Sesungguhnya cinta dianugerahkan Tuhan kepada kita agar kita selalu maklum bahwa kehidupan penuh cintalah yang memungkinkan terciptanya kedamaian. Akan tetapi, cinta yang sanggup melahirkan kedamaian bukanlah cinta biasa.
Hanya cinta yang memaklumi dan memahami yang dapat menghadirkan kedamaian. Dua hal yang sungguh pelik, terutama ketika hati dililit benci. Maka, jadilah tanah. Segala diterima dengan tabah. Bagaimana dengan cintamu? Apakah cinta di hatimu sudah melahirkan kedamaian?
Jika ya, berbahagialah. Jika belum, berusahalah.
Berikut ini tiga pesan cinta yang tidak luar biasa. Saya berharap semoga berfaedah bagi Anda, semoga menghadirkan makna baru tentang cinta, dan semoga menyuguhkan kesegaran baru dalam menciumi esensi cinta.
Pertama, jangan takut berbeda pendapat bahkan bertengkar
Dunia selalu penuh tengkar. Ribut dan gaduh akan selalu ada. Hanya dengan cinta, dunia yang keras dan benci-membenci ini dapat menjadi lebih lembut dan kasih-mengasihi. Seperti dunia kita yang keras dan kerap benci-membenci, sekarang jadi lembut dan kasih-mengasihi.
Akan tetapi, dunia di luar diri kita tak sesederhana dunia di dalam diri kita.
Perbedaan pendapat bisa membuat adik-kakak bermusuhan. Perbedaan pilihan pada pilkada dapat membuat orangtua dan anaknya bermusuhan. Perbedaan keinginan dan keyakinan dapat membuat suami bercerai dengan istrinya.
Kita tidak boleh seperti itu. Perbedaan adalah suasana yang meriuhkan dan meramaikan sepi kita. Kita boleh berbeda pendapat soal lagu kesayangan, film favorit, atau buku impian. Tidak apa-apa. Kita boleh bertengkar soal minimnya pendapatan dan besarnya pengeluaran. Tidak apa-apa.
Namun, kita berbeda pendapat dan bertengkar sengit tanpa benih benci. Kita berbeda pendapat dan bertengkar sengit atas nama, karena, dan demi cinta.
Apa pun itu, jalan menuju damai harus lewat cinta.
Kedua, jangan takut pura-pura bahagia
Maukah kalian tahu kalimat apa yang sering kita dengar atau baca, tetapi sulit sekali kita terapkan? Baiklah, saya beri tahukan kepada kalian. Yang lalu biarlah berlalu. Kalimat itu singkat, mudah diingat, dan gampang dipahami. Namun, bukan perkara mudah untuk dilakukan.
Mengapa? Sederhananya begini. Jika perasaan senang dapat menyeret diri pada kenangan manis, perasaan marah bisa memampang kenangan pahit. Muara keduanya pun sama: perasaan. Andai melupakan itu semudah mengedipkan mata, pasti sudah banyak yang bisa memunggungi masa lalunya.
Namun, jangan lupa. Kitalah pengendali atas pikiran dan perasaan kita. Selama perasaan senang lebih menenangkan, mengapa perasaan marah yang kita pilih? Kenangan tetap kenangan. Ia sudah berlalu. Semanis apa pun, namanya tetap kenangan. Kita hidup hari ini. Sepahit apa pun, harus kita hadapi. Dengan demikian, yang lalu memang harus berlalu.
Itulah perlunya pura-pura. Tidak apa-apa kita pura-pura bahagia, mana tahu kelak benar-benar bahagia. Tidak apa-apa kita pura-pura lupa, siapa tahu nanti sungguh-sungguh lupa masa lalu yang pahit. Tidak apa-apa pura-pura tenang, sekalipun jauh di dasar kalbu kita panik akibat tidak tahu hari ini mesti makan apa. Boleh jadi kita bisa betul-betul tenang, bukan?
Maka, jadikanlah pura-pura sebagai penenang cemas kalian.
Ketiga, jangan takut diserang rindu dan cemburu
Rindu dan cemburu tidak lahir secara kebetulan. Mereka saudara kembar yang lahir bersama hakikat kesabaran. Mereka membawa tanda-tanda kekuatan, keyakinan, dan keteguhan. Tanpa rindu dan cemburu, cinta kehilangan nuansa dan warna.
Jangan takut pada gelap, sebab kegelapanlah yang bisa mempertemukan kita dengan hening yang utuh. Pada kegelapan, kita bisa melihat alangkah indahnya cahaya. Anggaplah gelap laksana cemburu. Dari situ kita tahu pentingnya rindu.
Jangan takut pada sepi, sebab kesepianlah yang dapat mengantar kita menuju bening yang sempurna. Pada kesepian, kita lebih teliti menimbang cahaya hati. Anggaplah sepi sebagai rindu. Dari sana kita paham betapa perlunya sesekali kita cemburu dan curiga.
Dengan kegelapan dan kesepian, kita tahu betapa pentingnya cahaya di mata orang yang paling kita kasihi. Cahaya mata itu sarat dengan geletar rindu dan gelegar cemburu. Imbang bak panas dan dingin.
Dengan kegelapan dan kesepian, kita tahu cara terbaik untuk mengingat orang yang kita sayangi setiap waktu. Tanpa rindu dan cemburu, kita akan kekurangan daya untuk membiarkan orang yang kita cintai tumbuh rimbun dalam ingatan.
Maka, jangan buang rasa cemburu. Rawat dengan baik. Pupuklah dengan rasa rindu. Biar awet rasa cintamu, biar langgeng rasa sayangmu.
Itulah tiga pesan cinta yang tidak
luarbiasa. Pesan yang sesungguhnya sudah kalian tahu. Pesan yang sebenarnya sudah kalian alami dan dalami. Pesan yang sejatinya sudah mendarah daging dalam tubuh kalian.
Selamat mencintai sepenuh hati. Selamat berpura-pura bahagia.
Pemuja Rindu, 15 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H