Sementara itu, biaya pemulihan tebusan menurut laporan Sophos dalam The State of Ransomware 2024Â (Mei 2024) mencapai 2,73 juta dolar AS atau Rp45,045 miliar. Rata-rata pembayaran tebusan meningkat 500% dibanding tahun lalu. Sebanyak 63% permintaan uang tebusan dengan kisaran 1 juta dolar AS (Rp16,5 miliar) dan 30% permintaan uang tebusan yang lebih dari 5 juta dolar AS (Rp82,5 miliar). Hal itu memperjelas bahwa operator ransomware menginginkan imbalan yang besar.
Riset Cohesity yang hasilnya dilansir pada Februari 2024 menyatakan bahwa membayar uang tebusan menjadi biaya berbisnis bagi banyak pengusaha. Bahkan, 94% responden memastikan perusahaan mereka berani membayar uang tebusan untuk memulihkan data dan proses bisnis. Sisanya, 5%, mengatakan "mungkin akan membayar, tergantung pada besaran jumlah uang tebusan".
Lebih spesifik lagi, 67% responden mengatakan perusahaan mereka bersedia membayar lebih dari 3 juta dolar AS (Rp49,5 miliar) untuk memulihkan data dan proses bisnis, sementara 35% responden mengatakan perusahaan mereka bersedia membayar lebih dari 5 juta dolar AS (Rp82,5 miliar).
Pada sisi lain, taktik geng ransomware terus berkembang dan menjadi lebih rumit. Begitu laporan Malwarebytes dalam 2024 ThreatDown State of Malware (Februari 2024). Rata-rata permintaan tebusan meningkat secara signifikan. Geng LockBit bertanggung jawab atas permintaan terbesar, $80 juta (Rp1,32 triliun) setelah serangan mereka terhadap Royal Mail.
Sementara itu, pada Juni 2024 lalu, pemerintah Indonesia kelimpungan karena geng ransomware menyerang Pusat Data Nasional Sementara di Surabaya. Geng itu meminta uang tebusan sebesar Rp131 miliar, tetapi pemerintah Indonesia tidak mau membayar "upeti pemalak di dunia siber" itu.
Jelas sekali, kemampuan geng ransomware sangat mengerikan. Mereka membuat dunia siber menjadi dunia yang mengerikan dan mengenaskan.
Kenapa jani begidi, ya? []
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI