Kata pertandingan dan perlombaan, misalnya, harus diketahui persamaan dan perbedaannya agar tepat makna ketika ditata ke dalam kalimat. Kata pertandingan digunakan untuk olahraga yang mempertemukan atau memperhadapkan dua pihak, sementara perlombaan tidak mempertemukan atau memperhadapkan peserta lomba secara langsung.
Camkan pula, Sobat, bahwa yang mirip belum tentu semakna. Kata tawuran dan tauran memang agak mirip apabila dilafalkan, tetapi makna kedua kata itu sangat berjauhan. Jika tawuran berarti perkelahian massal maka tauran berarti tebusan. Jarak mereka seperti rentang antara era batu tulis dengan zaman telepon pintar.
Kita dapat pula mengajukan sangsi dengan sanksi. Boleh juga syah dan sah. Selintas seakan-akan tidak ada perbedaan, padahal maknanya sangat berbeda. Sangsi berarti ragu, sedangkan sanksi bermakna hukuman. Jika syah bermakna raja maka sah berarti diakui kebenarannya.
Jangan Cari Gara-gara
Sahabat, saya sudah membeberkan tiga penyebab kesalahan berbahasa dalam tataran semantik. Kalau ada penulis yang berulang-ulang mengalami kesalahan serupa, ibarat keledai jatuh berkali-kali di lubang yang sama, berarti penulis itu memang koplak karena enggan memperbaiki diri, mengasah kemampuan, dan menambah kosakata.
Bagaimanapun, senjata penulis adalah kosakata. Penulis niscaya menggunakan bahasa setiap  menulis. Dengan demikian, siapa pun yang menghajatkan dirinya bekerja di kamar intelektual yang senyap sebagai penulis berarti harus bersedia terus belajar. Paling tidak, belajar menghindari kesalahan berbahasa.
Kesalahan yang dilakukan berulang-ulang suatu ketika akan mendarah-daging. Ini berbahaya. Jika sudah mendarah-daging berarti kesalahan itu sudah bersifat sistematis. Dampak buruknya, kesalahan sistematis erat kaitannya dengan kompetensi.
Sebagai sahabat yang baik, saya meminta dengan takzim agar teman-teman penulis berhenti mencari gara-gara yang menjerumuskan kita ke dalam jurang kesalahan berbahasa. Suka tidak suka, penulis dituntut agar tidak mengulangi kesalahan berbahasa yang serupa.
Maka dari itu, jauhkan keinginan menjadi "penulis suka-suka" atau "suka-suka gue". Kenapa? Ada orang lain yang membaca tulisan kita, Sobat. Oke?!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H