Diari, kita kembali saja pada soal kuasa saling. Saling setia dan saling percaya juga merupakan “perkawinan rasa” yang harus abadi. Tanpa batas, tanpa akhir, meskipun begitu banyak kepahitan, kesedihan, atau keperihan yang telah dan masih akan kami alami. Saling setia dan saling percaya itulah yang jadi penyembuh segala rasa sakit yang kami alami.
Hanya saja, Diari, engkau tahu bahwa saling setia dan saling percaya itu bukanlah pekerjaan mudah!
20.22 WIB
Harapan, Diari. Kau pasti tahu kata itu. Bagi kami, harapan adalah keinginan yang tiap saat kami angankan dan inginkan menjadi kenyataan. Adapun keinginan yang selalu kuangankan cuma satu. Dia. Lebih lengkapnya, dia selalu mencintaiku sepanjang hayatnya.
Aku tidak tahu apa harapan terbesarnya, tetapi aku berharap yang dia angankan sekarang adalah aku selalu berada di sampingnya, menemani cemasnya, menghalau sepi yang meriutkan tulang-tulang ketabahannya, dan mengusir ketakutan yang mengejarnya seperti bayang-bayang hantu tak kelihatan.
Satu-satunya yang aku tahu, Diari, dia harus tahu bahwa harapan terbesarku saat ini adalah berada di sampingnya, menghibur hatinya, menjaga hatinya dari kecemasan, dan meresap semua ketakutan yang bersinar di matanya.
Hanya saja, Tuhan menciptakan jarak dan waktu. Dua hal itu sengaja diciptakan Tuhan untuk menguji ketabahan kami supaya harapan selalu ada, supaya kami selalu menghidupkan pengharapan dalam diri, supaya kami terus melantunkan kuasa harapan.
Mungkin lewat doa, mungkin lewat mimpi.
Selamat tidur, Diari. Terima kasih telah menemani cemasku seharian ini.
Pemujarindu, 17 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H