Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Suka Mengejek Hobi Teman? Hati-hati, Ini 4 Dampak Buruknya

31 Januari 2021   17:19 Diperbarui: 31 Januari 2021   20:10 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama, membunuh rasa percaya diri teman sendiri. Teman yang kita ejek hobinya bisa-bisa kehilangan rasa percaya diri. Mula-mula sedikit, lama-lama minderan. Jika sudah pada level kronis boleh jadi tidak mau bergaul dengan orang lain, menutup diri dari masyarakat, atau antisosial. Dengan begitu kita telah membunuh karakter teman sendiri. Kejam sekali, kan?

Kedua, kehilangan kepercayaan. Kalau kita mengejek hobi teman, baik jarang ataupun sering, lambat laun kita akan kehilangan kepercayaan. Mula-mula teman yang kita ejek itu mengambil jarak, lama-lama menjauh. Kita akan kehilangan seorang teman. Pada saat bersamaan, menciptakan seorang musuh. Repot. Musuh kok dibikin-bikin!

Ketiga, meninggalkan kenangan sebagai orang yang meremehkan teman. Kalau satu saat kita kumpul-kumpul, entah arisan entah reunian, kenangan yang diingat oleh teman kita tiada lain adalah kita pernah meremehkannya. Jika sudah begitu, sadar tidak sadar kita telah membuatnya memendam sakit hati, memeram dendam berkepanjangan, bahkan salah-salah menjadi sosiopat.

Keempat, menyebabkan rasa tidak nyaman. Barangkali teman yang kita ejek hobinya itu selalu tersenyum, sekalipun mungkin senyum yang dipaksa-paksa, tetapi mungkin saja hatinya sedang bergejolak--seperti air rebusan yang tengah mendidih hingga tutup panci berdansa. Ia memang bertahan di dekat kita, tetapi pikirannya melayang entah ke mana.

Akumulasi empat dampak buruk itu kemudian menjadi penyebab tumbuhnya sakit hati. Awalnya mungkin tidak berasa, lama-lama menjadi stres bertumpuk, menjadi dendam membara, menjadi kesumat tiada ujung.

Apalah artinya berteman jika kehadiran kita hanya menghadirkan rasa sakit hati. Jika mental teman yang kita ejek hobinya persis seperti Kover Koyak--diam-diam makan hati sendiri--barangkali tidak akan terjadi perseteruan fisik yang nyata.

Bagaimana kalau teman yang kita ejek itu tidak terima kita risak habis-habisan? Bahaya, Kawan. Itu sebabnya saya memohon sepenuh hati agar kalian tidak meniru tabiat si Panci Penyok. Lebih baik diam daripada dipolisikan.

Tabik, Khrisna Pabichara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun