Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenapa Harus Takut pada Salib?

13 Agustus 2020   22:49 Diperbarui: 13 Agustus 2020   22:47 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pngdownload.id

Jawaban Gus Dur tentang "melihat gereja" bisa kita tukar dengan "melihat salib". Apakah iman umat Islam di Indonesia akan runtuh hanya lantaran melihat ada bagian dalam logo HUT ke-75 Republik Indonesia? Jika ya, tentu mengenaskan sekali. Rasa-rasanya lemah sekali iman kita apabila goyah atau runtuh akibat hal seperti itu.

Mari kita tinggalkan logo HUT ke-75 RI. Ayo kita mundur dulu ke masa kanak-kanak. Baik cowok maupun cewek pasti ingat permainan engklek. Bentuknya juga mirip salib. Untung saudara-saudara kita yang beragama Nasrani tidak ngambek karena salib diinjak-injak oleh bocah yang sedang bermain engklek.

Masuk ke dalam rumah juga mesti berhati-hati. Hampir semua tempat punya sesuatu yang bentuknya mirip salib. Keramik. Rak buku. Ah, ada yang lebih menyesakkan. Jikalau kedua tangan kita rentangkan ke samping maka tergambarlah salib itu. Repot, kan?

Meski begitu, tentu saja semua orang berhak mengeluarkan pendapat. Semua orang. Tanpa kecuali. Jadi, silakan berkata semau atau sekehendak hati. Namun, ada konsekuensi yang harus kita terima. Jika ada orang berbeda pendepat tentu saja harus kita hargai.

Dahsyatnya, media sosial punya banyak orang kreatif yang cekatan membaca situasi. Ada-ada saja ulah netizen. Ketika seorang pemuka agama menyatakan ada "tanda salip" alih-alih menyebut "tanda salib", beberapa logo oret-oretan warganet sontak berseliweran.

Benarkah ada maksud terselubung, ada yang menyebut "menggilas mayoritas", dari penciptaan logo anyar tersebut? Kalau saya yang ditanya maka jawaban saya "lebay". Beda halnya jika yang ditanya adalah pihak yang mengeluarkan pernyataan.

Meski begitu, ada satu perkara yang membuat mata saya benar-benar muram. Ternyata masih ada orang di antara kita yang tidak bisa membedakan antara "salip" dan "salib". Hal serupa sering menimpa kata "sanksi" dan "sangsi".

Ah, sudahlah. Saya tidak berniat menyalip atau menyalib siapa pun. Artikel ini hiburan belaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun