Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Inilah 5 Hal yang Paling Dibenci Pembaca Buku

13 Februari 2023   12:15 Diperbarui: 13 Februari 2023   18:07 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangkan Anda membaca kalimat "ia tahi banget" ketika mestinya yang tereja adalah "ia tahu banget". Pujian "tabiatnya bagai nabi" bisa menjadi makian gara-gara tombol "n" ditukar dengan "b".

Kata Jane Ratteree, "Jika mereka yang menulis dan menerbitkan buku tidak berusaha untuk melakukannya dengan benar, buku tersebut tidak pantas mendapatkan waktu dan perhatian saya."

KEEMPAT, ketebalan yang berlebihan. Banyak penulis menyangka buku yang tebal dapat merangsang minat baca khalayak pembaca. Padahal, belum tentu. Jika teknik sajian ternyata membosankan, pembaca malah merasa dizalimi.

Tulisan yang sengaja dipanjang-panjangkan, melantur kian kemari, justru bikin bosan pembaca alih-alih larut dalam cerita. Bolehlah novel, misalnya, tebalnya hingga 700 halaman asalkan disajikan tidak dengan bertele-tele.

 "Hanya J.M. Coetzee yang berpendapat bahwa sebuah buku penting bisa di bawah 300 halaman." Begitu pendapat Susan Moss, salah seorang pembaca yang dimintai pendapat oleh Charles.

KELIMA, terlalu banyak bagian yang dicetak miring. Bukan cuma tulisan bertele-tele yang dikeluhkan oleh pembaca, bukan. Tidak sedikit pula pembaca yang merasa terganggu karena banyak bagian yang dicetak miring.

Pembaca mengeluhkan prolog yang tidak berkesudahan, pengantar yang menggurui, eksposisi, penjelasan, deskripsi, paragraf, kalimat, percakapan, adegan seks, atau babak perkelahian yang basi.

Namun, terlalu banyak bagian yang dicetak miring justru sangat merusak ketenangan pembaca. "Bagian panjang dengan huruf miring membuatku gila," tutur Susan Spnard.

BAGAIMANA dengan saya? Apakah saya tergolong penulis yang doyan menganggit cerita yang berujung pada "ternyata ini hanya mimpi"? Adakah saya termasuk penulis tidak cermat sehingga data dan fakta kurang atau tidak akurat?

Tanyakan pula. Apakah saya kerap membiarkan salah tik bertaburan dalam tulisan saya? Adakah saya penulis yang bertele-tele? Apakah saya suka memiringkan kata atau frasa?

Silakan jawab sendiri pertanyaan-pertanyaan di atas. Setelahnya, kita berusaha agar tidak menyiksa pembaca. [kp]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun