Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Sirik, Dendam, dan Kepala Puyeng: Proses Kreatif Menyunting Novel KAPV

16 Juli 2024   14:52 Diperbarui: 16 Juli 2024   14:55 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini harus jadi, Daeng. Tidak boleh gagal. Novel bareng harus terwujud. Apa pun risikonya, bagaimanapun caranya.

Begitu titah Widz Stoops, sahabat Kompasiner sekaligus dedengkot Eskaber, ketika meminta kesediaan saya untuk menjadi kuncen novel keroyokan. Padahal, saat itu saya sedang meriset untuk bahan novel. Meski begitu, saya tetap mengiya.

Dalam rentang dua malam, saya tuntaskan rancang bangun novel bareng itu. Teknis penulisan, bagaimana peserta berpastisipasi, dan perkara pengemasan setelah tiap-tiap peserta merampungkan bagiannya. Singkatnya, tiap-tiap penulis masing-masing akan menganggit satu bab.

Sederhana konsepnya, berat praktiknya.

Waktu berjalan. Berasa singkat dan lengas. Saban lima hari berlalu, satu cerita akan muncul di situs web Secangkir Kopi Bersama. Pada saat yang sama, penulis mengirim naskahnya kepada saya, selaku kuncen, untuk disunting pada akhir kisah.

Awalnya berjalan lancar. Hingga seorang penulis mundur di tengah jalan. Kesibukan dan kepenatan alasannya. Inisiator Widz dan saya menyetujui. Kami ambil jalan tengah. Saya akan mengambil bagian dari penulis yang mundur tersebut.

Beban kuncen bertambah. Bab 1, bab penulis yang mundur, dan bab penutup. Belum lagi, tugas penyuntingan. Oey, semangat!

***

APA kerangka awal novel keroyokan ini?

Cinta segitiga. Dua orang bersahabat karib, sangat akrab sampai-sampai bagai keluarga sendiri, jatuh cinta pada perempuan yang sama. Dua-duanya melamar perempuan yang sama. Sayang sekali, hanya satu peminang yang lamarannya diterima. Alhasil, lelaki yang ditolak pinangannya menanak dendam di dadanya. Ia membunuh sahabatnya sendiri itu di sebuah pojok kota Nikolaiviertel, Berlin, di hadapan anak sahabatnya yang saat itu masih berusia 4 tahun.

Dari situ cerita dibangun. Dari fondasi bernama sirik, yakni harga diri, rasa malu, dan keyakinan hidup masyarakat suku Makassar. Adalah Craen Mark yang merasa nipakasirik (dipermalukan) oleh sahabatnya sendiri. Dan, harga dirinya baru tegak kembali jikalau ia sudah menghabisi orang yang mempermalukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun