Judul pada tulisan ibarat gapura bagi sebuah rumah. Judul bagaikan gerbang tempat pendatang bisa memasuki tulisan. Sebagai gapura, judul perlu ditata agar laras dan padu dengan isi tulisan. Sebagai gerbang, judul perlu ditulis sesuai dengan kaidah penulisan judul.
Pada hari keempat Bulan Bahasa 2020 ini saya ingin berbagi tip tentang penulisan judul. Agar obrolan terukur dan tertata, kita bagi sesinya ke dalam dua babak. Biar tidak lama. Hanya dua babak. Silakan cermati infografis di bawah ini.
Mari kita menyelam lebih dalam. Ketika memilih judul, setidaknya ada dua asas yang mesti kita perhatikan. Pertama, laras dengan isi tulisan. Artinya, judul merupakan gambaran lepas dan ringkas dari keseluruhan tulisan.
Kedua, ringkas dan jelas. Berapa jumlah kata yang pas untuk sebuah judul? Tidak ada undang-undang yang mengatur jumlah kata. Bebas. Satu kata boleh, tujuh juga boleh. Sekali lagi, bebas asalkan ringkas dan jelas.
Langkah berikutnya adalah menata judul. Setidaknya ada tiga rambu yang mesti kita perhatikan. Silakan tilik infografis berikut ini.
- Suap Hakim, Penyidik KPK Bekuk Pengusaha AA (keliru)
- Suap Hakim, Pengusaha AA Dibekuk Penyidik KPK (tepat)
- Penyidik KPK Bekuk Pengusaha AA yang Suap Hakim (tepat)
- Pengusaha AA Tertangkap Tangan Suap Hakim (tepat)
Contoh (1) terlihat logis. Aman-aman saja. Ada yang menyuap hakim, kemudian ditangkap oleh penyidik KPK. Akan tetapi, tunggu dulu. Siapa yang menyuap? Jika yang menyuap adalah pengusaha AA maka contoh (2) yang tepat. Â
Contoh (3) sudah tepat dan sesuai dengan nalar berbahasa, tetapi tampak lebih panjang dibanding contoh kedua. Contoh (4) terlihat lebih ringkas dan jelas, tetapi harus kita perhatikan isi tulisan. Jika fokus utama tulisan adalah keberhasilan KPK, contoh keempat kurang laras dengan isi tulisan.
Kedua, berterima. Maksud saya begini, Kawan. Judul harus sesuai dengan kaidah penulisan. Lantaran judul bukan kalimat, tidak perlu ada tanda baca pada akhir judul. Subjudul juga begitu. Tanda titik (.) tidak perlu, tanda koma (,) tidak butuh, tanda seru (!) tiada guna.
Bagaimana contohnya? Tenang. Semua akan indah pada waktunya. Maksud saya, nanti saya sajikan contoh penggunaan tanda baca. Kita tuntaskan dulu uraian soal pemilihan judul.
Ketiga, bertaut. Ketika menaja judul tulisan, pemilihan kata mesti tepat dan cermat. Kata demi kata harus setaut, sejajar, dan setara. Perhatikan.
5. Mengulik Pernak-pernik Penulisan Judul (keliru)
6. Mengulik Pernak-pernik Menulis Judul (tepat)
Contoh (5) memperlihatkan dua kata yang tidak setara, yakni mengulik-penulisan. Kenapa tidak setara? Karena yang pertama berawalan /me-/ dan yang kedua berimbuhan /pe-an/. Judul pada contoh (6) sudah menunjukkan kesetaraan dan kesejajaran itu, yakni pada mengulik-menulis.
Asas dan rambu memilih judul sudah kita obrolkan. Muncul pertanyaan. Mana yang mesti didahulukan? Judul atau isi?Â
Itu mah terserah Anda. Jika Anda terbiasa menulis dulu, ya, selesaikan saja tulisan Anda baru kasih judul. Sebaliknya juga begitu. Lentur saja.
Ayo, kita kupas satu per satu.
7. Jangan lukai Aku (keliru)
8. JanGan LuKai Aku (keliru)
9. Jangan Lukai Aku (tepat)
Bagaimana dengan penulisan kata ulang? Ini aturan kedua. Kata ulang dwilingga (sempurna), dwipurna (sebagian), dan kata ulang semu harus menggunakan huruf kapital pada dua unsurnya. Adapun kata ulang berubah bunyi dan kata ulang berimbuhan hanya pada unsur pertama saja.Â
Perhatikan!
10. Mencari Tanda-tanda Kiamat (keliru)
11. Mencari Tanda-Tanda Kiamat (tepat)
12. Kutemukan lelaki Idaman (keliru)
13. Kutemukan Lelaki Idaman (tepat)
14. Kupu-kupu Kehilangan Sayap (keliru)
15. Kupu-Kupu Kehilangan Sayap (tepat)
Bagaimana dengan Kompasiana yang tidak memberlakukan penggunaan huruf kapital pada kata ulang sempurna?Â
Saya tidak tahu alasan Admin K. Satu ketika pernah saya protes lantaran penulisan judul tulisan saya yang sudah tepat justru diganti oleh Admin K. Salah pula. Di twitter, saya yang diserang warganet karena kesalahan yang dilakukan oleh Admin K. Itu pengalaman buruk saya.
Begitu diberi tahu netizen, saya nyatakan bahwa kemungkinan Kompasiana punya gaya selingkung yang berlaku di kalangan sendiri. Kompas, sesingkat amatan saya, sesuai dengan PUEBI. Kompasiana tidak. Saya ubah lagi, sebab tulisan di Kompasiana adalah tanggung jawab penulis.
Bagaimana dengan kata tugas seperti preposisi, konjungsi, artikula, dan partikel? Seluruh kata tugas tidak memakai huruf kapital, kecuali posisinya berada pada awal kalimat. Perhatikan!
16. Dari Desa Ke Kota (keliru)
17. dari Desa ke Kota (keliru)
18. Dari Desa ke Kota (tepat)
Kata dari dan ke termasuk kata tugas sehingga mesti memakai huruf kecil jika tidak berada pada awal judul. Lihat contoh (16) keliru karena /ke/ menggunakan huruf kapital, sedangkan (17) keliru sebab kata /dari/ pada awal kalimat tidak menggunakan huruf kapital.
Kelas kata apa saja yang bebas dari kapitalisasi? Ini saya kasih bocorannya: (1) kata depan, (1) kata sambung, (3) kata seru, (4) kata sandang, dan (5) partikel. Bagaimana cara mengenali semua itu, Bro? Periksa KBBI, Kawan. Cerdas itu butuh usaha.
19. Di Kaki Langit Kaupaku Ingatanku. (keliru)
20. Di Kaki Langit Kaupaku Ingatanku! (keliru)
21. Di Kaki Langit Kaupaku Ingatanku (tepat)
Bagaimana dengan penggunaan tanda tanya (?) pada akhir judul? Nah, saya babarkan rahasianya. Jika isi tulisan sebenarnya menjawa apa yang dipertanyakan pada judul, tanda tanya tidak perlu Anda taruh pada akhir judul. Kecuali, isi tulisan tidak mengandung jawaban baru memakai tanda tanya.
22. Gestapu Terjadi pada 30 September, Fakta atau Bukan (tepat)
23. Gestapu Terjadi pada 30 September, Benar atau Salah? (?)
Mengapa contoh (23) saya tandai dengan tanda tanya? Karena kita mesti melihat isi tulisan dulu. Jika memuat jawaban, sebaiknya tidak menggunakan tanda tanya. Sekali lagi, sebaiknya. Berarti boleh kita turuti, boleh pula tidak kita ikuti. Meski begitu, ada "baik"-nya jika diikuti.
Sekarang mari kita sisir contoh penggunaan tanda koma (,) pada judul. Simak contoh berikut.
24. Aku, Kamu dan Harapan Semu (keliru)
25. Aku, Kamu, dan Harapan Semu (tepat)
Bertalian dengan pemisahan judul dan anak judul, kita bisa menggunakan tanda titik dua (:) atau tanda koma (,). Senyamannya Anda saja. Simak!
26. Apik dan Cantik: Itulah Batik (tepat)
27. Apik dan Cantik, Itulah Batik (tepat)
28. Apik dan Cantik | Itulah Batik (keliru)
Nah, kita tiba pada pemilihan kata. Hindari tabiat menggunakan bahasa asing pada judul atau subjudul. Kebiasaan menggunakan "dear ini" atau "dear itu" tolong dijauhi. Keminggris banget. Gunakan "duhai" atau "wahai". Kelar urusan!
Bagaimana dengan kata tertentu yang tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia? Oke. Itu bisa kita maklumi. Boleh-boleh saja. Dengan catatan, gunakan tanda petik ("...") untuk mengapit kata dari unsur bahasa asing itu. Oke?
Maka dari itu, Kawan, tingkatkan rasa banggamu atas bahasa Indonesia. Jauhi "dear", ya!
Salam Bulan Bahasa, Khrisna Pabichara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H