Alberto Perea yang bermain sebagai gelandang di Cadiz sejatinya bukan tandingan bagi Miralem Pjanic, tetapi sepak terjang Perea seolah-olah tidak mengenal rasa takut. Alvaro Gimenez, striker pertama Cadiz yang mengoyak jala gawang ter Stegen, tidaklah sesohor Lionel Messi.
Semula Oscar Mingueza, bek muda Barcelona, bermaksud menghalau bola dari sepak pojok. Namun, bola malah bergerak liar dan jatuh di kaki Gimenez. Marc-Andre ter Stegen pun harus memungut bola dari gawang yang dikawalnya.
Gol kedua lebih parah. Kedunguan bek-bek Barcelona berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh Negredo. Berawal dari lemparan ke dalam oleh Alba yang gagal dikuasai Lenglet sehingga disapu dengan gagap oleh Ter Stegen. Nasi menjadi bubur. Bola dirampas oleh Negredo dan menceploskan ke gawang Barcelona yang sudah kosong melompong.
Bahkan satu gol balasan Barcelona sebenarnya hanyalah hadiah dari bek Cadiz. Gol bunuh diri. Semula Pedro Alcala berniat memotong umpan silang Jordi Alba, tetapi bola mengarah ke gawang sendiri. Ledesma yang sepanjang laga berhasil menghalau tiga peluang emas Messi akhirnya terkesima melihat gawangnya disobek-sobek oleh kolega setim.
Sensasi Cadiz mempermalukan dua klub langganan juara LaLiga semacam isyarat bagi setiap insan bahwa pada tiap ketidakmungkinan selalu ada kemungkinan.Â
Yang tidak mungkin menang niscaya mungkin menang. Bolehlah kita dipandang kecil dan receh oleh orang lain, tetapi ada potensi kita menjadi besar atau lebih besar dibanding pihak yang mengecilkan kita. Jadi, berhentilah berkecil hati. Lihatlah kegairahan dan kegigihan pemain Cadiz.Â
O ya, adakah Cadiz akan kembali mencengangkan penggila bola kaki? Kita tunggu saja.
Salam takzim, Khrisna Pabichara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H