Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Minum Air Rasa Duri, Makan Nasi Rasa Sekam [3]

22 April 2024   01:13 Diperbarui: 22 April 2024   01:47 931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau kamu memilih bersedih dibanding bergembira, karena kamu merasa jika kamu menderita maka sanak saudara akan memperhatikanmu, kamu menghalangi dirimu untuk beranjak dari kesedihan.

Tidak perlu terlalu memikirkan apa yang orang pikirkan tentang dirimu. Ada yang mencibir, biarkan saja. Ada yang pura-pura peduli, biarkan saja. Ada yang benar-benar bersimpati, lekas dekati. Itu bisa menjadi "tabung daya". Bisa membantu kamu mengusap air mata, menjadikan diri kuat lagi, dan berdiri tegak.

Kita tidak bisa mengatur pikiran orang. Mustahil. Jadi, pedulikan kata hatimu. Bukan peduli akan "apa kata orang nanti".

Pada hakikatnya, andai kita mau berbesar hati, kita sering keliru saat menafsirkan perasaan. Kita tidak sedih gara-gara kita patah hati, tetapi bersedih karena kita mengharapkan cinta dari orang yang malah meninggalkan kita. Kita tidak bersedih gara-gara kehilangan seseorang yang kita cintai, tetapi bersedih karena kita ingin seseorang yang kita cintai itu tetap hidup dan berada di sisi kita. Kita menyadari sekarang, kesedihan karena gagal diterima bekerja di perusahaan idaman ternyata belum dapat kita abaikan, sebab masih ada sesuatu "di dalam rasa sakit itu" yang masih kita harapkan.

Kita memahami bahwa kesedihan tidak abadi, tidak akan berlangsung selamanya, atau akan hilang entah cepat entah lambat. Begitulah cara kita mencintai perasaan sedih. Bukan membenci, apalagi melawannya. Percuma.

Kalaupun mesti bersedih, bersedih secukupnya saja. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun