Pertama, membunuh rasa percaya diri teman sendiri. Teman yang kita ejek hobinya bisa-bisa kehilangan rasa percaya diri. Mula-mula sedikit, lama-lama minderan. Jika sudah pada level kronis boleh jadi tidak mau bergaul dengan orang lain, menutup diri dari masyarakat, atau antisosial. Dengan begitu kita telah membunuh karakter teman sendiri. Kejam sekali, kan?
Kedua, kehilangan kepercayaan. Kalau kita mengejek hobi teman, baik jarang ataupun sering, lambat laun kita akan kehilangan kepercayaan. Mula-mula teman yang kita ejek itu mengambil jarak, lama-lama menjauh. Kita akan kehilangan seorang teman. Pada saat bersamaan, menciptakan seorang musuh. Repot. Musuh kok dibikin-bikin!
Ketiga, meninggalkan kenangan sebagai orang yang meremehkan teman. Kalau satu saat kita kumpul-kumpul, entah arisan entah reunian, kenangan yang diingat oleh teman kita tiada lain adalah kita pernah meremehkannya. Jika sudah begitu, sadar tidak sadar kita telah membuatnya memendam sakit hati, memeram dendam berkepanjangan, bahkan salah-salah menjadi sosiopat.
Keempat, menyebabkan rasa tidak nyaman. Barangkali teman yang kita ejek hobinya itu selalu tersenyum, sekalipun mungkin senyum yang dipaksa-paksa, tetapi mungkin saja hatinya sedang bergejolak--seperti air rebusan yang tengah mendidih hingga tutup panci berdansa. Ia memang bertahan di dekat kita, tetapi pikirannya melayang entah ke mana.
Akumulasi empat dampak buruk itu kemudian menjadi penyebab tumbuhnya sakit hati. Awalnya mungkin tidak berasa, lama-lama menjadi stres bertumpuk, menjadi dendam membara, menjadi kesumat tiada ujung.
Apalah artinya berteman jika kehadiran kita hanya menghadirkan rasa sakit hati. Jika mental teman yang kita ejek hobinya persis seperti Kover Koyak--diam-diam makan hati sendiri--barangkali tidak akan terjadi perseteruan fisik yang nyata.
Bagaimana kalau teman yang kita ejek itu tidak terima kita risak habis-habisan? Bahaya, Kawan. Itu sebabnya saya memohon sepenuh hati agar kalian tidak meniru tabiat si Panci Penyok. Lebih baik diam daripada dipolisikan.
Tabik, Khrisna Pabichara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H