Coba klik menu "Pilihan Editor". Bertahanlah pada kolom "Artikel Utama". Gulir ke bawah dan baca judulnya. Jangan terkesiap kalau melihat kata dari bahasa Inggris menyempil di sana sini. Self-reward, sleeping investor, self-education, overthinkhing, move on, ghosting. Rrrgggkhh!
Jika terus begitu, Kompasianer akan salah tafsir. Kalau mau nangkring di AU, pakai istilah bahasa Inggris. Kenapa Kompasianer bisa salah tafsir? Alasannya jelas, karena admin K terlalu genit. Apa-apa bahasa Inggris. Tukar saja kewarnegaraan kalian.
Saya ingatkan kembali, koran Kompas bahkan memelopori penggunaan editor bahasa Indonesia. Eh, anaknya (baca: Kompasiana) malah getol menganjurkan keinggris-inggrisan. Apakah admin tidak takut kualat? Apakah admin tidak ngeri dicap anak durhaka oleh Kompas?
Sudah, ah. Sebal. Saya khawatir, jangan-jangan admin K sering bolos tiap mata pelajaran bahasa Indonesia semasa sekolah. Penulisan kata ulang saja tidak paham sampai-sampai abai memakai tanda hubung. Sudahlah Kompasianer malas mencari padanan kata dalam bahasa Indonesia, admin K memperparah keadaan. Bukannya memperbaiki, malah makin merusak. Perih!
Oke, ya, Kakak Administratur Kompasiana yang arif dan bijaksini. Saya tulis artikel ini sebagai satu tanda cinta. Sama seperti admin K menegur Kompasianer yang melakukan kesalahan lewat satu surat cinta. Namanya juga atas nama cinta, jangan tersinggung. Apalagi menghapus artikel ini! [kp]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H