River seorang pemalu, tetapi saya tidak akan blak-blakan mencantumkan kata pemalu ke dalam narasi. Jika saya mengambil jalan pintas seperti itu berarti saya sedang membatasi imajinasi pembaca. Daya khayal pembaca tidak meledak. Bergerak, tetapi jalan di tempat. Tidak ke mana-mana.
Saya tuangkan emosi tokoh ke dalam narasi. Perhatikan klausa "seperti mencari seekor semut di lantai" yang tampak sederhana, tetapi dapat memberikan intensi imaji kepada pembaca. Bandingkan "ia amat senang" dengan "matanya seperti meloncat keluar dari pelupuknya". Rasanya berbeda.
Itulah karakter psikis. Sekarang silakan cermati infografis di bawah ini.
Pada poin kedua ada pengorbanan. Mau tidak mau kita harus mengakui bahwa kita akan kesal jikalau seorang teman sudah berkali-kali disakiti, tetapi tidak melakukan apa-apa selain pasrah. Kita berharap teman kita itu melakukan perubahan. Jika tidak memperbaiki sesuatu, barangkali berkorban dengan cara meninggalkan sumber duka.
Poin berikutnya silakan Anda kembangkan dan bayangkan sendiri. Saya yakin Anda bisa. Kenapa? Ah, selama ini Anda terlalu yakin bahwa menulis itu, ya, menulis saja. Anda lupa bahwa memasak saja ada kiat, teknik, dan taktiknya agar masakan lezat, gurih, dan bergizi.
Kawan, seorang dokter gigi pasti tahu bahwa ekskavator dan golok sama-sama dapat digunakan untuk membersihkan sesuatu. Akan tetapi, membersihkan karies gigi jelas harus memakai ekskavator. Bukan golok. Bisa-bisa gigi pasien rompal dan tanggal. Itu juga kalau pasien tidak mengamuk melihat golok.
Dengan demikian, teori mengarang mesti Anda pelajari selama Anda ingin melahirkan cerita yang apik dan renyah dibaca. Salah satu yang mesti Anda sigi adalah cara memainkan kondisi psikis tokoh lewat deskripsi fisik.
Ada kekerasan terselubung memancur di matanya. Aku tidak perlu mendengar kata-kata kasar dengan nada mengancam. Tatapannya sudah membunuhku.
Tiga kalimat di atas jelas lebih mempan meletikkan bara imaji pembaca daripada kita terang-terangan memakai "ia pemarah dan berbahaya". Kuasa kata lebih terang karena contoh di atas menggunakan kata kerja aktif (memancur, mendengar, mengancam, membunuh).
Penggunaan kata kerja aktif akan menggerakkan teks. Apalagi jika melibatkan pancaindra. Tilik kembali kata per kata: memancur (penglihatan), mendengar (pendengaran), mengancam (perasa), dan membunuh (peraba). Selain kata kerja aktif, kita libatkan juga kuasa pancaindra.