Sekarang simak pembuka cerita di bawah ini.
Akan saya ceritakan kasus rumah bertingkat di Perumnas kami supaya Anda dapat mensyukuri nikmat Tuhan. Bagi orang gedongan katakan, "Alhamdulillah, saya tidak tinggal di Perumnas." Bagi orang yang masih menyewa, "Alhamdulillah, jelek-jelek saya tidak tinggal di Perumnas." Bagi penghuni Perumnas yang lain, "Alhamdulillah, saya tidak tinggal di situ." Bagi para tetangga rumah bertingkat, "Alhamdulillah, semoga saya termasuk orang-orang yang beriman."
Begitulah Kuntowijoyo membuka cerpen Jl Kembang Setaman, Jl Kembang Boreh, Jl Kembang Desa, Jl Kembang Api. Cerpen itu bercerita tentang jin, tetapi Kunto menata konflik cerita bukan dari perwatakan jin yang mendalam, melainkan interaksi warga Perumnas dengan jin.
Kunto membuka ceritanya dengan menjadikan pembaca seperti pendengar yang memburu rasa penasaran pada sebuah dongeng. Perhatikan bagaimana Kunto mengudar konflik dengan satu demi satu pernyataan, yang sebenarnya mengandung pernyataan, dari orang-orang di sekitar penghuni rumah bertingkat.
Anda sering menulis artikel? Coba Anda sigi paragraf pembuka di bawah ini.
Akibat ketergesaan pada hari-hari yang sibuk, kita kerap abai pada hal-hal yang remeh seperti mengunci pintu atau mencabut colokan listrik di dapur. Namun, kealpaan-kealpaan kecil yang bisa berakibat besar itu kini bukan perkara yang mencemaskan. Dalam perjalanan, kita hanya menyentuh sebuah tombol digital de telepon pintar yang terkoneksi dengan sistem lock dan unlock di gagang pintu. Satu sentuhan saja, pintu akan terkunci otomatis. Begitu juga dengan peranti pengontrol arus listrik di rumah. Dengan sekali sentuhan pada gawai yang terhubung dengan rupa-rupa perkakas elektronik, sistem akan beralih dari on menjadi off. Sepanjang jaringan internet menyala, semuanya akan terkendali secara niscaya.
Perhatikan bagaimana esais Damhuri Muhammad menggiring dan menggaet pembaca melalui paragraf pembuka yang mengungkit gairah penasaran. Sederhana, tetapi menggigit. Artikel yang dijuduli Masa Istirahat Pikiran? itu memanfaatkan hal-hal remeh yang sering pembaca alami untuk kemudian mengungkap tabir kemajuan teknologi.
Damhuri merangsang minat pembaca dengan menyibak kedekatan masalah dengan kebiasaan pembaca. Dari situ, ia giring pembaca agar larut dari kata ke kata, dari kalimat ke kalimat, hingga pembaca bersua dengan inti gagasan yang ingin penulis sampaikan kepada pembaca.
Djenar, Kunto, dan Damhuri benar-benar memanfaatkan naluri pemburu dalam tulisan mereka sehingga pembaca, tanpa terasa, tergiring dan tergaet ke dalam lautan makna. Pemanfaatan naluri pemburu dengan tepat akan membuat penulis mampu menggiring dan menggaet minat pembaca.
Bagaimana dengan Anda? Barangkali Anda berpikir: Ah, saya masih begini-begini saja. Tidak usah cemas. Latihan akan mengasah keterampilan Anda dalam menata pembuka cerita atau tulisan. Djenar, Kunto, dan Damhuri tidak ujuk-ujuk mahir. Mereka melewati proses latihan yang panjang dan lama, tidak singkat dan sebentar.
Jadi, Sahabat, taja paragraf pembuka cerita atau esai Anda dengan baik. Itu niscaya. Kecuali Anda ingin ditinggalkan oleh pembaca.
Salam takzim, Khrisna Pabichara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H