Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Melihat Kado Abdul Rachmat Noer untuk Jeneponto

1 Mei 2023   07:47 Diperbarui: 1 Mei 2023   10:41 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Abdul Rachmat Noer siap menuju Senayan 2024 demi tanah kelahirannya (Foto: TribunMakassar) 

JIKA mengacu pada hasil Seminar Hari Jadi Kabupaten Jeneponto, hari ini adalah Hari Jadi Jeneponto. 1 Mei 1863--1 Mei 2023. Sudah 160 tahun. Sudah mulai mendekati dua abad. Sudah makin tua dan, sebenarnya, bisa saja lebih tua jika bukan 1 Mei 1863 yang disepakati sebagai Hari Jadi Jeneponto.

Kendati sudah berusia 160 tahun, Kabupaten Jeneponto masih identik sebagai "kabupaten miskin" di Sulawesi Selatan. Andaikan tiap tahun ada pemeringkatan serius tentang kabupaten termiskin di Sulawesi Selatan, Jeneponto niscaya akan masuk dalam 5 besar. Boleh jadi, akan selalu menempati peringkat pertama sebagai kabupaten termiskin.

Tentu saja itu bukan prestasi yang membanggakan. Malahan, menyedihkan. Namun tiap tahun akan begitu terus, berulang-ulang tiada henti, sampai-sampai peringatan Hari Jadi Jeneponto hanya menjadi rutinitas tahunan di balik ketakberdayaan mengubah nasib tanah kelahiran. Itu terus terjadi selama seluruh komponen warga Jeneponto berupaya keluar dari "lubang hitam kemiskinan" itu.

SALAH seorang sosok yang tengah merancang hasrat berbuat lebih bagi daerah kelahiran dan daerah lain di Sulawesi Selatan adalah Abdul Rachmat Noer. Ahli pemasaran yang lama berkecimpung di PT Semen Tonasa itu akan purnatugas tahun ini. Dengan begitu, ia bisa mengabdi dengan cara berbeda, yakni menjadi "penyambung lidah rakyat".

Sosok yang murah senyum ini juga berkhidmat selaku Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Turatea (KKT). Tidak tanggung-tanggung, Rachmat mengusung moto yang menyentuh. Manna bulaeng assiori, kualleangi samborikku na tau bellaya [meski emas yang menyinari, saya lebih memilih saudara sedaerahku daripada orang yang jauh].

Apa yang hendak Rachmat tawarkan untuk Jeneponto? Jelas, bersuara lantang di Senayan agar Jeneponto tidak menjadi daerah "cukuluk" (baca: urutan buncit) lagi. Bagaimanapun, akan lebih mudah memperjuangkan nasib Jeneponto di pusat apabila ada putra Turatea, sebutan untuk orang dan daerah Jeneponto, yang berkiprah di DPR RI.

Pada Pemilihan Legislatif 2019, tidak seorang pun putra Turatea yang gol menuju Senayan. Semuanya kandas. Padahal, jumlah pemilih di Jeneponto cukup banyak. Andaikan semua pemilih di Jeneponto kompak memilih putra Turatea, jelas akan ada anggota legislatif dari Jeneponto yang duduk di Senayan. Legislator Rafsel Ali, misalnya, hanya mendulang 43.359 suara dan sudah duduk di Senayan. Itu sekadar menyebut contoh.

Namun, Pileg 2019 sudah berlalu. Biarkan apa yang sudah berlalu tetaplah berlalu, sebab waktu yang sudah berlalu tidak akan pernah kembali. Meski begitu, kita bisa memperbaiki apa-apa yang keliru pada waktu lalu agar tidak terulang pada masa mendatang. Jika pada Pemilu 2019 warga Turatea gagal mengusung seorang putranya ke Senayan, kegagalan serupa tidak terulang pada Peleg 2024.

Ada 300.000 wajib pilih sementara di Jeneponto. Jikalau semuanya kompak dan bersatu memilih putra Turatea, jelas peluang keterpilihan sangat besar. Apabila ada yang terpilih berjuang di Senayan, pasti akan ada yang secara spartan membela dan memperjuangkan nasib warga Jeneponto.

"Insyaallah sistem proporsional terbuka atau tertutup, saya tetap akan maju sebagai caleg DPR Ri dari Partai Demokrat untuk menegakkan harga diri orang Turatea," ujar Rachmat dengan tegas. "Saatnya orang Jeneponto kembali menunjukkan kebesarannya."

ABDUL Rachmat Noer jelas sudah berhitung. Partai Demokrat yang ia pilih sebagai kendaraan politik pun tentu saja sudah disertai dengan pertimbangan matang. Aktivis Muhammadiyah yang dikenal luas oleh kalangan muda Muhammadiyah itu tentu tidak hanya berharap pada warga Turatea. Ia tentu saja berharap pula pada pemilih di Makassar, Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, dan Selayar.

Lantas, apa kado spesial yang disiapkan oleh Rachmat untuk pemilih dari Jeneponto? Mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Selatan itu punya tiga rancangan "kado spesial" bagi warga Jeneponto. Tiga kado spesial itu ialah misi yang hendak diwujudkan olehnya.

Pertama, menjadikan Jeneponto sebagai daerah yang rakyatnya hidup layak, sejahtera, dan tidak masuk dalam kategori miskin. Kedua, memperjuangkan gaji tenaga pendidikan dan kesehatan yang layak atau minimal setara dengan UMR, khususnya bagi pegawai honorer. Ketiga, mendorong terciptanya lapangan kerja dan mengurangi angka pengangguran melalui pengembangan UMKM sebagai sektor usaha.

Tidak banyak. Hanya tiga. Namun, tiga kado itu akan sangat berasa apabila dapat diwujudkan. Persoalannya, butuh assamaturuk (bekerja sama) bagi seluruh pemilih di kawasan Turatea atau orang Turatea yang berada di Makassar, Gowa, Takalar, Bantaeng, dan Selayar.

"Saya akan tetap maju sebagai caleg DPR RI sekalipun menggunakan sistem proporsional tertutup," ujar Sekjen KKT itu kepada penulis melalui aplikasi perpesanan. "Ini menunjukkan kesungguhan dan komitmen saya turut membangun demokrasi, serta keseriusan saya berkhidmat di panggung politik untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat Indonesia."

Setelah Rachmat appatabek (memohon restu) kepada kerabat di Kerukunan Keluarga Turatea, celah harapan keterpilihan mulai terlihat. Tinggal kerja-kerja politis yang butuh digiatkan, terutama menggugah kesadaran pemilih soal tanrek sidoekang (tanpa politik uang).

Tidak bisa dimungkiri, sebagaimana pemilih di daerah-daerah lain, orang-orang Jeneponto kerap "buta" karena kegembiraan sesaat: amplop dengan isi tak seberapa. Setelah itu, seperti kata leluhur: sassaklalanga tena battu ri dallekang (rasa sesal tidak pernah datang dari muka). [kp]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun