2. Sulit membedakan penggunaan ke, pada, dan kepada
Ini juga kuman. Hingga sekarang masih banyak pengarang yang kesulitan membedakan kapan mesti memakai ke, bilamana menggunakan pada, dan kapan seharusnya memakai kepada.
Kalau mau tekun mencermati penggunaan tiga kata itu, rasa-rasanya tidak sukar. Masalahnya, segelintir pengarang kerap menganggap itu perkara sepele. Hasilnya, kesalahan terus dilakukan. Lagi dan lagi.
Perhatikan perbedaannya. Kata depan ke diletakkan di depan kata yang menerangkan ‘tempat yang dituju’; pada ditaruh di depan kata yang menerangkan ‘kapan sesuatu terjadi’; dan kepada ditempatkan di depan kata ganti yang menunjukkan ‘ke mana sesuatu ditujukan’.
- Rahmat jatuh cinta ke kamu. (Keliru)
- Rahmat jatuh cinta pada kamu. (Keliru)
- Rahmat jatuh cinta kepada kamu. (Tepat)
Pada contoh di atas, kata kamu menerangkan ‘sasaran yang dituju’. Dengan begitu, kata yang tepat digunakan adalah kepada.
- Rahmat jatuh cinta ke pandangan pertama. (Keliru)
- Rahmat jatuh cinta kepada pandangan pertama. (Keliru)
- Rahmat jatuh cinta pada pandangan pertama. (Tepat)
Frasa “pandangan pertama” menguraikan 'kapan sesuatu terjadi'. Dengan demikian, kata yang pas digunakan adalah pada. Bukan ke atau kepada.
- Rahmat jatuh kepada pelukanmu. (Keliru)
- Rahmat jatuh pada pelukanmu. (Keliru)
- Rahmat jatuh ke pelukanmu. (Tepat)
Kata “pelukanmu” menjelaskan ‘tempat yang dituju’. Bukan ‘kapan sesuatu terjadi’ atau ‘ke mana sesuatu ditujukan’. Dengan demikian, kata yang tepat digunakan adalah ke.
- Rahmat berdoa pada Tuhan. (Keliru)
Sekilas terlihat kalimat di atas tidak keliru, padahal sebenarnya keliru. Lihat penggunaan “pada”. Tuhan dalam konteks kalimat di atas adalah ‘sasaran tempat doa ditujukan’. Adapun “pada” mesti menerangkan ‘kapan doa itu dipanjatkan'.
Perbaikannya dapat ditilik dalam contoh di bawah ini.
- Rahmat berdoa kepada Tuhan. (Tepat)
- Rahmat berdoa pada malam yang hening. (Tepat)