Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Seputar Biografi: Kenapa Harus Saya (Bag 1)

18 Februari 2021   12:39 Diperbarui: 18 Februari 2021   13:50 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya menyanggah dengan santun. "Gaya Bapak berbeda dengan gaya saya."

Beliau tertawa lagi. Berdiri sambil berkata, "Saya hanya membantu agar Anda bisa bernapas lega!"

***

Penyerahan cendera mata saat peluncuran novel biografis
Penyerahan cendera mata saat peluncuran novel biografis
KISAH di atas adalah cuplikan pertemuan pertama saya dengan Dahlan Iskan. Beliau calon sosok yang akan saya tuangkan kisah hidupnya ke dalam buku. Penerbit menyarankan biografi atau memoar. Saya belum menentukan apa-apa. Bagi saya, Pak Dahlan setuju dulu.

Pengalaman lutut goyah sungguh berguna. Presentasi soal apa yang akan saya tulis, bagaimana nanti proses riset, dan hal-hal teknis lain hanya pelengkap belaka. Saya tahu itu, sebab ketika tiba di lantai 19, sebelum memasuki ruangan beliau, pundak saya ditepuk sangat hangat.

Mengapa harus saya? Itulah pertanyaan yang kerap diajukan oleh seseorang tatkala saya tawari dituliskan memoar atau biografi. Jawaban yang sering saya lontarkan ialah agar cucu dan cicit kenal leluhurnya. Betapa banyak di sekitar kita yang kenal kakeknya sekadar nama saja. Tidak tahu kiprah sang kakek, tidak kenal jejak sang kakek.

Adakah yang lebih mengenaskan dibanding tidak dikenali oleh kerabat sendiri? Bahwa tiap insan adalah guru, itu benar. Bahwa tiap orang punya pengalaman inspiratif yang bisa disebar kepada khalayak pembaca, itu benar. Namun, dilupakan oleh keluarga sendiri adalah alasan sederhana mengapa seseorang butuh memoar.

Anda boleh punya uang berlimpah, perusahaan menumpuk, deposito di mana-mana, saham tiada terkira, selama Anda hanya bergerak di situ maka suatu ketika nama Anda akan hilang dari edar masa. Lewat buku, setidaknya, nama Anda akan mengabadi selama buku itu ada.

Anda boleh punya jabatan tinggi, pangkat yang membuat orang lain terus membungkuk, telunjuk yang dapat menggerakkan dan mengarahkan orang lain, selama Anda berada di situ saja maka suatu ketika nama Anda akan ditelan masa. Bukulah yang dapat, setidaknya, mengabadikan apa yang telah Anda lakukan, kapan Anda berbuat, dan bagaimana Anda melakukannya.

Di situlah pentingnya buku biografi atau memoar.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun