Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Mengenal 4 Kaidah Penulisan Dialog

25 Maret 2021   06:06 Diperbarui: 27 Maret 2021   09:12 9241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Olah Pribadi

Kehadiran dialog dalam novel sangat vital. Selain memperkuat intensi cerita, dialog juga dapat mempertajam konflik dan memperkuat karakter tokoh. Namun, artikel ini tidak akan mengudar hal itu. Artikel ini saya tata untuk menemani kalian mengenali kaidah penulisan dialog.

Bagaimana dengan langkah taktis menulis dialog? Tenang, Kawan. Saya sudah pernah mengulasnya. Silakan klik tautan artikel berjudul “Trik Moncer Mengemas Dialog dan Narasi”. Artikel "Menyisir Dialog dalam Cerita" dapat juga kalian jadikan referensi.

Sekarang kita ulas seluk-beluk penulisan dialog. Ada empat kaidah penulisan dialog yang akan saya babar. Mari kita mulai.

1. Penggunaan tanda baca.

Setiap dialog mesti diapit oleh tanda petik. Huruf pertama dalam dialog harus menggunakan huruf kapital dan rapat dengan tanda petik.

  • Rahmat berkata, “ Aku sudah tahu di mana hatimu jatuh.” (Keliru)
  • Rahmat berkata, “Aku sudah tahu di mana hatimu jatuh.” (Tepat)

Jika dialog tidak disertai atribut atau label pewatas, gunakan tanda titik (.).

  • Rahmat marah, “Jangan bilang kamu sudah palingkan hatimu dariku!” (Keliru).
  • Rahmat marah. “Jangan bilang kamu sudah palingkan hatimu dariku!” (Tepat).
  • “Jangan bilang kamu sudah berpaling dariku,” Rahmat marah-marah. (Keliru)
  • “Jangan bilang kamu sudah berpaling dariku.” Rahmat marah-marah. (Tepat)

Apabila dialog disela atau dipenggal dengan menyisipkan keterangan penyerta di tengah dialog, gunakan tanda koma (,) sebagai pembatas. Akan tetapi, hati-hati. Kalau dialog pertama sudah utuh sebagai kalimat, dialog berikutnya harus dimulai sebagai kalimat baru.

  • “Kita memang pernah saling mencintai,” kata Rahmat. “Tetapi sekarang tidak lagi.” (Keliru)
  • “Kita memang pernah saling mencintai,” kata Rahmat, “tetapi sekarang tidak lagi.” (Tepat)
  • “Kita memang pernah saling mencintai,” kata Rahmat, “sekarang tidak lagi.” (Keliru)
  • “Kita memang pernah saling mencintai,” kata Rahmat. “Sekarang tidak lagi.” (Tepat)

Kalau dialog terputus, tersela, atau ada jeda, gunakan elipsis (…). Apabila posisi elipsis terletak di tengah kalimat, elipsis didahului dan diikuti spasi.

  • “Sebenarnyaaku sudah tidak berharap banyak!” (Keliru)
  • “Sebenarnya … aku sudah tidak berharap banyak!” (Tepat)
  • “Sebenarnya aku sudah tidak berharap banyak…,” kata Rahmat dengan mata berkaca-kaca, “tetapi aku tidak punya pilihan selain bertahan mencintaimu.” (Keliru)
  • “Sebenarnya aku sudah tidak berharap banyak …,” kata Rahmat dengan mata berkaca-kaca, “tetapi aku tidak punya pilihan selain bertahan mencintaimu.” (Tepat)

Jika kalimat yang terpenggal berada pada akhir dialog, elipsis ditambah dengan tanda titik penutup. Dengan demikian menjadi empat tanda titik (….).

  • Rahmat ternganga. “Jangan bilang kamu …" (Keliru)
  • Rahmat ternganga. “Jangan bilang kamu ….” (Tepat)

Jika di dalam dialog terdapat petikan atau ujaran lain, gunakan tanda petik tunggal ('...').

  • “Dia bilang, Aku sudah punya lelaki lain,” dan aku kehilangan kata-kata,” ucap Rahmat. (Keliru)
  • “Dia bilang, ‘Aku sudah punya lelaki lain,’ dan aku kehilangan kata-kata,” ucap Rahmat. (Tepat)

Apabila tokoh terbata-bata melafalkan dialog, gunakan tanda hubung pada potongan suku kata yang diucapkan dengan terbata-bata.

  • Titidak begitu,” ujar Rahmat. (Keliru)
  • “Ti-tidak begitu,” ujar Rahmat. (Tepat)

Perhatikan peletakan tanda baca. Jangan asal taruh! Tanda baca diletakkan sebelum tanda petik (“…”) penutup dialog.

  • “Saya siap kehilangan dirimu, ujar Rahmat, “sekalipun aku harus menanggung luka.” (Keliru)
  • “Saya siap kehilangan dirimu,” ujar Rahmat, “sekalipun aku harus menanggung luka.” (Tepat)
  • Rahmat mendesah. “Jika kamu ingin pergi, pergilah!.” (Keliru)
  • Rahmat mendesah. “Jika kamu ingin pergi, pergilah!” (Tepat)
  • “Lelaki mana yang telah membuatmu berpaling dariku?”, tanya Rahmat. (Keliru)
  • “Lelaki mana yang telah membuatmu berpaling dariku?” tanya Rahmat. (Tepat)
  • “Semua sudah hancur. Hancur. Hancur sehancur-hancurnya”, kata Rahmat. (Keliru)
  • “Semua sudah hancur. Hancur. Hancur sehancur-hancurnya,” kata Rahmat. (Tepat)

2. Penggunaan atribut atau label dialog.

Atribut atau label dialog (dialogue tag) harus ditata dengan saksama. Banyak pengarang yang menggunakan label dialog yang salah kaprah. Perhatikan contoh berikut.

  • “Jika satu ketika kamu masih ingin pulang,” harap Rahmat, “jangan pergi sekarang!”
  • “Tidak bisa begitu,” potong Rahmat. “Aku juga punya perasaan.”
  • “Ini peringatan terakhir dariku,” pungkas Rahmat.

Tiga label dialog di atas bukanlah kata yang tepat untuk menandai dialog. Kata “harap” bermakna ‘mohon atau minta’, jadi tidak sepadan dengan “kata” atau “ujar” untuk menjadi atribut dialog. Begitu juga dengan “potong” dan “pungkas”, maknanya tidak setara dengan “kata” atau “ucap”.

Apabila ingin menggunakan varian, sebaiknya cari sinonim “kata”. Perhatikan contoh berikut.

  • “Kamu sakit,” ujar Rahmat.
  • “Kamu sakit?” tanya Rahmat.
  • “Kamu sakit!” seru Rahmat.

Apabila dua tokoh sedang berbincang, cukup dua dialog awal yang menyertakan nama tokoh.

  • Nayanika menceratuk. “Aku tidak tahu harus bagaimana lagi!”
  • “Kalau begitu,” ujar Rahmat, “diam saja.”
  • “Bagaimana kalau dia mati?”
  • “Itu risiko!”

3. Penggunaan sapaan tokoh.

Dalam dialog, sapaan pengganti nama tokoh harus didahului atau diikuti oleh tanda koma (,).

  • Mbak, bertahanlah di sini!”
  • “Bertahanlah di sini, Kak!”
  • “Siapa yang berani menyakiti hatimu, Nak?”
  • “Kalau begitu, Dinda, lupakan apa yang seharusnya kamu lupakan!”

Perhatikan penulisan sapaan untuk tokoh yang bukan lawan dialog.

  • “Dengarkan saran ibumu, Nak!”
  • “Jangan kira bapakmu, Rahmat, bahagia karena kelakuanmu!”
  • “Sebaiknya kakakmu tidak turut campur, Bang.”
  • “Kata pamanmu, ini bukan rumahmu. Benarkah?”

4. Penggunaan huruf miring atau pengursifan.

Kata yang berasal dari bahasa daerah dan bahasa asing harus tetap dikursifkan atau dimiringkan.

  • “Dari mana kamu dapatkan cenning rara atau jampi pemikat itu?”
  • “Data ini tidak boleh kamu back up!”

Apabila kata yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah itu mendapat imbuhan, gunakan tanda hubung (-). Kata yang dikursifkan hanya kata dari bahasa asing atau bahasa daerah.

  • “Pamanku ber-pariban dengan pamanmu,” kata Nayanika.
  • Rahmat berseru, “Messi di-tackle!”

Pengecualian dapat dilakukan apabila satu kata sudah kerap digunakan pada dialog sebelumnya. Hal ini berlaku hanya pada kata dari bahasa daerah. Beberapa penerbit tidak memberlakukan pengursifan untuk kata yang berasal dari bahasa daerah, asalkan sudah digunakan berkali-kali.

Kata yang termasuk ragam cakapan tetap dikursifkan.

  • “Rahmat sedang mager,” ujar Nayanika.
  • Nayanika memelotot. “Kalau mau pansos, Rahmat, jangan sememalukan itu!”

Itulah empat aturan penulisan dialog. Saya berharap, udaran ini bermanfaat bagi kalian.

Salam takzim, Khrisna Pabichara 

(Twitter/IG: @1bichara)

Artikel terkait:

  1. Jurus Meramu Data dalam Novel agar Bernyawa
  2. Jurus Moncer Menubuhkan Lokalitas dalam Cerita
  3. Tiga Jurus Tokcer Mengarang Novel

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun