Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Duhai BWF, Jangan Tantang Nyali Jari dan Bacot Netizen Indonesia

18 Maret 2021   16:51 Diperbarui: 18 Maret 2021   17:17 3090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Habis Dayana terbitlah Gothamchess, habis Microsoft terbitlah BWF. Netizen Indonesia lagi-lagi makan korban. Kali ini tidak tanggung-tanggung. Jika sebelumnya hasil riset Microsoft menyebut netizen Indonsia paling tidak sopan se-Asia Tenggara, sekarang malah merambah Eropa.

Mohammad Ahsan bingung. Ia merasa janggal. Setelah bersama Hendra Setiawan mengalahkan pasangan tuan rumah, Sean Vendy/Ben Lane, tidak tampak raut gembira di wajah ofisial. Koh Herry juga bermuka masam. Padahal, Ahsan dan Hendra menang.

Setelah menanyakan sebab kemuraman Koh Herry, Ahsan kehilangan asa. "Mereka bilang, kita semua harus pulang. Besok nggak boleh main lagi," ujar Ahsan kepada Bolalob.com.

Lebih tepatnya, tim Indonesia dipaksa mundur alias angkat koper. Usut punya usut, Ahsan makin merasa aneh. Menurut Ahsan, Hendra mendapat surel peringatan dari National Health Service (NHS). Peringatan itu dilayangkan NHS karena Koh Hendra sepesawat dengan penderita korona.

Lucunya, Ahsan juga satu pesawat dengan Hendra, bahkan duduk di sebelahnya. Ajaibnya, ia tidak menerima surel peringatan. Barangkali NHS mengira Babah Ahsan naik sepeda ke Birmingham.

O, tidak hanya Ahsan. Tiga anggota kontingen Indonesia juga tidak menerima surel. Makin aneh. Irwansyah (Asisten Pelatih), Gilang (Terapis), dan Iwan Hermawan (Pengurus PBSI). Padahal, tiga orang itu sepesawat dengan 20 anggota kontingen yang menerima surel peringatan.

Lebih ajaib lagi, seorang pemain Turki yang sepesawat dengan tim Indonesia tidak dipaksa mundur.

"Pagi ini saya mendapat informasi, ya, bagaikan disambar geledek. Timnas Indonesia dipaksa mundur," ujar Agung Firman Sampurna, Ketua Umum PBSI, dalam konferensi pers hari ini (Kamis, 18/3/2021), sebagaimana dikutip oleh detik.com.

Lebih lanjut, Agung menyatakan bahwa pihaknya ingin membuat kesan "baik-baik saja". Artinya, ia tidak ingin gara-gara Indonesia angkat koper lalu hubungan antarlembaga dan antarnegara menjadi retak. Meski begitu, ada beberapa fakta yang patut disebar kepada khalayak.

Apa saja fakta itu? Secara ringkas saya bisa ringkus di sini. Pertama, ketidakjelasan informasi. Tiap seseorang ingin menikmati layanan transportasi kapal terbang, pasti sudah mengajukan kelengkapan administrasi soal korona. Mengapa penumpang yang terpapar korona bisa berada di dalam pesawat?

Kedua, ketidakakuratan data. Empat anggota kontingan tidak menerima surel peringatan, padahal kontingen Indonesia satu pesawat. Bagaimana bisa NHS tahu data tentang penumpang terpapar korona, tetapi gagal mendeteksi empat anggota kontingen Indonesia di pesawat yang sama?

Ketiga, ketidakadilan perlakuan. Ofisial dan pemain Turki juga berada di dalam pesawat yang sama. Apabila logika "kontak dekat" menjadi dalih diskualifikasi, sudah sebut saja begitu, maka tim Turki juga mesti angkat kaki dari All England.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun