Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Penulis, Bukan Pemalas

6 September 2020   14:12 Diperbarui: 6 September 2020   14:59 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangkan seseorang bertanya kepadamu, "Kamu siapa?"

Tentu saja kamu ingin menjawab pertanyaan itu sesuai dengan minat, bakat, atau profesimu. "Saya penulis!" Itu sekadar contoh. Sayangnya, pertanyaan baru bisa-bisa menyodok dan memojokkan perasaanmu. "Berapa banyak artikel yang kautulis dalam setahun?"

Jika menjawab sesuai fakta, misalnya dua artikel dalam setahun, barangkali kita akan malu sendiri menyebut diri sebagai penulis. Dua artikel dalam setahun tentu saja dapat dianggap sebagai prestasi, tetapi pada sudut tilik berbeda dapat pula disebut pemalas.

Semasa mengisi pelatihan menulis bagi karyawan Bank DKI, pada tahun lalu, saya langsung menerjang otak peserta dengan kalimat pembuka seperti itu. Sebut saja dekonstruksi. Apakah bisa seseorang disebut petani apabila ia hanya ke kebun, ladang, atau sawah sekali dalam sebulan? Bisa saja, sih, tetapi tanaman yang ia rawat mungkin keburu dimangsa hama, dilindas binatang, atau direcoki alang-alang.

Penulis sejatinya adalah profesi yang dapat dilakukan bersamaan dengan pekerjaan lain. Menulis bisa menjadi pekerjaan pokok, bisa pula pekerjaan sambilan. Sekalipun menulis adalah pekerjaan utama saya, tetapi saya bisa menulis sambil berak. Itu kelakar basi, tetapi memang benar demikian adanya.

Walau begitu, kamu tidak perlu cemas jika saban hari dirimu dikeroyok oleh rasa malas. Malas bukan harta tak bergerak yang mutlak dimiliki oleh penulis. Dosen juga ada yang malas. Pegawai negeri juga ada yang malas. Polisi juga ada yang malas. Anggota DPR juga banyak yang malas. Pendek kata, malas jangan kamu akui sebagai milikmu sendiri.

Lantaran malas dapat menghambat aktivitas intelektual, penulis harus punya strategi jitu atau taktik cespleng untuk menaklukkannya. Strategi atau taktik macam apa? Tidak bisa asal jiplak, Kawan. Rasa malasmu berbeda dengan rasa malas yang saya hadapi. Levelnya bisa berbeda, begitu pula dengan bobot dan masa berlakunya.

Kendati demikian, saya ingin menceritakan pengalaman saya dalam menghadapi Si Malas yang sangat berengsek itu. Bukan apa-apa. Saya pernah hampir modar gara-gara memakai sistem kebut semalam. Tiga hari tiga malam saya paksa otak agar terus segar saat bercinta dengan papan tombol laptop. Tulisan rampung, saya teler.

Sebagaimana tubuh yang butuh vitamin, penulis juga memerlukan vitamin untuk menangkal serangan kuman Malas. Apa saja? Baik, kita kupas satu per satu,

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Pertama, Cinta. Penulis yang punya stok cinta tak terbatas pada profesi atau hobinya niscaya selalu merasa terpanggil untuk terus menulis. Kemarin menulis, hari ini menulis. Besok menulis lagi. Begitu terus hingga kuman Malas tidak punya peluang untuk mengusik.

Kedua, Cerdas. Sebagai penulis, saya rutin menenggak vitamin cerdas agar imun otak dan hasrat saya kuat berhadap-hadapan dengan Malas. Pintu masuk bernama "bosan" saya tutup rapat-rapat. Kalau bosan menulis artikel, saya pindah ke puisi. Jemu menulis puisi, saya beralih ke prosa. Capek menulis prosa, saya transmigrasi ke surat cinta.

Ketiga, Cergas. Malas itu tuman. Ia bisa datang kapan saja, di mana saja, dan suka main selonong. Itu sebabnya saya berusaha selalu cergas atau sigap atau cekatan. Malas sedikit, langsung buka laptop. Kemudian membuka medsos, membaca berita, menonton video, atau sekadar mengutak-atik Word dan PowerPoint. Biasanya setelah itu otak saya langsung terangsang, mengalirlah ide, dan sontak menulis.

Keempat, Cermat. Lantaran Malas bukan kecoak terbang yang bisa dikejar dan digebuk dengan sapu, otomatis saya harus berlaku cermat dan waspada. Tidak boleh lengah sedikit pun supaya Malas tidak menemukan celah. Jendela bernama alasan "entar aja deh" atau "nanti sajalah" saya katupkan dengan kencang. Jangankan masuk lewat jendela, mengintip di lubang ventilasi pun Malas tak mampu.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Setelah Si Malas yang kurang adab itu terusir, saya segera menangkap ide. Datangnya bisa dari mana saja. Tulisan ini terbetik dari percakapan di Twitter dengan seorang teman yang belakangan kehabisan akal menghadapi ide-idenya yang bengal: hilang begitu saja ketika ia mulai menulis.

Tentang ide, saya juga punya banyak trik. Catat di buku kalau sedang memegang buku, rekam di gawai kalau tidak ada buku, atau memikirkan ide itu terus-menerus dari berbagai sudut pandang. Cara yang pertama dan kedua selalu tokcer. Adapun cara ketiga acapkali kurang moncer, sebab satu obrolan saja sudah bisa mengalihkan pikiran saya.

Artinya, saya rajin mencatat ide dan menyimpannya di folder khusus di laptop yang saya namai Bank Ide. Fail ide yang saya susun di rak folder itu sekarang mencapai ribuan. Ketika sedang klik atau sreg dengan isu tertentu, saya tinggal mengulik fail di folder Bank Data.

Apa langkah selanjutnya? Silakan pelototi infografis di bawah ini.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Inovasi, misalnya, saya sering terapkan ketika menaja cerita. Kadang saya susun daftar pembalikan keadaan. Lelaki tampan yang penyabar, tetapi suka menyiksa anak-anak. Tokoh panutan yang arif, tetapi diam-diam merampok uang rakyat. Perempuan lemah dan penurut yang tiba-tiba psikopat dan sadis. Fondasi cerita mungkin serupa dengan anggitan penulis yang lain, tetapi tilikan saya berbeda.

Saya juga mengasah kemampuan menginvensi dan mengimitasi gagasan. Pokoknya ide akan saya bikin gelisah. Ia tidak boleh duduk manis atau bercokol dengan anteng di benak saya. Khusus untuk imitasi dan invensi, saya banyak memanfaatkan media sosial dan hasil riset untuk mengayakan wawasan. Saat ide sudah matang pun masih saja saya utak-atik.

Gagasan yang akan saya tulis pasti akan melewati fase dipertanyakan dan diragukan. Saya memang begitu orangnya. Ketika ingin mencipta tokoh masyarakat yang dipatuhi, saya akan meragukan dan mempertanyakan karakter, perilaku, dan pemikiran tokoh itu. Apa benar begitu? Singkatnya, saya tidak akan membiarkan pembaca berpikiran "ah, pasti penutupnya seperti ini".

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi

Apakah keinginan saya untuk mengecoh pembaca agar tidak bisa menerka akhir gagasan saya selalu berakhir memuaskan? 

Tidak juga. Lebih banyak yang gagal daripada yang sukses. Namanya juga usaha. Kalau mau terus-terusan berhasil nanti ujung-ujungnya sakit hati. Yang pasti, saya selalu berusaha membalikkan ekspektasi atau terkaan pembaca.

Itu jelas bukan pekerjaan pemalas, melainkan pekerjaan pemikir yang kerutan di keningnya kontan bertambah setiap ia berpikir. Namun, saya punya trik tertentu agar pembaca tidak "terlalu kecewa" jika tebakannya atas gagasan saya tidak meleset semili pun. Trik itu adalah "gaya penulisan". Tentu semua orang punya gaya sendiri-sendiri dan gaya itu pasti perasan dari pengalaman selama bertahun-tahun menulis.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Kalau hari ini ada yang mendatangi saya dan bertanya menanyakan apakah saya penulis atau pemalas, jawaban saya pasti penulis. Ya. Penulis, bukan pemalas. Sebab penulis tidak hanya mengetik saja baru disebut bekerja, tetapi membaca atau mengamati pun sudah termasuk dalam hitungan bekerja. Jadi, saya bukan pemalas.

Bagaimana dengan kamu? Ah, saya yakin kamu rajin. Ya. Rajin bermalas-malasan. Ada ide pun kadang kala dibiarkan berlalu begitu saja. Besok-besok baru tepuk jidat. Jangankan mencatat dan menaruh fail ide di folder khusus, mengintimi ide pun jarang. Ide melintas, menonton drakor dulu. Ide muncul, mengulik media sosial dulu.

Ambil laptopmu, Kawan, dan segera menulis. Jangan tunda-tunda. Kita tidak tahu apakah artikel atau sesuatu yang tengah kita tulis masih akan diikuti oleh tulisan lain atau merupakan tulisan terakhir kita. 

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Jadi, buruan lawan Si Malas! [kp]

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun