~kepada Amel
/1/
Kita bisa gila karena desakan harapan
abai pada kenyataan di depan mata
kita pulang ke pangkuan cita-cita
Penyatuan Kita--yang selalu bara.
Kita akan gila karena perubahan
padahal hanya tahun yang berganti
kita kembali ke pelukan tabah--
yang saban hari terus menyusut.
Kita selalu punya banyak waktu
mendengarkan lengking trompet
dan bibir kita berbagi hangat
Kita selalu punya banyak jalan
melarikan dan melarakan luka
sebab kita mahir pura-pura lupa.
/2/
Kadang kita rindu pada tahun baru
yang bebas dari guyuran nestapa
langit di atas kita berkaca-kaca
menyodorkan tagihan duka.
Kita lupa diri menari semalaman
menikmati dentum petasan
menghalau denyar gusar
membilang utang demi utang
Kadang langit demikian menyebalkan
semenyebalkan teman dan kerabat
yang kukuh meminta buku gratis.
Kenapa hujan kian menjengkelkan
semenjengkelkan token listrik
semenjengkelkan sewa kontrakan