Pada Bagian Satu: Seluk-Beluk Intelijen, penulis mendaras soal (1) apa itu intelijen; (2) menyelami lubuk intelijen; (3) mengapa negara butuh intelijen; (4) melihat sejarah intelijen di dunia; (5) mengudar sejarah intelijen di Indonesia; (6) mengulik ragam intelijen; dan (7) melihat intelijen bekerja.
Penulis dengan tedas mengudar tentang Sisik Melik Intelijen pada bagian dua, yang terdiri atas (1) mengulik jenis-jenis agen; (2) karakteristik profesi intelijen; (3) personalitas insan intelijen; (4) stabilitas emosi agen intelijen; (5) analis intelijen, melihat apa yang tidak terlihat; (6) tiga bekal analis bekerja; dan (7) berkenalan dengan intelijen bisnis.
Nah, salah satu bagian yang baru saya ketahui sampai-sampai membuat mata saya membeliak adalah soal intelijen bisnis. Ternyata dunia bisnis pun menggunakan jasa intel. Para intelijen bisnis bekerja memata-matai musuh bisnis, mencari produk apa yang tengah pesaing produksi, mengulik bagaimana kompetitor memproduksi sesuatu, dan menganalisis daya saing satu entitas bisnis dalam satu lini bisnis.
Rahasia lain yang baru saya ketahui adalah tidak semua intel itu tentara atau polisi. Ada intel yang memang sebatas aparatur sipil biasa. Bahkan, sekarang ada sekolah tinggi yang spesifik mendidik calon intel.
Apakah hanya dua bagian di atas yang ada dalam buku Menyingkap Selubung Intelijen? Tidak. Masih ada satu bagian. Khusus bagian tiga, hal-hal "di luar nurul" tentang intel dibahas oleh penulis dengan nikmat.
Berapa gaji intel, apakah istri seorang intel tahu profesi suaminya, bagaimana seseorang direkrut menjadi intel, dan macam-macam. Terkait dengan gaji, jelaslah upah seorang intel cukup untuk menafkahi sebuah keluarga. Jadi, para peminat intel tidak perlu takut keluarganya nanti mati kelaparan karena kurang gaji dan gajih.
Kelebihan lain dari buku ini adalah penuturan yang kadang dikaitkan dengan film atau buku tertentu. Menyibak cara kerja intel, misalnya, dibabar dengan mereviu sebuah film. Adegan dalam film yang penuh dengan aksi intelijen disingkap amat jernih.
Maka, bacalah buku ini sebelum ajal datang menjemput. Sebab, tidak saban waktu kita mengetahui dunia yang sama sekali tidak pernah kita sentuh. Lalu, ketika saya berimajinasi memasuki sebuah ruang kelas sekolah menengah, mendadak saya kaget karena ada yang berteriak lantang, "Saya ingin menjadi intel!"
Selamat memasuki dunia intelijen, Kawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H