Mohon tunggu...
Advisinvest Advisory
Advisinvest Advisory Mohon Tunggu... Lainnya - Investment advisor

Investment advisor. Helping boosting start-up to reach its maximum value

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Kiamat Pasar Modal Indonesia, Antara Delusi dan Halusinasi

7 Juli 2020   23:21 Diperbarui: 8 Juli 2020   17:43 2088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mendapatkan pertanyaan dari beberapa teman terkait pemberitaan beberapa media digital yang mengutip dan bersumber dari posting salah satu mantan pejabat Bursa Efek Indonesia yang, kurang lebih, menyatakan keprihatinannya dengan kondisi pasar modal Indonesia yang sangat erat kaitannya dengan kondisi perekonomian negara ini. Menurut yang bersangkutan menuju kiamat. 

Sebagai orang biasa yang kurang lebih 25 tahun berprofesi di pasar modal, sulit membayangkan kiamat seperti apa yang dimaksud pemberitaan tersebut pada pasar modal Indonesia. Lebih mudah membayangkan film Armageddon yang lagunya ditulis Steven Tyler, vokalis Aerosmith.

Kiamat dalam pengertian saya habis tanpa bisa dipulihkan, suatu kondisi catasthropic yang membutuhkan waktu sangat lama untuk memulihkan, atau bahkan sesuatu yang tidak dapat dipulihkan kembali karena pihak yang memulihkan, pelaku dan pihak yang berkepentingan juga habis.

Jatuhnya indeks harga saham di awal tahun ini menyusul pandemic Corona Virus, juga terjadi di seluruh dunia. Pelemahan ekonomi, kejatuhan indeks Bursa juga terjadi di seluruh dunia. 

Alasannya sederhana, ketidakpastian menjadikan investor beramai ramai memilih memindahkan investasinya di pasar modal ke instrumen lain yang dipandang lebih aman, lebih likuid atau pertimbangan lain yang relevan dengan kondisi dan kebutuhannya.

Investor asing berbondong bondong mengalihkan investasinya kembali ke negaranya. Sesuatu yang wajar. Ketidakpastian di negara orang, jauh lebih berisiko dibanding ketidak pastian di negara sendiri yang bahkan kondisi perekonomiannya tidak lebih baik dibanding Indonesia. Mungkin demikian pertimbangannya.

Apakah dengan kondisi demikian, emiten-emiten kita habis?

Tentu tidak. Justru ini saat terbaik bagi investor lokal untuk membeli saham saham emiten yang memiliki fundamental baik yang dijual "murah" oleh para investor asing. 

Kelangsungan hidup emiten kita lebih ditentukan oleh going concern. Di masa post pandemic mungkin prospeknya akan ditentukan oleh kemampuannya untuk beradaptasi dan bertransformasi untuk menghadapi new normal kondisi post pandemic ini.

Saat ini sekalipun para emiten tersebut mampu cepat beradaptasi dan bertransformasi, namun konsumen juga sedang mengalami permasalahan dengan kemampuannya untuk melakukan konsumsi.

Karena berbagai sebab, seperti secara alamiah membatasi diri untuk melakukan konsumsi karena pembatasan mobilitas, atau karena faktor lain seperti kehilangan pekerjaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun