan sosial, dan stabilitas global. Untuk mencapai dunia yang lebih adil dan berkelanjutan, perlu adanya komitmen dan tindakan bersama dari pemerintah, lembaga internasional, sektor swasta, dan masyarakat sipil.

REFERENSI

Haralambos, M (and) R.M. Heald, Sociology: Themes and Perspectives, Slough: University Tutorial Press, 1980.

Kusuma, N. (2022, July). How Global Poverty and Hunger Look Like Now. 2022. 

Heywood, Andrew. Global Politics. New York: Palgrave Macmillan. 2011

FAREL ARDAN MERLYSCO &  ADELIA WIDYA FAZA 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun