***
Jurus Tebang Bambu Cabut Ketela
Inilah jurus yang saya gunakan agar lokalitas tidak menjadi semata-mata tempelan. Plot sudah tergambar, konflik sudah terencana. Saya tinggal memilah kearifan lokal mana yang tepat dan di mana saya tempatkan agar menguatkan kisah.
Salah satu petuah leluhur favorit saya adalah petuah seorang cendekiawan Luwu kepada sang cucu, La Baso, yang akan memangku Kedatuan Soppeng. Petuah itu berisi amar atau saran agar sang cucu tidak terjebak dalam penyesalan akibat jabatan yang dipangkunya.
Agar larut dalam kisah, saya tempatkan di adegan ketika Emir "diinterogasi" oleh calon mertua. Dalam novel Lakuna bisa dilihat pada halaman 279.
"Apa yang kamu tahu tentang penyesalan, Nak Emir?" tanya Pak Zainuddin.
"Pertanyaan Bapak terlalu berat!" Sanggah Ibu Nirmala.
Emir mengangkat pantat dan memperbaiki sikap duduknya. Mendadak ia merasa beruntung karena Naya sering mengajaknya berdiskusi tentang apa saja. Pelan-pelan ia menjawab, " ... Ada lima perkara yang menyebabkan orang dapat terhindar dari penyesalan, yakni pikiran, pertimbangan, pilihan, pewawasdirian, dan perasaan malu."
Perhatikan dengan saksama. Bayangkan seandainya Anda calon menantu yang ditanyai perkara sebegitu berat. Apakah logis? Ya. Emir adalah mahasiswa pascasarjana tingkat doktoral. Selain rajin membaca, ia juga seorang pelaku pustaka bergerak.
Akan tetapi, memperjuangkan cinta bukanlah pekerjaan satu pihak. Lelaki dan perempuan yang sepakat hendak menikah mesti berjuang bersama. Di situlah sisi indahnya. Saya muatlah adegan Naya membantu Emir.
"Ada lima perkara juga yang akan menutupi lima perkara itu," timpal Naya pelan, "yakni orang tidak takut pada kata dan laku salah akan tertutup pikiran jernihnya; orang yang mudah marah akan tertutup pertimbangan matangnya; orang yang bodoh akan tertutup pikiran baiknya, orang yang lalai tertutup kewaspadaannya; dan orang yang rakus akan tertutup perasaan malunya."