Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Tiga Pesan Cinta yang Tidak (Luar) Biasa

15 Januari 2021   19:57 Diperbarui: 15 Januari 2021   20:18 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maukah kalian tahu kalimat apa yang sering kita dengar atau baca, tetapi sulit sekali kita terapkan? Baiklah, saya beri tahukan kepada kalian. Yang lalu biarlah berlalu. Kalimat itu singkat, mudah diingat, dan gampang dipahami. Namun, bukan perkara mudah untuk dilakukan.

Mengapa? Sederhananya begini. Jika perasaan senang dapat menyeret diri pada kenangan manis, perasaan marah bisa memampang kenangan pahit. Muara keduanya pun sama: perasaan. Andai melupakan itu semudah mengedipkan mata, pasti sudah banyak yang bisa memunggungi masa lalunya.

Namun, jangan lupa. Kitalah pengendali atas pikiran dan perasaan kita. Selama perasaan senang lebih menenangkan, mengapa perasaan marah yang kita pilih? Kenangan tetap kenangan. Ia sudah berlalu. Semanis apa pun, namanya tetap kenangan. Kita hidup hari ini. Sepahit apa pun, harus kita hadapi. Dengan demikian, yang lalu memang harus berlalu.

Itulah perlunya pura-pura. Tidak apa-apa kita pura-pura bahagia, mana tahu kelak benar-benar bahagia. Tidak apa-apa kita pura-pura lupa, siapa tahu nanti sungguh-sungguh lupa masa lalu yang pahit. Tidak apa-apa pura-pura tenang, sekalipun jauh di dasar kalbu kita panik akibat tidak tahu hari ini mesti makan apa. Boleh jadi kita bisa betul-betul tenang, bukan?

Maka, jadikanlah pura-pura sebagai penenang cemas kalian.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi

Ketiga, jangan takut diserang rindu dan cemburu

Rindu dan cemburu tidak lahir secara kebetulan. Mereka saudara kembar yang lahir bersama hakikat kesabaran. Mereka membawa tanda-tanda kekuatan, keyakinan, dan keteguhan. Tanpa rindu dan cemburu, cinta kehilangan nuansa dan warna.

Jangan takut pada gelap, sebab kegelapanlah yang bisa mempertemukan kita dengan hening yang utuh. Pada kegelapan, kita bisa melihat alangkah indahnya cahaya. Anggaplah gelap laksana cemburu. Dari situ kita tahu pentingnya rindu.

Jangan takut pada sepi, sebab kesepianlah yang dapat mengantar kita menuju bening yang sempurna. Pada kesepian, kita lebih teliti menimbang cahaya hati. Anggaplah sepi sebagai rindu. Dari sana kita paham betapa perlunya sesekali kita cemburu dan curiga.

Dengan kegelapan dan kesepian, kita tahu betapa pentingnya cahaya di mata orang yang paling kita kasihi. Cahaya mata itu sarat dengan geletar rindu dan gelegar cemburu. Imbang bak panas dan dingin.

Dengan kegelapan dan kesepian, kita tahu cara terbaik untuk mengingat orang yang kita sayangi setiap waktu. Tanpa rindu dan cemburu, kita akan kekurangan daya untuk membiarkan orang yang kita cintai tumbuh rimbun dalam ingatan.

Maka, jangan buang rasa cemburu. Rawat dengan baik. Pupuklah dengan rasa rindu. Biar awet rasa cintamu, biar langgeng rasa sayangmu.

Itulah tiga pesan cinta yang tidak luar biasa. Pesan yang sesungguhnya sudah kalian tahu. Pesan yang sebenarnya sudah kalian alami dan dalami. Pesan yang sejatinya sudah mendarah daging dalam tubuh kalian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun