Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Peri[h]bahasa dan Rasa Marah

24 Juni 2024   13:31 Diperbarui: 25 Juni 2024   10:31 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengumbar marah (Sumber: peakpx.com)

Sialnya, menahan marah seperti itu bisa merusak fisik dan psikis kita. Mari kita babar, biar kalian bisa kasih paham teman-teman yang suka bikin "gedek".

Tiap orang bisa marah. Ada yang meledak-ledak, ada yang menggerutu. Ada yang berkata dengan nada suara tinggi, ada yang berdiam diri hingga berjam-jam. Ada yang marah karena dihina, ada yang marah karena dicurigai. Ada yang marah karena disakiti, ada yang marah karena diintimidasi.

Rasa marah memberitahukan kepada kita terjadinya potensi ketidakadilan dan ketimpangan, kemudian memberikan kita energi untuk menghadapi ketidakadilan dan ketimpangan itu.

Rasa bersifat sementara. Tidak abadi. Tiada berbeda dengan perasaan senang dan susah, bahagia dan sengsara, atau takut dan berani. Jadi, tidak perlu merasa kiamat sudah tiba ketika kepalamu dipenuhi oleh amarah.

Menelan marah (Sumber: peakpx.com)
Menelan marah (Sumber: peakpx.com)

Apa Itu Marah?

MARAH. Kata ini kita kutip dari bahasa Jawa Kuno. Tepatnya dari kata rah. Artinya, 'berdarah; darah; marah'. Pengertian marah, sederhananya, adalah emosi yang timbul atas sesuatu yang menjengkelkan.

Jadi, amarah muncul ketika kita merasa jengkel dan, biasanya, itu merupakan respons kita terhadap kecemasan yang kita rasakan sebagai ancaman. Ketika kita merasa terancam, takut, tertekan, atau marah, maka otak reptil memerintahkan kita untuk bergerak, menghindar, atau menangkis bahaya yang mengancam kita.

Kvecses (1986), dalam skenario prototipikal emosi, membagi rasa marah dalam lima taraf, yakni (1) peristiwa yang menyinggung perasaan, (2) peledakan emosi berupa rasa marah, (3) upaya pengendalian emosi, (4) kondisi kehilangan kendali, dan (5) pembalasan sakit hati.

Ketika kamu merasa dicaci, dihina, atau diinjak-injak oleh orang lain, kamu bisa jadi mengekspresikan emosi ketidaksukaanmu secara meledak-ledak. Stimulus dari luar dirimu itu kaurasakan sebagai ancaman yang mengusik ketenangan dan kenyamananmu.

Berikut ini beberapa pemicu kemarahan yang berasal dari sesuatu atau orang lain.

Pertama, perilaku yang tidak diharapkan. Kamu sedang berkonsentrasi belajar karena besok ada ulangan, temanmu datang mengganggu tanpa tujuan atau alasan kedatangan yang jelas. Kamu tidak mengharapkan gangguan itu, akhirnya kamu marah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun