Perbedaan yang ada, sekali lagi seharusnya dipergunakan hanya sebatas pada tujuan klasifikasi tersebut dibuat, sehingga sangat tidak tepat jika memandang perilaku manusia, kualitas mentalitas atau kualitas hidup seseorang dengan menggunakan klasifikasi suku atau agama misalnya. Karena klasifikasi tersebut tidak ditujukan untuk itu.
Oleh karena itu, sudah selayaknya manusia Indonesia memahami makna filosofis Bhinneka Tunggal Ika, yang merupakan statement nyata bahwa bangsa ini memang terdiri dari manusia-manusia yang berbeda-beda yang mengikatkan dirinya dalam satu kesepakatan identitas final Indonesia.
Persoalan isu yang dinyatakan sebagai isu rasisme di US biarlah menjadi urusan dalamm negeri USA. Namun satu yang harus kita pahami dalam melihat kasus tersebut, bahwa sejatinya persoalan yang timbul bukanlah persoalan kulit putih dan kulit hitam. Tapi merupakan persoalan seorang George Floyd dan Derek Chauvin yang terlahir berbeda, dibesarkan dengan kultur yang berbeda dan tumbuh dan berkembang dalam lingkungan sosio-kultural yang berbeda.
Jadi mari bersama sama menghargai perbedaan dengan tidak memaksakan untuk meniadakan perbedaan yang sejatinya memang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H