b. beriman
c. rugi
d. sukses
Saya pikir, warganet akan mempertanyakan apakah bersyukur harus dengan menyembelih hewan kurban. Bisa juga, mempertanyakan apakah dengan tidak menyembelih hewan kurban maka Pak Ganjar otomatis tergolong orang rugi atau beruntung.
Ternyata tidak. Warganet mempersoalkan nama Pak Ganjar dalam soal ujian yang tercantum di dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti itu. Tentu saja, Pak Ganjar yang dimaksud oleh warganet yang keberatan adalah Gubernur Jawa Tengah.
Saya heran. Maaf, saya berhak untuk merasa heran. Kenapa? Itu absurd. Tidak masuk akal. Muskil. Jika kita mau menahan diri sejenak, tidak usah lama, buku itu terbit pada tahun 2009. Kala itu, Ganjar Pranowo masih duduk sebagai wakil rakyat di Senayan. Belum menjadi gubernur.
Okelah, saya menghargai pendapat pihak yang kemudian mempertanyakan soal ujian itu. Lantas, mengapa baru sekarang? Mengapa tidak sejak Ganjar Pranowo duduk sebagai Gubernur Jateng? O, karena baru tahu sekarang? Jadi, andaikan tidak tahu dan terus tidak tahu maka soal ujian itu tidak akan menjadi persoalan? Hehehe.
Sekarang begini. Apakah soal ujian itu merujuk langsung kepada Ganjar Pranowo?Â
Tidak. Hanya menyebut Pak Ganjar. Adakah orang yang bernama Pak Ganjar hanya Ganjar Pranowo? Baiklah, Anda bisa berasalan karena memakai kata sandang "Pak". Lo, makin sumir. Apakah orang yang bernama Ganjar, selain Ganjar yang gubernur, tidak berhak disebut Pak Ganjar?
Jika demikian adanya, kasihan orang yang bernama Ganjar Mukti Muhardiayana (pesepak bola), karena tidak boleh disapa "Pak Ganjar". Doi mesti disapa Ganjar tok. Kalau mau pakai "Pak", mesti Pak Mukti. Tidak boleh Pak Ganjar, sebab itu identik dengan Gubernur Jateng. Alamakjang!
Ada pula yang keberatan karena memakai nama Pak Ganjar, padahal bisa saja diganti menjadi Pak Budi atau Bu Wati.Â