Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Rahasia Dapur Menembus Artikel Utama

4 Februari 2021   05:05 Diperbarui: 4 Februari 2021   05:11 949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menulis dan tersenyumlah, biar bahagia hatimu (Foto: thewritelife.com)

Ambil contoh tatkala warganet mempertanyakan kenapa Kaesang memakai celana jin (bukan jins, ya) saat melayat Bu Ani Yudhoyono. Artikelnya saya juduli "Balada Celana Jin Kaesang". Wah, saya banyak ditegur orang saat itu karena memilih kata jin. Bukan jins sebagaimana yang dikira benar oleh warganet. Mereka yang salah, eh, mereka yang ngotot.

Ingatan saya kontan kembali pada tahun 2018, tepatnya 27 Desember 2018. Kala itu saya menulis tentang banyaknya orang di Nagari Takada yang sering tidak mampu menahan jari. Kritik untuk pengguna media sosial itu saya juduli "Jangan Bunuh Diri di Medsos, Ferguso".

***

Bidik layar yang masuk Artikel Utama (Dokpri)
Bidik layar yang masuk Artikel Utama (Dokpri)

ITULAH empat rahasia dapur kepenulisan saya. Empat rahasia itu berasal dari diri saya sendiri. Artinya, tidak bersumber dari pengamatan apa yang disukai oleh Admin Kompasiana sehingga satu artikel bisa masuk AU.

Dari situ jelas bahwa saya berkonsentrasi pada kualitas tulisan saya, bukan pada selera atau standar Kompasiana. Bisa saja saya mengamati jenis artikel yang sering tembus AU, sangat bisa. Namun, bagi saya, terlalu memakan energi. Lebih baik energi itu saya pakai untuk mencari ide, menuangkan gagasan, dan mengagihkannya kepada pembaca.

Saya berangkat dari menulis di media konvensional baru ke Kompasiana. Artinya, saya terbiasa dengan aturan tidak tertulis di dunia perkoranan. Ketika karya saya ditolak, bukan berarti karya itu jelek. Bisa saja karena tidak sesuai dengan selera atau standar koran tersebut. Jadi, saya kirim saja ke koran lain. Hasilnya, dimuat.

Lima tulisan saya tidak mendapat label "Pilihan" di Kompasiana. Saya diam saja. Satu artikel--tentang bahasa--yang tidak mendapat label pilihan saya hapus, kemudian saya kirim ke koran. Eh, dimuat. Dapat honor. Empat sisanya saya biarkan tetap di Kompasiana sebagai tugu.

Begitulah sekelumit rahasia dapur saya dalam menembus bilik AU. 

O ya, saya termasuk Kompasianer yang jarang memprotes kebijakan Kompasiana. Bagi saya, itu hak domestik Admin, sekalipun penting bagi Kompasiana untuk menyelaraskan target mereka dengan harapan Kompasianer. Biar sama-sama untung atau sama-sama buntung.

Kakak Admin, mohon dimaklumi, ya.

Tabik, Khrisna Pabichara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun