Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Antara Semut dan Fobia Takut Gagal

2 Agustus 2024   21:50 Diperbarui: 3 Agustus 2024   23:01 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang yang menderita atikifobia (Gambar: relationshipsmdd.com)

2. Perilaku yang kerap dilihat. Jika kamu tumbuh di tengah orang-orang yang tidak bisa menoleransi kegagalan, bahkan mengajarimu prinsip saklek bahwa kegagalan adalah noda yang tidak dapat diterima, besar kemungkinan kamu akan menderita fobia takut gagal.

3. Merasakan fobia lain. Kadang-kadang satu-dua atau beberapa fobia terjadi bersamaan. Seseorang yang fobia pada kotoran dan kuman (misofobia) kemungkinan didera fobia takut gagal sangat besar karena merasa gagal menjaga kebersihan dirinya.

4. Pengalaman traumatis. Jika kamu pernah mengalami pelecehan atau hukuman berat akibat kegagalan, kamu mungkin takut nestapa serupa terjadi lagi.

/5/

Peribahasa ada gula ada semut merupakan amsal soal di mana ada yang menarik akan banyak yang datang berkerubung. Ada yang bangun perusahaan baru, akan banyak calon pekerja yang datang ingin melamar menjadi buruh. Ada yang bagi-bagi bensin gratis, alamat dikerumuni pemilik sepeda motor yang suka gratisan.

Tempat yang makmur pasti punya daya pikat bagi banyak orang yang ingin menafkahi hidupnya, sebagaimana ada gula ada semut. Kota, misalnya. Tidak heran jika banyak orang dari desa yang, seperti semut, mencari 'gula' di kota.

Jika kamu takut menjadi penganggur, carilah "kota gula". Mungkin akan banyak "semut" yang menjadi pesaingmu, tidak apa-apa. Persaingan dapat mematangkan mentalmu. Nikmati persaingan itu. Jadikan dirimu sebagai pemenang.

Kalau gagal, coba lagi. Gagal lagi, coba lagi. Tatkala kamu berada di kota yang berbeda dengan tempat kamu dilahirkan dan dibesarkan, gagal diterima bekerja tidak akan meruntuhkan harga diri. Paling banter satu-dua orang yang kamu kenal. Begitu juga sebaliknya, tidak banyak orang yang mengenalmu.

Jadi, kenapa mesti takut? []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun