Mohon tunggu...
Ibnu Hafidz
Ibnu Hafidz Mohon Tunggu... -

Gemar menulis adalah naluri, dan gemar memotret adalah nafas saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rasa Syukur Adat Sunda

11 September 2018   23:22 Diperbarui: 11 September 2018   23:29 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kedua, sambutan dari seorang lurah dalam membuka acara ini.

Ketiga, sambutan dari kokolot yakni ketua adat bertujuan membuka dan menjelaskan filosofi Seren Taun yang telah ada sejak zaman kerajaan Sunda Purba seperti kerajaan Pajajaran.

Sejarah perayaan Seren Taun berawal dari pemuliaan terhadap Nyi Pohaci Sanghyang Asri, dewi padi dalam kepercayaan Sunda kuno. Masyarakat agraris Sunda kuno memuliakan kekuatan alam yang memberikan kesuburan tanaman dan ternak, kekuatan alam ini diwujudkan sebagai Nyi Pohaci Sanghyang Asri dewi padi dan kesuburan, sekaligus mempertahankan warisan budaya.

Keempat, penampilan-penampilan yang berhubungan dengan kebudayaan Sunda seperti Tari Jaipong(sebuah tarian yang menggabungkan unsur pencak silat, wayang golek, topeng banjet, ketuk tilu dan lain-lain). Kemudian penampilan Pencak Silat (bertujuan memperkenalkan lebih luas warisan budaya luhur), dan yang terakhir permainan alat musik karinding (alat musik tiup tradisional sunda yang terbuat dari bambu). Inilah beberapa penampilan yang biasanya diperlihatkan pada acara tahunan Suku Sunda dan diberikan sebelum acara puncak.

Kelima, beranjak ke acara puncak yaitu iring-iringan semua warga adat dengan membawa macam-macam hasil panen dan berkeliling kampung adat, sebelum ditutup dengan dipindahkannya beberapa padi kedalam Leuit(sebuah bangunan yang terbuat dari kayu guna menyimpan hasil panen tiap tahunnya dan dilakukan secara simbolis oleh ketua adat kepada salah satu warga adat setempat).

Merayakan Seren Taun sudah menjadi tradisi wajib setiap tahunnya, orang sunda yang hidup di desa adat yang menganggap dirinya masih keturunan kerajaan-kerajaan Sunda terdahulu berkeyakinan bahwa sesuatu yang baik akan menghasilkan hal yang baik pula.

Prabu Siliwangi sebagai raja masyarakat Pasundan yang diketahui sebagai raja yang arif dan bijaksana telah berhasil membentuk sikap orang sunda hingga memiliki sikap lemah lembut dan mencintai budaya lokal. Prabu Siliwangi juga mewarisi budaya luhur, salah satunya perayaan Seren Taun yang hingga saat ini rutin dilakukan oleh Sunda wiwitan.

Apabila kita melihat sejarah kembali, Prabu Siliwangi memiliki beberapa istri, salah satunya Nyi Mas Subanglarang yang memiliki 3 anak yaitu Pangeran Cakrabuana, Nyi Mas Rarasantang, dan Raden Kian Santang, ketiganya merupakan penyebar agama Islam di Tanah Pasundan saat itu, dan dari mereka pula warisan budaya lokal tetap dipertahankan dan dilaksanakan, hingga turun-temurun. Dan warisan budaya seperti Seren Taun tetap terjaga.

Adapun tokoh Sunan Gunung Djati yang banyak orang ketahui jasanya sebagai penyebar agama Islam di tanah Pasundan, dia merupakan anak dari Nyi Mas Rarasantang putri Prabu Siliwangi(raja kerajaan pajajaran).

Desa-desa adat yang ada di Indonesia tidak muncul begitu saja, dia lahir dari proses yang sangat panjang, contohnya Desa Adat Sindang Barang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, konon dahulu merupakan persinggahan Nyi Mas Kentring Manik seorang istri Parbu Siliwangi, dan dari Seorang Kentring Manik sang prabu memiliki putra yang bernama Raden Surawisesa(raja kerajaan pajajaran berikutnya).

Menurut Akat Sukatna seorang kokolot di Desa Adat Sindang Barang, desa ini bukan hanya cerita Babad Sunda saja melainkan sebagai bentuk pelestarian budaya sunda yang dikelola oleh masyarakat adat dan Pemerintah Kabupaten Bogor, disini juga khalayak masyarakat luas bisa belajar kebudayaan sunda, dan biasanya para wisatawan datang menjelang acara Seren Taun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun