Keempat, Cermat. Lantaran Malas bukan kecoak terbang yang bisa dikejar dan digebuk dengan sapu, otomatis saya harus berlaku cermat dan waspada. Tidak boleh lengah sedikit pun supaya Malas tidak menemukan celah. Jendela bernama alasan "entar aja deh" atau "nanti sajalah" saya katupkan dengan kencang. Jangankan masuk lewat jendela, mengintip di lubang ventilasi pun Malas tak mampu.
Tentang ide, saya juga punya banyak trik. Catat di buku kalau sedang memegang buku, rekam di gawai kalau tidak ada buku, atau memikirkan ide itu terus-menerus dari berbagai sudut pandang. Cara yang pertama dan kedua selalu tokcer. Adapun cara ketiga acapkali kurang moncer, sebab satu obrolan saja sudah bisa mengalihkan pikiran saya.
Artinya, saya rajin mencatat ide dan menyimpannya di folder khusus di laptop yang saya namai Bank Ide. Fail ide yang saya susun di rak folder itu sekarang mencapai ribuan. Ketika sedang klik atau sreg dengan isu tertentu, saya tinggal mengulik fail di folder Bank Data.
Apa langkah selanjutnya? Silakan pelototi infografis di bawah ini.
Saya juga mengasah kemampuan menginvensi dan mengimitasi gagasan. Pokoknya ide akan saya bikin gelisah. Ia tidak boleh duduk manis atau bercokol dengan anteng di benak saya. Khusus untuk imitasi dan invensi, saya banyak memanfaatkan media sosial dan hasil riset untuk mengayakan wawasan. Saat ide sudah matang pun masih saja saya utak-atik.
Gagasan yang akan saya tulis pasti akan melewati fase dipertanyakan dan diragukan. Saya memang begitu orangnya. Ketika ingin mencipta tokoh masyarakat yang dipatuhi, saya akan meragukan dan mempertanyakan karakter, perilaku, dan pemikiran tokoh itu. Apa benar begitu? Singkatnya, saya tidak akan membiarkan pembaca berpikiran "ah, pasti penutupnya seperti ini".
Apakah keinginan saya untuk mengecoh pembaca agar tidak bisa menerka akhir gagasan saya selalu berakhir memuaskan?Â
Tidak juga. Lebih banyak yang gagal daripada yang sukses. Namanya juga usaha. Kalau mau terus-terusan berhasil nanti ujung-ujungnya sakit hati. Yang pasti, saya selalu berusaha membalikkan ekspektasi atau terkaan pembaca.
Itu jelas bukan pekerjaan pemalas, melainkan pekerjaan pemikir yang kerutan di keningnya kontan bertambah setiap ia berpikir. Namun, saya punya trik tertentu agar pembaca tidak "terlalu kecewa" jika tebakannya atas gagasan saya tidak meleset semili pun. Trik itu adalah "gaya penulisan". Tentu semua orang punya gaya sendiri-sendiri dan gaya itu pasti perasan dari pengalaman selama bertahun-tahun menulis.