Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Sirik, Dendam, dan Kepala Puyeng: Proses Kreatif Menyunting Novel KAPV

16 Juli 2024   14:52 Diperbarui: 16 Juli 2024   14:55 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di balik sirik itu berkobar api dendam. Dendam Segara kepada Craen Mark yang telah menghabisi orangtuanya; dendam Craen Mark kepada orangtua Segara karena pinangan pada masa lalu yang tertolak; dendam banyak pihak yang pilin-memilin akibat sulut dua dendam itu.

Filosofi hidup suku Makassar mengawali cerita. Berkembang hingga ke penjuru dunia. Menyebar hingga ke antero Nusantara. Kisah yang bermula dari cinta segitiga lantas beranak pinak kisahannya hingga ritual perawan Vestal di Italia.

Liar dan banal. Napas kearifan lokal tetap terjaga, latar universal terus menyata. Itulah novel keroyokan 33 penulis: Kapak Algojo dan Perawan Vestal.

***

SELESAI? Ya. Novelnya selesai. Tiap-tiap penulis berhasil menyelesaikan kewajibannya. Amanat menulis per bagian berhasil dituntaskan. Saya, selaku kuncen, telah pula menulis tiga bagian. Rampung.

Namun, prosesnya belum benar-benar rampung.

Kuncen kebagian "kepala puyeng". Saya hafal gaya menulis Bamby Cahyadi dan Pringadi, sebab saya kerap membaca karangan mereka. Yang lain? Buta. Ada yang bisa saya lacak. Ita Sembiring. Selebihnya? Gelap.

Akan tetapi, di situlah tantangannya. Saya mesti menyunting gubahan Lazarus Dina. Untung beliau sedang getol menulis percikan novel di Kompasiana, jadi lumayan tidak memusingkan. Saya mesti menyunting anggitan Aki Hendro Santoso. Kompasianer satu ini keranjingan menulis sepakbola dan didadak menulis novel. Hayya!

Cukup. Dua nama itu saja yang saya sebut, sebab dua-duanya takkan marah sekalipun saya misuh-misuh. Mereka sudah "tahan banting". Ada satu lagi. Pak Guru. Begitu sapa akrab saya kepada Om Arif Rohman Saleh. Apakah Pak Guru bikin kepala saya puyeng? Ya. Sedikit. Sedikit masih berasa hingga sekarang. Hahaha.

Moga-moga tidak ada yang tersinggung. Tugas selaku kuncen memang tidak mudah. Sangat tidak mudah. Saya mesti menjaga agar cerita terjalin dengan utuh, tedas, dan renyah baca. Saya mesti menjaga agar cerita terhindar dari anakronik dan cacat logika.

Satu hari kadang cuma bisa menyunting satu halaman. Tidak apa-apa. Pelan-pelan pun tak apa. Asal napas cerita terjaga. Butuh enam bulan lamanya menyunting novel bareng ini. Dan, tidak dibayar sepeser pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun