"Bodoh?"
"Mencintai Tata."
Emir terpingkal-pingkal sampai air matanya merembes ke pipi. "Bodoh dan cinta itu bagai rel dan kereta, Naya."
Sekarang amati dialog antara Naya (calon magister) dan ibunya (dosen pascasarjana).
"Bagi Naya, itu hubungan yang timpang. Tidak seimbang."
"Tata mengangankan kebenaran yang jelas, Naya, tetapi bermuara pada dirinya sendiri. Ia mencari kebenaran berdasarkan kebenaran dalam dirinya sendiri. Ia menginginkan kebenaran dan itu, sebenarnya, kebenaran bagi dirinya sendiri."
"Nietzche!"
"Betul, Nak."
"Apa yang harus Naya lakukan, Ma?"
"Jika kamu ingin mempertahankan hubunganmu dengan Tata, kamu harus tekun menambal lubang-lubang hubungan itu."
"Pasti sulit."
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!